Selasa, 18 Oktober 2011

Adi Parva ; Astika Parva

5. Astika Parva


Parva ini berkisah tentang Rishi Astika putra Jaratkaru dari keturunan Yayavaras, Jaratkaru seorang Rishi yang melakukan kehidupan Brahmacarin, memiliki kekuatan tapa yang luar biasa, suatu hari beliau menemui leluhurnya ( di alam Yama ? )
Beliau menemukan para leluhur tergantung dengan posisi kepala di bawah diatas sebuah lubang besar, para leluhur mengatakan nasib mereka seperti itu karena tidak mempunyai keturunan lagi ( Jaratkaru seorang Brahmacarin ), dan menyarankan Jaratkaru untuk meneruskan kelangsungan garis keturunan, bukan melalui kekuatan tapa tapi melalui perkimpoian. Jaratkaru setuju untuk menikah, tapi bukan untuk kebaikan ataupun kebahagiaanya melainkan untuk menyelamatkan leluhur dan meneruskan keturunan. Beliau menetapkan syarat bahwa beliau hanya mau menikah dengan wanita yang bernama sama dengan beliau –Jaratkaru-

Dalam pencariannya untuk mendapatkan seorang istri, suatu hari Jaratkaru sampai disebuah hutan, teringat sabda sang leluhur beliau pun berdoa untuk mendapatkan seorang istri. Lalu muncul Vasuki yang menawarkan saudara perempuannya agar diterima sang Rishi, dan memperkenalkan klo adik perempuannya yang cantik itu bernama Jaratkaru.

Babak selanjutnya membabarkan alasan kenapa Vasuki mengawinkan saudara perempuannya dengan Jaratkaru adalah untuk menyelamatkan bangsa naga dari kutukan ibu mereka , Devi Kadru, berikut adalah kisahnya.

Prajapati ( Daksha ) mempunyai dua orang putri yang cantik jelita , Kadru dan Vinata mereka berdua dinikahkan dengan Rishi Kasyapa, sang Risihi yang pusa dan bahagia dengan kedua istrinya ini, suatu hari memberikan anugerah kepada keduanya , Sang Kadru meminta anugerah agara diberikan putra yang sama rupa dan kekuatannya berjumlah seribu, sedangkan Vinata meminta dikaruniai dua orang putra namun setara dalam hal kekuatan dan kemampuan dengan seribu putra (putra2 Kadru ? ). Rishi Kasyapa pun memberikan ‘benih’ dan meminta kedua istrinya agar menjaga dengan baik, setelah itu beliaupun kembali bertapa ke hutan.
Setelah lama waktu berlalu, Kadru dan Vinata ‘melahirkan’ masing2 seribu telur dan dua telur, yang kemudian dirawat dan dijaga dalam bejana secara terpisah, selang 500 Tahun berlalu seribu telur milik Kadru menetas, Vinata yang iri dan tidak sabar pun memecahkan salah satu telurnya, dari dalam telur tsb menetaslah putra Vinata yang cacat akibat ketidaksabaran Vinata, putra yang hanya tubuh bagian atasnya secara sempurna itupun mengutuk sang ibu, bahwa akibat perbuatannya dia akan menjadi seorang budak, serta meminta sang ibu untuk bersabar 500 Tahun lagi menunggu kelahiran saudaranya jika menginginkan Putra yang kuat dan jaya serta akan membebaskan ibunya dari perbudakan. Setelah mengutuk ibunya, sang Putra ( Aruna ) pun terbang ke ke langit, kemudian beliau menjadi kusir dari Deva Surya. Setelah waktu yang ditentukan berlalu maka telur yang satunya lagi menetas, Garuda pun terlahir.

Ketika terjadi pemutaran/ pengadukan Samudera oleh para Deva dan Asura, Kadru dan Vinata bertaruh tentang warna ekor kuda Uchachaisravas, Kadru menebak berwarna hitam sedangkan Vinata menebak berwarna putih , siapa yang kalah taruhan akan menjadi budak pelayang yang menang.  Kadru pun meminta seribu Putranya agar membantu dirinya menang dengan berubah menjadi bulu hitam yang menutupi ekor kuda Uchchaihsravas sehingga berwarna hitam, namun putranya menolak , Kadru pun marah dan mengutuk putra nya akan binasa di lahap Agni ( api ) dalam upacara yang dilakukan oleh Janamejaya dari keturunan Pandava.

Pemutaran Samudera dilakukan oleh Deva dan Asura untuk memperoleh Amrita (minuman keabadian ), Para Deva memohon di Puncak Meru untuk memperoleh Amrita, atas saran Narayana, Brahma meminta kepada para Deva mengaduk samudera dengan menggunakan gunung Mandara sebagai tongkat pengaduk. Atas perintah Brahma dan Narayana , Naga Ananta mengikat Gunung Mandara dan bersama para Deva membawanya ke Samudera, Penguasa Samudera menyarankan para Deva serta meminta bantuan Raja Kura kura menjadi alas gunung Mandara, setelah mendapat persetujuan Indra pun meletakkan Gunung Mandara di atas tempurung Raja Kura Kura.
Demikianlah Para Deva dan Asura mengaduk Samudera dengan menjadikan Mandara sebagai tongkat dan Vasuki sebagai tali, para Deva di bagian ekor sedangkan Asura di bagian kepala, para Asura menderita kepanasan karena uap hitam yang menyembur dari mulut Vasuki akibat kontraksi badannya yang menjadi tali pemutar gunung Mandara, hawa panas ini berubah jadi awan lalu menurunkan hujan yang menyegarkan di tempat para Deva.

Sekian lama waktu berlalu, Amrita tidak juga muncul sedangkan para Deva kelelahan, mereka memohon pada Brahma, lalu Brahma meminta Narayana untuk menganugrahkan kekuatan kepada para Deva.  Pemutaran pun berlanjut, berbagai benda dan mahkluk pun mulai muncul dari samudera, Lakshmi, Soma, Permata Kaustubha dan Kuda Uchchaisravas pun keluar dari samudera, semuanya menjadi / berpihak pada para Deva ( Lakhsmi menjadi istri Narayana, demikian pula Permata Kaustubha, sedangkan Uchchaisravas menjadi tunggangan Indra ). Sampai akhirnya Dhanvantari muncul membawa pot Amrita, para Asura pun bersorak dan merebutnya.

Dalam pengadukan Samudera itu juga muncul Airavata, Gajah perkasa bergading empat yg menjadi tunggangan Indra, terakhir keluar adalah racun Kalakuta yang mengancam ketiga Dunia, atas permohonan Brahma, Deva Siva menghirup racun tersebut dan menahannya di tenggorokan Beliau, akibat dahsyatnya racun tersebut membuat leher Shiva berwarna biru, sehingga Mahesvara mendapat gelar Nilakantha (berleher biru) Alam Semesta pun selamat dari racun.
Narayana dengan menggunakan maya ( illusi ) berubah wujud menjadi wanita cantik (Mohini) memperdaya Daitya dan Danava merebut Amrita.


Siva meminum racun


ilustrasi, mohini merebut amrita dari asura

Merasa terpedaya, para Daitya dan Danava pun marah dan bersiap menyerang para Deva, pertempuran hebat pun segera terjadi. Sementara itu setelah merebut Amrita Vishnupun memberikannya kepada para Deva, mereka pun meminumnya, namun diantara para Deva ada Danawa bernama Rahu menyamar untuk memperoleh Amrita, saat minum Amrita Surya dan Soma pun mengetahui jatidiri Rahu, mereka mengingatkan para Deva, dengan cepat Narayana memenggal kepalanya, karena Amrita telah melewati tenggorokan maka kepala Rahu pun menjadi abadi, kepa itu melesat kelangit dan mengeluarkan teriakan yag mengelegar, sedangkan tubuhnya jatuh ke bumi menyebabkan bumi beserta pegunungan bergetar hebat.

Dan semenjak saat itu terjadi dendam antara Rahu dengan Surya dan Soma, Rahu senantiasa bermaksud memangsa keduanya ( peristiwa Gerhana Matahari dan Bulan namun begitu berhasil Surya dan Soma keluar kembali lewat tenggorokan Rahu )
Pertempuran dimenangkan oleh para Deva berkat Narayana yang menghancurkan Danava dan Daitya dengan Cakra Sudarshana, Senjata yang menakutkan bagai badai mengantam pengunungan yang merontokkan pepohonan hutan serta membakar habis bagai api di akhir yuga, begitulah Danava dan Daitya dihancurkan oleh senjata Narayana. Para asura yang selamat pun melarikan diri, sebagaian menuju ke dunia bawah ( Patala ) sebagian lagi ke dasar laut.
Kelahiran Garuda
Kembali pada Kadru dan Vinata yang bertaruh memutuskan untuk menyaksikan dari dekat pengadukan samudera agar bisa melihat warna kuda Uchchaisravas yang nanti akan keluar dari lautan.
Para putra Kadru berkumpul dan membicarakan tindakan yang akan diambil atas kutukan ibu mereka, para Naga akhirnya untuk menuruti perintah ibunya agar terhindar dari kutukan Kadru, Brahma yang mendengar kutukan Kadru pun memanggil Kasyapa tentang nasib putra2nya, bahwa itu adalah takdir yang harus mereka jalani demi kebaikan semua mahluk, telah diketahui para Naga memiliki kekuatan yang luar biasa dan memiliki racun yang sangat berbahaya, yang kadang digunakan untuk menindas mahluk lain, para Deva sendiri mendukung kutukan Kadru.
Ketika Uchchaisravas muncul dari lautan dengan cepat para naga berubah menjadi rambut hitam yang menutupi ekor Uchchaisravas, dan Kadru pun mengklaim memenangi taruhan, sehingga Vinata pun pasrah menjadi budaknya.
Sementara itu , telur Vinata yang satunya lagi menetas tanpa campur tangan Vinata ( peristiwa Aruna ), lahirlah Garuda yang tubuhnya memancarkan sinar gemilang, dalam sekejap tubuhnya membesar menjangkau lagi, pancaran energy nya membuat resah penghuni Kahyangan, para Rishi Agung dan Para Deva pun mencari perlindungan kepada Agni tentang hadirnya mahluk yang ‘berbahaya’ tersebut, Agni menenangkan para Deva dan Rishi, beliaupun mengajak mereka mendatangi Garuda, lalu pujian dilantunkan kepada Garuda agar mau mengurangi energy dan ukuran tubuhnya. Demi ketenangan semesta Garuda pun memenuhi permintaan mereka.

Garuda adalah burung perkasa , dengan kekuatan dan kecepatannya dia mampu menjelajahi angkasa dan berpindah tempat dalam sekejap. Untuk memenuhi perintah Brahma, Garuda membawa Aruna diatas punggungnya menuju tepi lautan disebelah timur, tempat dimana matahari akan terbit.
Saat itu para Deva dan Rishi menghadap Brahma menyampaikan betapa panasnya malam akibat Matahari terus berada di Balik pegunungan sebelah barat, Brahma mengatakan kalau Surya berniat menghancurkan dunia dengan sinarnya, ini disebabkan karena Rahu terus mengincarnya, Surya marah karena harus menghadapinya sendiri padahal beliau merasa melakukan itu ( membongkar kedok Rahu ) demi kebaikan para Deva, lalu beliaupun memutuskan menghancurkan dunia.
Brahma pun menenangkan para Deva dan Rishi, dengan memerintahkan Aruna yang terkenal dengan kekuatan dan ukuran tubuhnya untuk menjadi kusir kereta Surya sehingga kekuatan sinar Surya bisa dihalangi / dikurangi, Aruna pun menyanggupi untuk menjadi kusir kereta Surya.

Setelah mengantar Aruna ketempat Surya akan terbit, Garuda pun menemui ibunya disisi lain lautan luas, Vinata yang telah menjadi budak Kadru untuk merawat dan menjaga para Naga , Kadru memeinta Vinata untuk membawa para Naga ke sebuah pulau di tengah samudera, pulau tersebut sangat indah dan berlimpah kekayaan sangat cocok untuk para Naga. Vinata pun meminta bantuan Garuda untuk membawa para naga ke tempat yang dimaksud.
Garudapun membawa para Naga terbang, namun dia terlalu dekat dengan matahari sehingga para Naga gelisah dan kepanasan, melihat putranya dalam bahaya Kadru meminta Bantuan Indra. Raja para Deva lalu memerintahkan awan2 nya untuk menghalangi sinar Matahari. Lalu menurunkan Hujan agar para Naga tidak kepanasan, sehingga akhirnya tiba dengan selamat di pulau Ramaniaka.
Para Naga pun menikmati keindahan pulau tersebut, serta meminta Garuda untuk membawa mereka ke Pulau lain yang sama indahnya. Garuda mengeluh kepada Vinata mengapa dia harus menuruti kemauan para Naga, Vinata pun menceritakan tentang taruhannya dengan Kadru yang menyebabkan mereka menjadi budak.
Garuda berniat mengakhiri perbudakan mereka, dia pun bertanya keapad para Naga, syarat apa yag harus dia penuhi utnuk bisa bebas dari perbudakan, para Naga meminta Amrita sebagai syarat, mereka meminta Garuda merebut Amrita dan membawanya kepada mereka, Garuda pun menyanggupi.

Garuda menyampaikan niatnya kepada Vinata, sang ibu memberi petunjuk keberadaan Amrita dan berpesan bila Garuda lapar dia bisa memakan golongan Nishada yang tinggal di sebuah pulau terpencil ditengah samudera, namun tidak boleh membunuh brahmana
Garuda bertanya bagaimana dia bisa mengenali seorang brahmana, Vinata mengadakan jika Garuda menelan Brahmana dia akan merasakan tenggorokannya seperti tertusuk duri dan terbakar, karena Brahmana adalah mahluk mulia para Deva pun tidak bisa melukai mereka.
Garuda pun berangkat, sesuai arahan Vinata, ketika lapar dia menemukan pulau yang di huni oleh para Nishada, Garuda segera memangsa mereka ,para Nishada tak berdaya mereka lari kesegala arah tapi dengan mudah Garuda memangsanya.
Tak sengaja Garuda menelan seorang Brahmana, tengorokannya seperti terbakar, iapun memuntahkan nya kembali. Brahmana itu mengatakan kalau seorang wanita Nishada yang menjadi istrinya juga di telan Garuda, dengan segera Garuda pun memuntahkan wanita Nishada istri dari Brahmana tersebut.
Garuda melanjutkan perjalanannya, ditengah jalan beliau bertemu dengan Rishi Kasyapa, Garuda memberi hormat dan menghadap Ayahnya. Kepada Risihi Kasyapa Garuda menyampaikan tujuannya mencari Amrita, dan rasa haus dan lapar yang tidak terpenuhi.
Kasyapa lalu memberikan petunjuk kepada Garuda tentang santapan yang akan menghilangkan rasa haus dan lapar Garuda, yaitu seekor Kura2 dan Gajah raksasa (besar) yang hidup di sebuah Danau dekat dengan tempat mereka.
Kasyapa menceritakan riwayat Kura2 dan Gajah tersebut, yang dahulunya adalah seorang Rishi bernama Vibhatvasu dan adiknya bernama Supritika, karena berebut harta warisan orang tua mereka bertengkar dan saling kutuk, Vibhatvasu mengutuk Supritika menjadi sekor gajah, sebaliknya Supritika mengutuk kakaknya menjadi Gajah, demikianlah karena nafsu dan Lobha kedua bersaudara itu saling menghancurkan.

Atas petunjuk Ayahnya, Garuda menuju danau yang dimaksud untuk mencari gajah dan kura2, ketika ditemui dengan sekali sambar keduanya berhasil dicengkram dengan masing2 cakarnya. Kini sang Garuda mencari tempat berpijak agar bisa menyantap Gajah dan kura kura, namun beliau tidak melihat satupun tempat yang cocok ( karena pepohonan tumbang beterbangan karena kuatnya hempasan sayap Garuda bahkan pegununganpun bergetar) . Sampai akhirnya Garuda sampai di sebuah tempat bernama Alamva, ada pohon beringin yg kuat dan kokoh serta tinggi besar menawari dahannya untuk tempat hinggap, namun dahan pohon beringin raksasa itu pun patah tak sanggup menahan , disaat yang sama Garuda melihat para Rishi Valakhilya yg tengah bermeditasi dengan kepala di bawah bergantung di pohon terhempas oleh kepak sayapnya, dengan cepat Garuda menyambar dahan pohon raksasa tempat mereka bermeditasi dengan paruhnya untuk menyelamatkan mereka. Lalu terbang membumbung tinggi sambil kembali mencari tempat yg layak untuk hinggap.
Para Valakhilya pun sadar akan maksud Garuda adalah menyelamatkan bukan untuk memangsa mereka, serta merta memuji Garuda yang meski telah terbebani oleh Gajah dan kura2 raksasa di kedua cakarnya masih mampu membawa mereka dengan paruhnya “ Burung yang paling utama dari semua burung ini akan menjadi pemangsa para Naga, bernama GARUDA ( pembawa beban yang berat ).

Garuda menuju gunung Gandhamadana, disana beliau menjumpai Rishi Kasyapa tengah bertapa , melihat kehadiran Putranya yang membawa para Valakhilya, Rishi Kasyapa pun menyapa Para Valakhilya dan memperkenalkan nya pada Garuda dengan pujian kepada Para Valakhilya, bahwa para Rishi tersebut memiliki kekuatan yang luar biasa dan telah melakukan Tapa untuk menebus Dosa dan mampu hidup hanya dengan menyerap sinar matahari.
Setelah Para Valkhilya pergi menuju gunung Himavat untuk melajutkan tapa, Garuda bertanya kepada Kasyapa dimana sebaiknya Dahan Pohon Raksasa tersebut dibuang , sang Rishi memberi tahu tentang sebuag gunung yang tidak dihuni oleh manusia mempunyai gua gua dan lembah yang selalu tertutup salju
Garuda sampai di Gunung yang dimaksud setelah menghempaskan dahan raksasa lalu hinggap di puncak gunung tersebut, Gajah dan Kura kura raksasa ( ukuran ) pun disantap, dengan kepakan sayapnya Garuda membumbung kelangit.

Garuda Mencari Amrita

Para Deva melihat pertanda buruk, Vajra Indra berpijar menakutkan, senjata Para Vasu, Rudra, Aditya, Sadhya dan Marutta mengeluarkan kekuatan yang bertentangan , komet dan meteor muncul di siang hari, langit meski tidak berawan mengeluarkan suara gemuruh yg menakutkan, kalungan bunga para Deva tiba2 menjadi layu, angin bertiup dengan kencang disertai petir lalu awan pun datang menjatuhkan hujan darah diiringi debu terbawa angin yang menutup gemilangnya para Deva.
Indra bersama para Deva menghadap Vrihaspati meminta petunjuk tentang pertanda buruk tersebut, serta menanyakan apakah ada musuh yang akan menyerang mereka?. Vrihaspati mengatakan hal ini karena kesalahan dan keteledoran Indra terhadap Rishi Valakhilya di masa lalu sehingga Putra Kasyapa dan Vinata yang penuh dengan kekuatan kini datang untuk merebut Amrita.

Dahulu kala, saat Rishi Kasyapa melakukan yajna untuk memperoleh keturunan, Para Deva Rishi dan Gandharva turut ambil bagian, Indra pun membantu mengumpulkan bahan bahan upacara, sesuai dengan kekuatannya beliau membawa Kayu untuk Bahan Upacara seberat sebuah gunung tanpa merasa lelah, diperjalanan beliau melihat para Rishi Valakhilya bersama sama membawa sehelai daun Palasa, bangga akan kekuatannya Indra menertawai para Valakhilya lalu menggoda mereka dengan mendahului lewat diatas kepala mereka.
Para Rishi marah merasa terhina, mereka memutuskan untuk melakukan sebuah upacara dengan kekuatan hasil tapa mereka selama ini, untuk menciptakan seorang Indra lain yang sama kuatnya dengan Indra yang ada ( Purandara ). Indra yang mengetahui hal itu merasa cemas dan menyampaikan kepada Kasyapa, sang Rishi setelah mendengar penuturan Indra segera menemui para Valakhilya, beliau memastikan Yajna mereka akan berhasil namun mengingatkan agar para Valakhilya tidak melanggar perintah Brahma, karena Brahma pernah bersabda hanya boleh ada satu Indra yang menguasai Triloka, Rishi Kasyapa menyarankan agar para Valakhilya menciptakan Indra dalam wujud lain yaitu berupa Burung yang akan menjadi Indra diantara semua mahluk bersayap. Para Valakhilya pun setuju dan berkata bahwa hasil Yajna mereka akan menjadi putra dari Kasyapa dan Vinata 

Indra pun segera memintahkan para Deva bersiap untuk mempertahankan Amrita, dengan berbagai bentuk persenjataan lengkap dengan jubah perang para Deva bersiap untuk bertempur.  Garuda pun tiba, dengan kepakan sayapnya yang Indah menimbulkan badai membuat debu berterbangan menghalangi pandangan para Deva, dengan paruh cakar dan sayapnya Garuda mulai menyerang, para Deva banyak yang terluka. Indra memerintahkan Vayu untuk mengusir debu yang membutakan mereka, Vayu pun cepat bertindak, begitu debu tersebut disingkirkan para Deva mulai menyerang Garuda yang membalas dengan kekuatan luar biasa, diawali pekikan nyaring yang menggetarkan alam Garuda membalas dengan Paruh dan cakarnya, darah pun mulai mengalir dari luka para Deva, dengan sayapnya Garuda mengobrak abrik para Deva, para Sadhya dan Gandharva terhempas kea rah timur, para Rudra dan Vasu terhempas ke selatan, sedangkan para Aditya kearah barat dan Asvin kearah utara, mereka berhasil dipukul mundur dari pertempuran.

Kini Garuda berhadapan dengan para Yaksha antara lain Aswakranda , Rainuka, Krathanaka, Tapana, Uluka, Swasanaka,Nimesha, Praruja, dan Pulina yang perkasa dan pemberani. Garuda menyerang tanpa ampun, para Yaksha dihancurkan. Setelah para Yaksha dikalahkan, Garuda segera menuju tempat Amrita yang dilindungi oleh badai api, putra Vinata dengan cerdik segera meluncur meminum air beberapa sungai lalu dalam sekejap kembali ketempat Amrita, mencurahkan hujan bagaikan hujan hebat di akhir yuga memadam badai api. Begitu api padam Garuda mengecilkan tubuhnya untuk menyelinap diantara roda roda baja yang bergerigi tajam yang melindungi Amrita, melewati Roda baja Garuda kini berhadapan dengan sepasang naga yang menjaga Amrita, kedua naga itu sangat menakutkan matanya mengeluarkan sinar yang mampu menghancurkan benda menjadi abu, namun Garuda dengan cepat menghalangi mata mereka dengan debu lalu meyerang hingga keduanya hancur berkeping2. Tanpa menunda waktu Garuda mengambil Amrita lalu menghancurkan roda roda baja yang tadi dilaluinya.


Menjadi Wahana Vishnu
Dalam perjalanan Garuda bertemu dengan Narayana yang terkesan dengan Garuda, Vishnu menawarkan anugerah kepada Garuda, Garuda meminta agar bisa selalu bersama Vishnu dan bisa Abadi serta bebas dari penyakit tanpa perlu meminum Amrita, lalu Garuda pun menawarkan anugerah kepada Vishnu, Beliaupun meminta Garuda menjadi wahananya dan menjadi penghias panji kereta Vishnu. Keduanya pun berpisah.
Indra mencegat Garuda yang membawa lari Amrita, menghantamnya dengan Vajra. Garuda tertawa keras lalu berkata kepada Indra , bahwa demi menghormati Rishi yang tulangnya dijadikan bahan membuat Vajra, demi menghormati Vajra dan demi menghormati Indra penyelenggara seribu Yajna Garu menerima hantaman Vajra dan tidak akan membalas serangan Indra. Di hadapan Indra Garuda menunjukkan kehebatannya dengan memasang kembali sayapnya yang (putus) terkena hantaman Vajra.
Para penghuni ketiga alam yang menyaksikan kagum dengan peristiwa itu , mereka berkata bahwa Garuda mulai saat itu bergelar Suparna (dia yang bersayap indah). Indra terpesona dengan kehebatan Garuda pun menawarkan persahabatan diantara mereka seraya bertanya seberapa besar kekuatan Garuda sebenarnya, Garuda tanpa bermaksud menyombongan diri berkata, bahwa sehelai bulunya mampu menyangga Bumi beserta gunung, laut, dan pepohonan didalamnya. Indra mengkui kehebatan Garuda menawarkan anugerah, demi menghormati Indra, Garuda meminta anugerah agar para Naga yang perkasa akan menjadi makanannya.
Sebelum berpisah, Indra mengingatkan Garuda agar mengembalikan Amrita kepada Nya bila urusannya telah selesai ( Vinata bebas dari perbudakan ) dan meminta agar para Naga tidak diberikan Amrita. Karena mereka memusuhi para Deva Garuda menjamin akan mengembalikan Amrita kepada Indra dan memang dari awal sudah merencana tidak memberikan Amrita kepada para Naga, Garuda berpesan begitu ibunya bebas dari perbudakan Indra secepatnya mengambil kembali Amrita, keduanya sepakat dan berpisah.

Garuda pun tiba ditempat para Naga dan Vinata, Garuda meminta ibunya dibebaskan dari perbudakan karena sudah berhasil membawa Amrita, para Naga setuju. Maka ikatan perbudakan kini sudah terlepas. Kemudia para Naga diminta melakukan penyucian diri dan melakukan pemujaan terlebih dahulu sebelum meminum Amrita, para Naga pun setuju Garuda meletakan Amrita diatas rumput Kusa ( alang alang ). Begitu para Naga pergi untuk melakukan pembersihan diri, Indra dengan cepat mengambil Amrita dan kembali ke kediamannya.  Para Naga yang selesai melakukan pemujaan mendapati tempat Amrita di taruh telah kosong, mereka mulai menjilati rumput Kusa dengan harapan masih ada sisa Amrita, karena hal itu maka lidah Naga pun bercabang dua, sedangkan rumput Kusa menjadi suci karena pernah menjadi tempat Amrita. 

Para Naga Yang Dikutuk
Alur cerita kini kembali pada para Naga, setelah dikutuk oleh ibunya, paraNaga berkumpul untuk mencari solusi atas nasib yang akan mereka alami
Dari seribu putra putra Kadru inilah yang utama serta menjadi raja dikalangan bangsa Naga
Sesha merupakan yang tertua, kemudian Vasuki Airavata, Takshaka, Karkotaka Dhananjaya, Kalakeya, Mani, Puranai Pmjaraka, Elapatra, Vamana, Nila, Anila, Kalmasha, Savala, Aryaka, Ugra, Kalasapotaka, Suramukha, Dadhimukha, Vimalapindaka, Apta, Karotaka, Samkha, Valisikhai Nisthanaka, Hemaguha, Nahusha, Pingala, Vahyakarna,Hastipada, Mudgarapindaka.Kamvala, Aswatara, Kaliyaka, Vritta, Samvartaka, Padma, Mahapadma, ankhomukha, Kushmandaka, Kshemaka, Pindaraka, Karavira, Pushpadanshtraka, Vilwaka, Vilwapandara, Mushikada, Sankhasiras, Purnabhadra, Haridraka, Aparajita, Jyotika, Srivaha, Kauravya, Dhritarashtra, Sankhapinda, Virajas, Suvahu, Salipinda, Prabhakara, Hastipinda, Pitharaka, Sumuksha, Kaunapashana,Kuthara, Kunjara, Kumuda, Kumudaksha, Tittrii Halika, Kardama, Vahumulaka, Karkara, Akarkara, Kundodara, dan Mahodara. 

Berbagai usulan disampaikan oleh mereka namun tak satupun memuaskan Vasuki yang memimpin saudara saudaranya.

Sedangkan Sesha sebagai yang tertua pergi meninggalkan mereka setelah kutukan Kadru, Sesha memilih melakukan Tapa dan Vrata yang ketat sampai akhirnya Brahma datang memberikan anugerah. Sesha menyampaikan ketidaksenagannya atas kelakuan saudara2 nya yang karena mempunyai kekuatan dan racun mematikan menindas mahluk lain, iri hati diantara mereka serta perlakuan para Naga kepada putra Vinata, sehingga Sesha berniat meninggalkan mereka dan tidak ingin bersama mereka lagi dengan menjadi Petapa dengan melakukan Vrata yang ketat.
Sesha meminta anugerah kepada Brahma agar hatinya senantiasa bersih dan murni tidak seperti saudara2 nya yang berhati lemah, penuh kecemburuan dan kejam kepada mahluk lain. Brahma pun memenuhi permintaan Sesha serta memberikan tugas untuk menjaga Bumi agar tetap stabil dengan menyangganya, Sesha mematuhi dan pergi ke alam bawah (Patala) untuk menjaga kestabilan Bumi.


Rapat pun belum mennghasilkan keputusan sampai akhirnya Elapatra akan bicara, dia mengatakan bahwa saat kutukan terjadi Elapatra mendengar percakapan Brahma dengan para Deva yang membahas kutukan Kadru, alasan kenapa Brahma tidak mencegah Kadru mengutuk putra putranya tidak terlepas dari perilaku buruk para Naga yang bangga akan kekuatan dan racunnya, tapi Brahma mengatakan bahwa untuk bisa selamat dari kepunahan yang disebabkan Api Yajna SarpaSatra, para Naga harus mengawinkan saudara perempuan mereka yang bernama Jaratkaru dengan Rishi Jaratkaru dari keluarga Yayavara, putra mereka nantinya terkenal memiliki kekuatan yang luar biasa hasil dari tapa dan penebusan dosa.
Jadi menurut Elapatra tidak ada gunanya mencegah upacara Sarpasastra apalagi membunuh para Rishi yang hendak melaksanakan upacara tersebut ( seperti usulan Naga yang lain ) melaikan menunggu kehadiran Rishi Jaratkaru untuk bisa di kimpoikan dengan saudara perempuan mereka, tugas ini akan di serahkan kepada Vasuki.
Vasuki pun membenarkan Elapatra, dia sendiri kemudian bercerita setelah Pemutaran Samudera, bersama para Deva dia menghadap Brahma, Para Deva menyampaikan tentang kutukan Kadru dan nasib Vasuki, karena bagi para Deva Vasuki sangat berjasa membantu mereka dalam pemutaran samudera serta berhati mulia. Brahma pun memberitahukan cara agar para Naga selamat dari kepunahan akibat Sarpasastra yang akan diselenggarakan oleh Raja Janamejaya, dan memberitahu Vasuki apa yang harus dilakukan, tapi Vasuki hanya bisa bertindak jika ada salah seorang saudaranya mengingatkan dirinya, seperti yang telah dilakukan oleh Elapatra.
Para Naga pun bergembira dan Sepakat, mereka menunggu waktu lahirnya Risihi Jaratkaru dan keinginannya untuk kimpoi dengan wanita yang bernama sama dengan dirinya untuk membebaskan leluhurnya yang tersiksa akibat garis keturunan mereka yang nyaris putus.
 
Parikshit Dan Takshaka
Tersebutlah seorang Raja Parikshit, terlahir di keluarga Kuru putra Abhimanyu, gagah perkasa seperti leluhurnya Pandu dan memiliki kegemaran yang sama yaitu berburu. Suatu beliau pergi berburu dan seekor rusa terluka terkena panahnya, Raja memutuskan untuk mengejarnya sampai jauh ke tengah hutan dan terpisah dari rombongannya, lelah dan kehausan Parikshit sampai di sebuah asrama dan menemui seorang Muni, beliaupun bertanya kepada sang Rishi apakah melihat Rusa buruannya yang terluka, berkali2 ditanya sang Rishi tidak menjawab dan tetap duduk tenang , karena haus dan lapar Parikshit menjadi mudah marah dengan ujung busurnya dia mengalungkan bangkai ular pada sang Rishi, namun beliau tetap tak bergeming.
Sadarlah Parikshit bahwa Rishi yang ditemuinya itu tengah melakukan Mona Vrata ( Vrata yang bertujuan mengendalikan kata2 dengan cara diam tak berbicara ) Sang Rishi mempunyai putra bernama Sringin, saat kejadian tengah berada di rumah gurunya, setelah waktu belajar selesai atas ijin sang Guru Sringin pun pulang, dalam perjalanan ke rumahnya seorang putra brahmana yang menjadi temannya bernama Krisa dengan setengah bercanda mengatakan klo Ayahnya yang tengah melakukan Vrata dengan bangkai ular di bahu, Sringin pun marah dan menanyakan apa yang terjadi.
Krisa menceritakan perihal Raja Parikshit yang datang menemui Rishi Samika, menanyakan Rusa buruannya, karena tidak jawaban sang raja maarah lalu mengalungkan bangkai ular pada sang Rishi lalu kembali ke Ibukota.
Sringin pun marah mendengar pelecehan terhadap ayahnya dan mengutuk Parikshit. “bahwa tujuh hari mulai dari hari itu, Parikshit akan tewas di gigit oleh Takshaka raja Naga” Sringin pun buru2 pulang, melihat Rishi Samika sang ayahnya
Kesedihannya bercampur amarah melihat kondisi Ayahnya, namun dengan tenang Rishi Samika mengatakan amarah Sringin tidak perlu, seorang Brahmana haruslah pemaaf dan mampu mengendalikan amarah, Samika pun menjelaskan kewajiban seorang Brahmana dan seorang Raja, dan mengatakan bahwa mereka bisa melakukan tugas sebagai brahmana juga atas jasa Parikshit yang melakukan tugasnya sebagai Raja melindungi para Brahmana.
Namun Sringin tidak mudah untuk ditenangkan, beliau tetap berteguh bahwa kutukannya bakal tetap terjadi. Mengetahui kemarahan putranya yang sulit diredakan, Samika mengutus muridnya Gaurmukha menemui raja Parikshit untuk memperingati tentang kutukan Sringin.

Setelah mendapat peringatan, Parikshit pun mempersiapkan diri, membangun sebuah gedung tersendiri dari bangunan lain, dikelilingi oleh para pasukan pengawal, beliau sendiri ditemani oleh para menterinya didalam gedung.
Pada hari ketujuh, Takshaka menuju Hastinapura diperjalanan bertemu dengan Rishi Kasyapa ( bukan Prajapati Kasyapa yang merupakan ayah para Naga ), Takshaka mengetahui kemampuan Kasyapa dalam menetralisir racun dan maksud sang Rishi yang hendak menemui Raja Parikshit. Takshaka menguji kemampuan Rishi Kasyapa dengan menantangnya menghidupkan kembali pohon beringin yang mati dan hangus oleh racun Takshaka, dengan kemampuan tapanya Rishi Kasyapa pun mengembalikan kondisi pohon Beringin tersebut seperti sediakala. Takshaka menyadari kalau Kasyapa sampai di kediaman raja Parikshit maka misinya akan gagal, lalu Takshaka membujuk sang Rishi, bahwa dia sanggup memberi kemakmuran kepada Kasyapa melebihi apa yang bisa diberikan oleh Parikshit. Takshaka pun memberikan berbagai emas dan permata serta hadiah yang lain kepada Kasyapa, sang Rishipun setuju mengurungkan niatnya menuju Hastinapura.

Sampai di Hastinapura, Takshaka melihat ketatnya penjagaan terhadap Raja Parikshit seolah2 anginpun tidak bisa lewat menembus penjagaan. Takshaka memikirkan cara untuk bisa menembus penjagaan, lalu dia memerintah bawahannya untuk menyamar menjadi brahmana membawakan Air dari tempat suci dan buah2an dalam keranjang yang terbuat dari rumput kusa kepada sang Raja.
Tanpa curiga sang Raja menerima persembahan itu dan mengajak para menterinya bersama sama menyantap buah buahan tersebut.
Saat itu matahari akan terbenam, dengan tersenyum Raja Parikshit berkata bahwa dia tidak takut lagi pada racun Takshaka dan mengambil buah dimana Takshaka bersembunyi dalam wujud serangga, Parikshit melihat serangga tersebut, lalu dengan bergurau dan terdorng oleh nasib sang Raja berkata “ biarlah serangga ini menjadi Takshaka dan mengigitku” sambil meletakkan serangga tersebut di lehernya.
Tanpa membuang waktu Takshaka mengigit Parikshit, dengan raungan yang mengerikan, sang Raja jatuh tak berdaya, Takshaka kembali kewujudnya lalu menyemburkan racun memenuhi ruangan, kepanikan luar biasa terjadi. Para menteri mencoba untuk menolong beberapa melarikan diri, para Brahmana dan ahli pengobatan pun mencoba menetralisir Racun Takshaka, namun nyawa Raja tidak tertolong.
Janamejaya saat itu masih begitu muda dinobatkan menjadi Raja menggantikan Ayahnya, dikemudian hari Janamejaya menjadikan Vapushtama putri Raja Kasi Suvarnawarmana sebagai permaisuri dan menjadi Raja di Raja seperti pendahulunya Raja Yudhisthira

Astika Sang Penyelamat

Kisah kembali kepada Jaratkaru yang telah melangsungkan perk awinan dan tinggal dikediaman Vasuki, sang Rishi tetap tekun melakukan ritual dan tapa seperti sedikala, sang Istri pun setia dan melayaninya dengan tulus.
Suatu hari ketika Matahari akan terbenam Jaratkaru masih tertidur dalam pangkuan istrinya, sang Istri hendak membangunkannya untuk mengingatkan sang Rishi melakukan pemujaan sore hari sebelum matahari terbenam.
Namun Jaratkaru ( istri ) ragu mengingat persyaratan yang dulu diajukan oleh sang Rishi kepada kakaknya Vasuki, bahwa apabila Jratkaru melakukan tindakan yang membuat sang Rishi tidak senang maka beliau akan meninggalkannya.

Akhirnya karena terdorong oleh kewajibannya sebagai istri mengingatkan suami melakukan tugasnya melakukan pemujaan, dengan kata2 lembut Jaratkaru membangunkan sang Rishi. Namun kemarahan tetap terpancar dari Rishi Jaratkaru meski telah mendengar alas an sang istri, Rishi tersebut berkata bahwa Matahari bergerak lebih cepat dari biasanya saat beliau tertidur, dan itu merupakan pertanda saatnya telah tiba bagi dirinya meninggalkan sang Istri.

Jaratkaru memohon ampunan dari sang Rishi seraya mengingatkan sang Rishi tujuan mereka berdua melangsungkan perk awinan adalah untuk memperoleh keturunan untuk menyelamatkan leluhur Rishi Jaratkaru disatu sisi dan menyelamatkan bangsa Naga disisi yang lain, namun sampai saat ini putera yang diharapkan belum ada.
Dengan lembut Rishi Jaratkaru berkata bahwa dalam Rahim Jaratkaru sudah ada benihnya yang nanti akan lahir menjadi Rishi yang setara dengan Agni dan menguasai Veda beserta semua cabangnya, beliau mengatakan tugasnya telah selesai, lalu pamit kepada sang istri untuk melakukan tapa ke hutan.

Sepeninggal Rishi Jaratkaru , sang Naga menemui kakaknya Vasuki menceritakan apa yang telah terjadi, meski sedih namun Vasuki lega mendengar bahwa dalam Rahim adiknya sudah ada benih keturunannya, dia percaya ucapan sang Rishi pasti menjadi kenyataan.
Ketika waktunya Tiba Jaratkaru melahirkan putra yang luar biasa, bersinar cemerlang yang menghilangkan kekhawatiran para Naga atas kutukan Kadru, sang Putra pun mempelajari Veda dan cabangnya dari Rishi Chyavana putra Bhrigu, meski masih kanak2 sang putera memiliki keteguhan yang luarbiasa dalam melakukan Vrata, dianugerahi kecerdasan gemilang dengan cepat menguasai Veda, Sang Putra diberi nama Astika.

Kembali ke Hastinapura

Mendengar penuturan Rishi Utanka, Janamejaya bertanya kepada para Menterinya apakah benar kematian Ayahnya disebabkan oleh Takshaka seperti cerita Rishi Utanka, para mentrinya membenarkan seraya menambahkan kisah pertemuan Takshaka dengan Rishi Kasyapa yang bermaksud membantu Raja Parikshit

Kemarahan Janamejaya tertuju pada Takshaka dan bermaksud memghukumnya, Janamejaya pun memerintahkan para menterinya untuk mempersiapkan Sarpasatra ( Yajna Ular ) dengan meminta pertimbangan dari para Pendeta istana dan para Rishi yang mulia. Segala persiapan pun telah dilakukan sesuai petunjuk para Pendeta Istana dan Maha Rishi, sampai akhirnya Upacara siap dilakukan.

Upacara pun dilangsungkan dengan para Ritwikas sebagai berikut : bertindak sebagai Hotri adalah Chandawargava dari keluarga Brighu keturunan Chyavana, Kautsa sebagai Udgatri, Rishi Jaimini sebagai Brahmana ( pelantun mantra Atharva ) , Sarngarva dan Pingala sebagai Adhvaryu, sedangkan para Rishi Utama seperti Vyasa dengan putra dan muridnya, Uddalaka. Pramataka. Swetaketu, Pingala, Asita, Devala, Narada, Parvata, Atreya, Kundajathara, Brahmana Kalaghata, Vatsya, Srutasravas, Kohala Devasarman, Maudgalya, Samasaurava sebagai Sadasya dalam upacara tersebut.

Satu persatu para Naga terjatuh dalam sekejap ribuan Naga dan ular menjadi korban, baud aging terbakar memnuhi angkasa diiringi jerit ketakutan dan kematian para Naga, para Naga dalam berbagai bentuk dan warna terjatuh dalam api Yajna ada yang berbentuk seperti macan, gajah, dll. Namun Takshaka belum juga muncul.

Sebelum upacara berlangsung Takshaka menghadap kepada Purandara ( Indra ) memohon perlindungan, Raja para Deva pun menenangkan Takshaka bahwa dia aman dari Sarpasatra, Takshaka berlindung di balik jubah Indra.
Janamejaya bertanya kepada para Rishi kenapa Takshaka belum juga muncul ? para Rishi dengan kekuatan tapa mereka mengetahui kalau Takshaka meminta perlindungan kepada Raja para Deva.

Di kediaman Vasuki terjadi kepanikan luarbiasa, para Naga mulai terpengaruh oleh kekuatan Yajna Janamejaya, Vasuki pun lemas kehilangan kekuatannya dan mulai ditarik oleh kekuatan mantra Sarpasatra, Vasuki meminta Jaratkaru untuk mengutus Astika pergi menghentikan Sarpasatra Janamejaya. Jaratkaru segera memanggil putranya memerintahkan Astika untuk menyelamatkan para Naga.

Astika pun bergegas menuju tempat berlansungnya Upacara, dengan kerendahan hati dan bahasa yang santun memuji kehebatan Yajna yang dilakukan oleh Janamejaya setara dengan Yajna2 termasyur yang dilakukan oleh tokoh2 terkenal di masa lalu . Janamejaya sangat terkesan dengan sikap dan kebijakan Astika yang meski masih muda sudah memiliki kemampuan seorang Rishi Utama, lalu beliaupun meminta ijin kepada para Ritwikas untuk memberikan anugerah kepada Astika.

Tapi Brahmana yang bertugas sebagai Hotri berkata “ kalu Takshaka belum muncul dan jatuh kedalam api yajna, Janamejaya berkata mengapa bisa terjadi ? para Rishi berkata Takshaka yang kini ketakutan masih bersama Indra di kediamannya, Janamejaya meminta para Rishi untuk mengundang Indra hadir dalam Yajnanya, Raja Para Dewa diiringi oleh para Dewa , apsara dan Gandharva pun muncul diangkasa., Takshaka berlindung dibalik jubbah Indra sehingga tidak Nampak, Raja Janamejaya pun bertanya kenapa Takshaka belum terlihat ? Para Rishi berkata kalau Takshaka berlindung di balik jubah Indra, mengetahui hal itu Janamejaya murka dan berkata “ jika Takshaka berlindung pada Indra di balik jubahnya, biarlah Takshaka bersama2 Indra jatuh ke Api Yajna”

Mengetahui ancaman Janamejaya, Raja para Deva pun melepas Takshaka lalu kembali kediamannya, kini Takshaka muncul di angkasa.
Janamejaya yang merasa Sarpasatra nya akan berhasil pun kembali meminta ijin kepada para Sadasya untuk memberikan anugerah kepada Astika, para Rishi akhirnya memberikan ijin kepada Janamejaya. Dengan gembira Janamejaya bertanya kepada Astika tentang anugerah yang diminta, Astika meminta Anugerah dari Janamejaya agar menghentikan Sarpasatra, Janamejaya menawarkan Astika Anugerah yang lain, beliau menawarkan Harta Kekayaan yang berlimpah, namun ditolak oleh Astika, berkali2 dibujuk tapi Astika tetap pada permintaannya dan berkata “ Harta kekayaan tidak berguna baginya, satu2 nya keinginan dia adalah menyelamatkan bangsa Naga yang merupakan sesepuh dan keluarganya dari pihak ibu.
Janamejaya akhirnya mengabulkan permohonan Astika , meminta para Ritwikas dan Sadasya menghentikan Sarpasatra, meski Takshaka selamat namun para Rishi tetap mendapat persembahan berbagai macam hadiah dari sang Raja.

Para Rishi di Naimisha bertanya mengapa mantra yang diucapkan oleh para Ritwikas tidak ampuh untuk membuat Takshaka terjatuh dalam api Yajna ? Sauti menjawab bahwa meski Takshaka tak sadarkan diri dia tetap melayang diudara dan tidak terjatuh karena ditahan oleh kekuatan mantra yang diucapkan oleh Astika sambil memohon anugerah dari Janamejaya.

Meski gagal membunuh Takshaka Raja Janamejaya cukup puas dan meminta Astika menjadi Sadasya dalam Aswamedha yang nanti akan dilaksanakannya.
Astika kembali kepada ibu dan pamannya, para Naga menyambutnya dengan gembira seraya menawarkan anugerah kepada Astika , setelah memberi hormat kepada ibu dan pamannya dengan menyentuh kaki mereka, Astika berkata bahwa anugerah yang diinginkannya adalah bahwa para Brahmana dan siapapun yang dalam melaksanakan tugasnya dengan menyebut namanya dalam pikiran mereka akan tidak takut kepada para Naga dan ular, terbebas dari racunnya. Para Naga pun menyanggupi, bilamana setiap orang menyebut “Astika , attiman Sunitha” baik siang maupun malam akan bebas dari ancaman mereka.

Demikianlah kisah penyelamatan Astika yang membebaskan para Naga dari kutukan Kadru seperti yang diceritakan Rishi Pramati kepada Putranya Ruru

Para Naga yang menjadi korban dalam Upacara Yajna Sarpa, diantaranya :
Kotisa, Manasa, Puma, Gala, Pala, Hallmaka, Pichchhala, Kaunapa, Cakra, Kalavega, Prakalana, Hiranyavahu, Carana, Kakshaka, Kaladantaka. Mereka adalah dari keluarga Vasuki mereka adalah Naga dengan wujud yang menakutkan dan memiliki kekuatan yang luarbiasa.
Sedangkan dari garis keturunan Takshaka adalah Puchchandaka, Mandalaka, Pindasektri, Ravenaka ; Uchochikha, Carava, Bhangas, Vilwatejas, Virohana ; Sili, Salakara, Muka, Sukumara, Pravepana, Mudgara and Sisuroman, Suroman and Mahahanu.
Dari golongan Airavata adalah Paravata, Parijata, Pandara, Harina, Krisa ; Vihanga, Sarabha, Meda, Pramoda, Sauhatapana.
Dari garis keturunan Kauravya adalah Eraka, Kundala Veni, Veniskandha, Kumaraka , Vahuka, Sringavera, Dhurtaka, Pratara dan Astaka.
Berikut adalah Naga yang memiliki kecepatan seperti Angin dan sangat berbisa dari keluarga Dhritarashtra mereka adalah Sankukarna, Pitharaka, Kuthara, Sukhana, dan Shechaka ; Purnaangada, Purnamukha, Prahasa, Sakuni, Dari, Amahatha, Kumathaka, Sushena, Vyaya ; Bhairava, Mundavedanga, Pisanga, Udraparaka ; Rishabha, Vegavat, Pindaraka; Raktanga, Sarvasaranga, Samriddha, Patha dan Vasaka ; Varahaka, Viranaka, Suchitra, Chitravegika, Parasara, Tarunaka, Maniskandha and Aruni.
Astika Parva Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar