Rabu, 17 Oktober 2012

Sambhava Parva : Dushmanta dan Shakuntala



 

Dushmanta dan Shakuntala

 (sambhava Parva continued.....)

[pengen merubah cara penyajiannya, kali ini saya masukkan dialog dari para tokoh biar suasana cerita lebih hidup]

Dushmanta adalah seorang raja dari keturunan Paurava Beliau adalah pelindung bumi yang dibatasi oleh empat lautan ( wilayah kerajaan ?) dan juga beberapa wilayah di tengah lautan ,mampu menghalau semua musuh ke empat penjuru bahkan mengusir kaum Mleccha saat beliau memerintah  rakyat hidup tenang dan sejahtera, tiada ketakutan akan wabah penyakit, tiada ketakutan akan pencuri, keempat Varna menjalankan tugasnya masing masing atas dasar kebajikan, tiada yang melakukan sesuatu karena menginginkan hasil (pamrih) tapi murni karena kebajikan. Parjanya ( Indra ) menurunkan hujan turun sesuai dengan waktunya bumi menghasilkan segala kebutuhan secara berlimpah. Para brahmana memegang teguh kebenaran. Dushmanta adalah raja yang perkasa, menguasai berbagai jenis senjata dan seni pertarungan, baik jarak dekat, maupun jarak jauh dan mengusir semua musuh. Dalam kekuatan beliau bagaikan Vishnu , cemerlang bagaikan Surya dan tenang bagaikan Varuna serta sabar bagaikan Prthivi.
Suatu hari Dushmanta pergi untuk berburu ke hutan, dengan diiringi empat jenis pasukan ( pejalan kaki, berkuda, pasukan kereta dan Gajah ) yang dipersenjatai dengan pedang tombak gada dan panah sedangkan disekeliling beliau para perwira berbaris dengan gagah. Suara gempita para perwira dan prajurit di warnai suara sankha dan genderang mengiringi gemerincing  roda kereta dan derap langkah gagah pasukan gajah.
Para putri memandang dengan takjub dari beranda rumah mereka yang megah , mereka seakan akan melihat Deva Indra , sambil memberikan pujian mereka menaburi sang Raja denga bunga , Dushmanta dengan diiringi para brahmana utama yang terus mengumandangkan doa untuk keselamatan dalam perjalanan pun segera menuju hutan untuk berburu kijang.


Tiada terhitung binatang buruan yang telah dibunuh oleh Dushmanta dan pengiringnya, ada yang terbunuh oleh panah ada juga dibunuh dengan pedang atau gada dan tongkat. beliau menjelajahi hutan membuat semua binatang ketakutan, mereka mulai berhamburan ke segala penjuru, sehingga terjadi kekacauan di dalam hutan, banyak singa dan macan yang terbunuh, gajah liar yang terluka pun berlari kesana kemari, sisanyan (binatang yang lain ) ada yang mati kelelahan maupun karena kehausan. Sang Raja kemudian memasuki hutan yang lain untuk melanjutkan perburuannya .
Dengan diikuti pasukan yang kelelahan oleh haus dan lapar dihadapan raja kini terbentang tanah gersang, beliau melalui tanah yang tiada ditumbuhi tanaman itu sebelum memasuki hutan yang baru, Dushmanta sadar bahwa beliau akan memasuki hutan dimana Risihi Agung keturunan Kasyapa tinggal, segera beliau memerintahkan pasukannya menunggu di pinggir hutan, lalu beliau bersama beberpa pengiring masuk kedalam hutan.
Dushmanta menyaksikan keindahan Hutan yang tanahnya ditumbuhi rerumputan, setiah pohon dipenuhi oleh bunga dan begitu rindah memberikan keteduhan, suara kepakan sayap kumbang yang mengincar bunga begitu jelas terdengar, sang raja telah memasuki kawasan pertapaan.
Pepohonan yang setiap cabangnya dipenuhi oleh bunga bunga mekar berwarna warni terlihat bagikan bagaikan ribuan pelangi, semilir angin dengan lembut menerpa membuat bunga bunga berjatuhan seakan akan menyambut kedatangan sang Pemanah ,hutan itu tiada ubahnya kediaman para Siddha, Charana dan Gandharva serta Apsara, tiada pepohonan yang terlihat tanpa buah ataupun bunga, Dushmanta begitu terpesona dengan suasana hutan yang bagaikan Nandana ( hutan milik Indra ) dihiasi kicauan burung yang merdu dan kepakan sayap lebah pencari madu, bau harum wangi bunga bertiup dari segala penjuru semerbaknya menambah teduh suasana , kicauan burung yang riang diantar pepohonan seiring sang Raja menyaksikan para Yotis ( Yeti ? ), Valakhillya dan  para Muni yang duduk dibawah pepohonan rindang dengan api suci yajna melakukan upacara persembahan dipinggir sebuah sungai, dimana binantang kecil dan kijang Nampak melepas dahaga disana dengan tenang tanpa rasa takut begitu pula binantang lainnya, sang Raja telah memasuki kawasan suci tiada ubahnya suatu wilayah surgawi, kini beliau tahu telah berada di pertapaan Risihi Kanwa yang termashyur keturunan Rishi Kasyapa , terlihat burung merak dengan anggun berada disekitar pertapaan beliau sehingga pertapaan itu tak ubahnya bagaikan taman Chitraratha sang Raja Gandharva ,beliau memutuskan untuk menemui sang Rishi guna memberi penghormatan pada sang orang suci yang terkenal akan tapa bratanya yang hebat . beliau memerintahkan sisa pengawalnya untuk menunggu, sendirian beliau memasuki Ashrama Rishi Kanwa.
Ternyata sang Rishi sedang tidak berada ditempat, Dushmanta disambut oleh seorang gadis cantik bagaikan Devi Sree yang mengenakan pakaian seorang petapa bermata indah, dengan ramah sang gadis menyambut sang Raja dengan hormat mempersilahkan duduk serta menawarkan air untuk membasuh kakinya seraya mempersembahkan Arghya, sang Putri menanyakan tentang kesehatan dan keadaan sang Raja. Dengan tutur kata manis dia berkata
“ wahai sang Raja, katakanlah perintahmu saya menunggunya “
“Aku datang  untuk menghadap Rishi yang mulia, duhai putri yang cantik dimanakah beliau ?:
“ayahku sedang pergi untuk mencari buah-buahan, jika anda mau menunggu sebentar lagi beliau akan pulang “
Dushmanta memang tidak melihat sang Rishi, pandangannya terarah pada sang gadis yang mempunyai kecantikan tiada cela dan bertubuh indah, bibir yang tersenyum manis dengan tingkah laku  yang penuh sopan santun , sang raja menyadari kalau gadis dihadapannya ibarat bunga yang kini sedang mekar mekarnya
“siapakah engkau putri? Darimana asalmu? Siapakah orangtuamu, dengan segala kecantikanmu mengapa engkau berada dihutan ini, dengan senyumanmu yang menawan hatiku, aku sangat ingin mengetahui siapa dirimu?
Dengan bibir tersenyum sang gadis menjawab
“wahai Dushmanta, saya adalah putri dari Rishi Kanwa”
“Tapi bagaimana mungkin hal itu terjadi? Rishi Kanwa yang mulia terkenal karena Tapasya nya yang hebat bisa  mempunyai seorang putri, ceritakanlah duhai putri agar keraguan dihatiku sirna”
“Baiklah raja, saya kan menceritakan asal usul saya, kisah ini saya dengar dari penuturan ayah saya kepada Rishi yang pernah berkunjung kesini menanyakan hal yang sama tentang diriku, sekarang dengarkanlah cerita beliau “
(Cerita berikut adalah penuturan Rishi Kanwa kepada Rishi yang menjadi tamunya perihal asal usul Sakuntala)

 
Suatu ketika Rishi Viswamitra melakukan Tapa brata yang dahsyat sampai sampai membuat Indra Raja para Dewa cemas, beliau menyangka Viswamitra melakukan Brata tersebut untuk merebut posisinya, Indra kemudian memanggil Apsara Menaka untuk mengagalkan Tapa sang Rishi
“ duhai Menaka, kau Apsara yang paling utama, aku memintamu melakukan sesuatu untukku, Rishi Viswamitra yang cemerlang bagaikan matahari tengah melakukan Tapa yang hebat, ini membuatku cemas, pergilah kau kesana, rebutlah hatinya sehingga tapanya tidak berhasil, dengan kecantikan dan keremajaanmu , duhai yang tercantik diantara Apsara buatlah dia  “lupa” akan tapa yang dilakukannya dengan keramahan dan tutur kata manismu ” mendengar permintaan Indra, Menaka yang bertubuh Indah pun menjawab
“Paduka yang mulia, Rishi Viswamitra adalah Rishi yang termahsyur memiliki kekuatan tapa yang hebat, beliaupun sangat mudah marah, Rishi yang  kekuatan, tapanya yang hebat serta kemarahannya telah membuat Paduka cemas, bagaimana mungkin hamba tidak ikut cemas. ? sang Rishi dengan kemarahannya bahkan telah membuat Rishi Agung Vasistha bersedih melihat kematian putra putranya, Rishi ini terlahir sebagai Kshatriya namun kemuadian menjadi Brahmana dengan melakukan Tapa penebusan dosa, sang Rishi dengan kehebatannya telah menciptakan mata air suci dimana sungai Kausiki mengalir, sang Rishi juga telah menciptakan Svarga untuk Trisanku karena para Deva menolak menerima Trisanku naik ke Svarga.
Katakanlah wahai Raja Para Deva, bagaimana hamba terhindar dari kemarahan sang Rishi, yang dengan sinarnya bisa membakar tri bhuwana, dengan pijakan kakinya bisa membuat bumi bergetar , dia yang bisa mengelilingi dunia sepuluh kali dalam sekejap, bagaimana mungkin hamba seorang  wanita biasa mampu ‘menyentuhnya’ ?
Tapi bagaimanapun juga hamba akan melakukan perintah paduka, lindungilah hamba, perintahlah  Marut ( Deva Angin ) membantu hamba untuk menyingkap pakaian hamba, perintahkan juga Mamantha (Kamadeva) turut serta membantu.
Setelah menyampaikan syarat, Menaka pun pergi menuju tempat Kausika (Viswamitra) melakukan Tapasya. Indra pun memenuhi permintaan Menaka dengan memerintakan Deva angin membantu tugas Menaka.

Apsara Menaka tiba di tempat sang Risihi yang tengah kusyuk melakukan tapa, dengan gerak gerik menawan, Menaka memberi hormat lalu mendekati sang Rishi, disaat itulah Marut bertiup, menerbangkan kain Menaka, tubuh sang Apsara yang cantik itu terlihat putih bagai rembulan , pura pura malu mengejar kainnya yang diterbangkan angin, seolah olah ia kesal akibat ulah angina tersebut, saat itulah Viswamitra melihat keindahan pemandangan itu, Menaka begitu cantik dan menawan tanpa cela oleh usia tua, menimbulkan hasrat sang Rishi agar Menaka mendampinginya, Viswamitra pun mengundang Menaka agar sudi menemaninya yang tiada menolak keinginan sang Rishi, mereka menghabiskan hari hari bersama untuk beberapa lama namun terasa hanya bagai melewati satu hari.
Sang Rishi memperoleh seorang putri dari Menaka yang bernama Sakuntala, saat tiba waktu melahirkan, Menaka pergi ke  tepi sungai Malini di sebuah lembah sekitar gunung Himavat, setelah lahir sang bayi ditinggalkan disana.
“Aku (Rishi Kanwa) menemukan disana terbaring di alam liar saat hendak mencari air suci. Tidak ada pemangsa seperti singa dan macan menghampirinya, tidak juga Rakshasa serta pemangsa lain, sang bayi dilindungi oleh burung burung pemakan bangkai yang menjaga disekelilingnya “
“Aku memungutnya dan menjadikan dia anak, sesuai dengan kitab suci ada tiga hal (tindakan) yang (menyebabkan seseorang ) bisa disebut seorang ayah
-          dia yang memberinya badan ( Ayah Kandung )
-          dia yang memberinya makanan ( merawat )
-          dia yang sebagai pelindung
“aku kemudian memberinya nama SAKUNTALA, karena dia dilindungi ( Tala ) oleh burung (Sakunta ), demikianlah aku menjadi ayah Sakuntala, dan dia pun menggangap aku sebagai Ayahnya “.
[sampai disini cerita Rishi Kanwa berakhir ]

“ demikialh kisah kelahiranku yang kudengar dari cerita ayahku kepada brahmana yang datang berkunjung kesini”
Setelah mendengar kisah Sakuntala, Dusmantha menyatakan isi hatinya
“ duhai putri yang cantik, dengarkan permintaanku… jadilah istriku, semua akan kupersembahkan padamu, kalungan bunga dari emas, segala perhiasan dan pakaian indah dari segala pelosok negeri, mutiara, uang emas ,karpet  akan kuhadiahkan padamu setiap hari, jadilah istriku dengan jalan Gandharva , diantara semua bentuk perkawinan Gandharva adalah yang utama
“Ayahku sedang mencari buah2an  O Raja, tunggulah beliau kembali dulu”
“Dengarkanlah putri, aku ingin engkau menjadi pedampingku, karena aku tahu… aku ada untuk dirimu, dan hatiku adalah dirimu…. Setiap orang memiliki satu pasangan hatinya masing masing, tiap orang bergantung pada hatinya sendiri, sesuai dengan peraturan engkau dapat menyerahkan diri padaku.
Ada delapan macam bentuk perka_winan  : Brahma, Daiva, Arsha, Prajapatya, Asura, Gandharva, Rakshasa, dan Paisacha  *)
Manu Putra Brahma telah menyatakan hal ini, bahwa setiap bentuk ( perkawinan tsb ) sesuai dengan urutannya.
Ketahuilah putri , Empat yang pertama cocok untuk brahmana sedangkan yang keenam cocok untuk Kshattriya, bahkan sebagai Raja bentuk Rakshasa pun diijinkan, bentuk perkawinan  Asura dijinkan untuk Vaisya dan Sudra, dari lima yang pertama, tiga adalah patut sedangkan dua lainnya tidak patut . Paisascha dan Asura hendaknya jangan pernah dilaksanakan,  hal ini sudah diatur dalam kitab semua orang hendaknya mematuhinya, Gandharva dan Rakshasa adalah sesuai untuk Kshattriya, jadi hilangkanlah kekhawatiranmu putri, jangan ragu untuk menjadi istriku sesuai dengan ketentuan Gandharva Vivaha.
Mendengar penjelasan Dushmanta maka Sakuntala pun menjawab
“bila benar demikian adanya wahai keturunan Puru yang utama, maka dengarkanlah persyaratanku…. Engkau harus memenuhi permintaanku, putra dari hasil perka_winan kita haruslah menjadi penerusmu, bila engkau menyanggupinya maka perkawinan kita akan bisa terwujud”
Dushmanta tidak memerlukan waktu lam untuk mempertimbangkannya
“ jika demikian, sesuai dengan keinginan putri, karena engkau pantas untuk mendapatnya”
Demikianlah perkawinan mereka terlaksana, satu sama lain menerima sebagai pasangan suami istri berdasarkan ketentuan Gandharva Vivaha. Hingga tiba saatnya mereka berpisah
“ aku akan segera mengajakmu ke ibukota, aku akan mengirim menteriku beserta empat jenis pasukan untu menjemputmu  “ kata Dushmanta berulangkali.
Sang Raja kembali ke Ibukota dengan pikiran terbayang pada reaksi Rishi Kasyapa ( Kanwa ), apa yang akan dilakukan oleh beliau bila mengetahui hal ini.

Rishi Kanwa datang setelah kepergian Dushmanta, karena malu Sakuntala  tidak menyambut kedatangan ayahnya, namun sang Rishi yang sudah tinggi pengetahuan spiritualnya mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi
“ putriku apa yang kau lakukan hari ini, berhubungan dengan seorang pria secara rahasia tanpa menunggu kepulanganku  tidak akan menodai kesucianmu, perka_winan  secara Gandharva didasarkan atas keinginan seorang wanita dan pria  karena saling tertarik tanpa disertai mantra dan (upacara) lainnya adalah terbaik buat kshattriya. Dushmanta adalah orang  yang berbudi luhur, kau telah menerimanya sebagai suami, putra yang akan terlahir nanti akan menjadi Raja Perkasa dan termashyur di dunia, dia akan mengarungi lautan, dia akan memiliki kekuatan seorang raja di raja, semua musuhnya tidak akan mampu membendung kekuatannya.”
Sakuntala kemudian mendekati sang ayah yang kelelahan , membasuh kakinya serta menaruh buah-buahan yang dikumpulkan sang Rishi pada tempatnya
“mohon ayah memberkati Dushmanta yang telah aku pilih sebagai suami ku beserta menteri menterinya
“ demi kebaikannmu aku akan memberi anugerah kepada Dushmanta, namun katakanlah putriku, apa yang kamu inginkan ? “ Tanya sang Rishi
Sakuntala demi kesejahteraan Dushmanta memeinta anugerah agar penerus Dinasti Paurava semakin berbudi dan tidak terjatuh dari kekuasaanya.

Waktu pun berlalu sepeninggal Dushmanta dan janji-janjinya, tiba waktunya Sakuntala melahirkan seorang anak yang memiliki tenaga luar biasa.. pada saat berumur 3 tahun sang anak terlihat bersinar bagai pijaran api dianugerahi ketampanan dan budi yang luhur.  Rishi Kanwa telah melakukan segala ritual yang diperlukan untuk sang anak,  Dalam hal kekuatan sang anak punya kemampuan untuk membunuh singa sekalipun, dia  bersinar bagai putra dari surgawi dan tumbuh dengan cepat.
Di usia  6 tahun sang anak telah mampu menjinakkan dan mengikat binatang seperti Singa, Macan, Beruang dan Gajah pada pohon pohon yang tumbuh di sekitar Ashrama, kadang dia suka menunganggi  beberapa binatang, atau sekedar bermain main dan berolahraga dengan mereka.  Para penghuni pertapaan memberinya nama Sarvadamana karena dia mampu menaklukan dan mengendalikan segala sesuatu. Sang Rishi telah melihat kemampuan Sarvadamana yang luar biasa dan menilai sudah tiba waktunya bagi sang anak untuk dinobatkan sebagai penerus tahta sang ayah, beliau pun memerintahkan kepada murid muridnya untuk mengantar Sakuntala dan putranya ke Hastinapura
“ segera kalian antar anak ini dan Sakuntala  kepada suaminya, seorang wanita tidaklah baik jika terlalu  lama tinggal bersama keluarga ayah atau ibunya. Tempat tinggal seperti itu akan merusak reputasi, kesucian dan nama baiknya”

Para murid pun menyanggupinya mere Pergi ke kota Hastinapura, Sakuntala beserta anaknya pergi meninggalkan hutan tempat dia pertama kali mengenal Dushmanta. Ibu dan anak tersebut terlihat bersinar bagai penghuni svarga.  Para murid memperkenalkan Mereka setiba di kediaman Dushmanta, setelah itu mereka kembali pulang ke pertapaan.
Sepeninggal para brahmana, Sakuntala melakukan penghormatan yang sepatutnya dilakukan seorang istri kepada suaminya sang Raja lalu berkata pada Dushmanta
“ wahai Raja ini adalah putramu, segera nobatkan dia sebagai pewaris mu, putra yang bagaikan penghuni svarga ini terlahir dariku atas dirimu, ingatlah janjimu dulu dan kesepakatan yang pernah kita buat di kediaman Rishi Kanwa”

Mendengar hal tersebut sang Raja pun ingat segalanya, di lalu berkata
“aku tidak mengingat apapun, siapa dirimu wahai wanita jahat ? yang menyamar menjadi petapa, aku tidak pernah memiliki hubungan denganmu atas nama Dharma, Artha, dan Kama “
Pergi… atau tinggal atau lakukan apayang kamu suka ! “

Mendengar ucapan sang Raja, Sakuntala menjadi malu dan begitu berduka, kesadarannya hilang sejenak ,dia terdiam ,berdiri seperti tiang kayu untuk sesaat lamanya… matanya menjadi merah bagai tembaga, bibirnya bergetar, dengan tatapan tajam ia menatap sang Raja seakan akan hendak membakarnya dengan pandangan mata. Kemarahan nya muncul bagaikan api pertapaan, namun dia berusaha untuk meredamnya, dia menenangkan pikirannya sesaat, meski hati diliputi kesedihan dan kemarahan, lalu dengan  rasa marah dia berkata pada sang Raja
“ mengetahui segalanya wahai sang raja, mengapa engkau bertingkah seperti manusia rendah dengan mengatakan tidak tahu ? hatimu adalah saksi kebenaran dan juga ketidakbenaran dalam segala hal “
Untuk itu bicaralah jujur tanpa merendahkan dirimu, seseorang  yang bertindak seperti orang lain sesungguhnya  adalah seorang peampok dan pencuri atas diri mereka sendiri, apa kamu mengira hanya dirimu sendiri yang mengetahui segala keinginanmu?
Ketahuilah wahai raja, ‘Dia yang sadar’ ( Narayana) besemayam di hatimu , Dia mengetahui semua dosamu, dan engkau melakukan dosa terbesar dalam kehadirannya.jika engkau mengira dosamu tidak ada yang mengamati.
“Tapi dosa  itu diamati oleh para Dewa dan juga oleh ‘Dia’ yang bersemayam disetiap hati para insan.  Matahari, bulan, udara, api , bumi, langit, air , hati, Yama, siang dan malam juga pergantian waktu ( senja dan pagi ) dan Dharma adalah semua saksi dari perbuatan manusia.
Yama putra Surya  tidak akan mencatat dosa dari insan yang membuat Narayana ‘saksi segala hal’ itu puas dan senang, tetapi bilamana Narayana tidak berkenan maka orang tersebut akan mengalami siksaan atas dosanya yang akan dilakukan oleh Yama.”
Mereka yang merendahkan diri dengan berpura pura menjadi orang lain, tidak akan diberkahi oleh deva, aku adalah istri yang berbakti pada suami…. Aku dating atas kemauanku sendiri, aku adalah istrimu dan pantas diperlakukan dengan hormat, tapi engkau tidak memperlakukan aku dengan hormat apakah karena aku dating atas kemauanku sendiri?
Dihadapan banyak orang mengapa engkau memperlakukan aku seperti wanita kebanyakan?  Saat di hutan belantara aku tidak pernah menangis…. Dengarlah baik baik raja, jika kau tidak melakukan seperti yang aku minta , maka kepalamu akan pecah berkping-keping.

“seorang suami yang ‘memasuki’ Rahim istrinya akan keluar lagi dalam wujud seorang putra, oleh karena itu mereka yang menguasai Veda memnyebut seorang istri sebagai Jaya ( asal darimana terlahir ) dan seorang anak akan menyelamatkan arwah leluhurnya, oleh mereka yang menguasai mantra Veda seorang anak disebut [b]put[/b] ( penyelamat ) dari leluhur ( pit ) bahkan Brahma sendiri menyebutnya Puttra ( akar kata put )
Dengan seorang anak, seseorang akan menaklukkan ketiga dunia, dengan seorang anak seseorang akan mencapai keabadian, dan dengan cicit buyut para leluhur akan mencapai kebahagiaan yang tiada berakhir
[b]Seorang dikatakan istri sejati apabila[/b] : dia cakap dalam mengurus pekerjaan rumah tangga, dia yang telah melahirkan anak , dia yang didalam hatinya memuja dan menghormati suami, dia yang hanya mengenal suaminya tiada (laki laki) lain lagi.
Seorang istri adalah setengah bagian dari pria ( suaminya ) , seorang istri adalah teman yang paling utama, seorang istri adalah dasar dari agama “
Mereka yang mempunyai istri akan mampu menyelenggarakan upacara, mereka yang mempunyai istri akan memiliki tempat tinggal yang tetap, mereka yang memeliki istri akan diliputi rasa riang gembira, mereka yang memiliki istri akan memperoleh keberuntungan, istri yang bertutur kata manis menjadi teman dalam menikmati kesenangan”
Seorang istri akan menjadi ayah pada saat mpenyelenggaraan upacara, seorang istri akan menjadi ibu saat sakit dan cemas. Bahkan dalam perjalanan jauh di tengah hutan dan belantara, seorang istri mampu memberikan kesegaran dan keteduhan.
Dia yang mempunyai istri akan memperoleh kepercayaan dari orang lain, seorang istri adalah milik yang paling berharga , bahkan ketika sang suami meninggalkan dunia ini menuju alam Yama, maka seorang istri yang setia akan menemaninya kesana. Seorang istri bila pergi akan menunggu terlebih dahulu sang suami, namun bila suaminya telah melangkah pergi maka sang istri akan mengikuti dari dekat.
Atas alas an alas an tersebut wahai Raja… perka_winan itu ada,  seorang suami akan senantiasa didampingi oleh sang istri baik didunia ini maupun di dunia lain, telah dikatakan oleh mereka yang terpelajar bahwa seorang istri yang telah melahirkan seorang anak, maka sang suami harus menghormati seperti dia menghormati ibunya sendiri , bila di menatap wajah anaknya yang terlahir dari istrinya maka seorang ayah hendaknya melihat anaknya  bagai melihat bayangan dirinya sendiri didalam cermin.
Seorang suami akan senantiasa ditemani oleh sang istri baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesengsaraan, seorang pria bahkan dalam keadaan marah jangan pernah melakukan tindakan yang tidak disukai oleh sang istri, seorang suami mapu tidaknya mencapai kebahagiaan , kesenangan dan keluhuran budi bergantung pada sang istri.
Seorang istri ibarat tempat suci bagi suami di mana dia terlahir, bahkan para Rishi tidak mampu memnciptakan mahluk tanpa bantuan dari seorang wanita
Adakah kebahagiaan yang lebih besar daripada perasaan seorang ayah melihat sang anak berlari menuju kearahnya meski tubuh sang anak penuh debu, lalu duduk dipangkuannya ?
Mengapa engkau tidak peduli pada puteramu, yang menatapmu dan berharap bisa menyentuh kakimu ? bahkan semutpun akan mengangkat telurnya tanpa merusak, lalu mengapa engkau  yang berbudi luhur tidak mengangkat putra mu ?
Sentuhan pasta cendana yang lembut  , sentuhan dari seorang wanita, sentuhan air dingin yang menyegarkan takkan mampu mengalahkan sentuhan seorang anak dalam pelukan orang tuanya
Seperti brahmana adalah paling utama dari mahluk berkaki dua, sapi paling utama dari mahluk berkaki empat, seorang pelindung paling utama diantara majikan  maka seorang anak adalah yang paling utama dari segala obyek kesenangan untuk disentuh dan dipeluk.
Wahai penakluk musuh, aku telah membawa anak ini kepadamu , yang mampu melenyapkan semua kesedihanmu, aku mengandungnya selama 3 tahun, dia kan meyelenggarakan 100 kali Aswamedha , demikian suara langit ketika anak ini lahir.
Engkau tahu bahwa para brahmana mengucapkan mantra veda ini berulang ulang pada saat upacara ritual saat anak masih bayi
[i]“engkau yang  telah lahir  dari badanku , engaku berasal dari hatiku, engkau adalah diriku dalam wujud seorang anak  hiduplah sampai 100 tahun, hidupku bergantung padamu, juga garis keturunanku, hiduplah dengan penuh kebahagiaan selama 100 tahun”[/i]
Lihatlah dirimu pada diri anakmu seperti engkau melihat bayangan dirimu di air danau yang jernih, laksana api suci upacara yang menyala dari rumah kerumah, anak ini berasal darimu, meskipun engkau tetap satu walau sebenarnya telah terbagi ( menjadi anak ini ).
“ pada saat berburu dan mengejar rusa, engkau melihat diriku , aku adalah seorang gadis yang berada di Ashram ayahnya, wahai raja Urvasi, Purvachitti, Sahajanya, Menaka, Viswachi, dan Ghritachi adalah apsara yang terkemuka, yang paling utama diantaramereka adalah Menaka, turun dari svarga menuju bumi setelah berhubungan dengan Rishi Viswamitra beliau melahirkanku. Apsara yang terkenal itu membawa ku ke lembah Himavat, disana beliau membuangku seolah olah aku adalah anak orang lain, dosa apa yang telah aku lakukan ? baik sekarang atau dikehidupanku yang lain ? saat bayi aku telah dibuang oleh orang tua ku dan kini engkau juga membuang dan menyingkirkan aku dari kehidupanmu…… aku siap untuk kembali ke tempat ayahku, tapi engkau tidak boleh membuang dan menelantarkan anakmu “
Mendengar semua ucapan Sakuntala, Dushmanta berkata
“aku tidak tahu mempunyai seorang anak darimu , wanita biasanya berbohong, siapa yang akan percaya dengan kata-katamu ? Menaka yang ‘nakal’ adalah ibumu dia membuangmu di dataran Himavat, seperti membuang bunga yang telah selesai digunakan memuja para Deva
Ayahmu adalah Viswamitra yang penuh nafsu, dia terlahir dalam keluarga Kshattriya namun ingin menjadi brahmana, engkau miskin dari kasih sayang
Namun bagaimanapun juga  Menaka adalah Apsara yang utama, demikian juga Viswamitra adalah seorang rishi yang utama, engkau adalah anak mereka, tapi mengapa kelakuanmu seperti wanita jalang ?ucapanmu tidak pantas dihargai, tanpa malu engkau berkata pada semua orang dihadapanku, pergilah wanita jahat ketempat Menaka yang utama atau pergi ke tempat sang Rishi,  bawalah serta anak mu, anak ini tumbuh begitu engaku bilang dia masih anak anak tapi mengapa ia tumbuh cepat bagai pohon Sala , apa yang engkau ceritakan tidak ada yang aku ketahui  dan aku tidak mengenalmu, pergilah sekarang juga ketempat yang mana engkau suka dan kau pilih.”

Sakuntala pun menjawab
“ wahai raja engkau mampu melihat kejelekan orang lain walaupun itu sebesar biji sawi namun engkau tidak menyadari kekurangan mu yang sebesar buah Vilva ( Maja ? Aegle Marmelos )
Menaka adalah penghuni Svarga  terhitung sebagai salah satu Apsara yang terkemuka , kelahiranku jauh lebih tinggi dari dirimu , engkau yang berjalan dimuka bumi  tapi (ibu) ku menjelajahi langit,perbedaan kita bagaikan gunung Meru dibandingkan dengan biji sawi ….. dengan kemampuanku aku bisa mencapai kediaman Indra , Kuvera, Yama dan Varuna.aku mengatakan ini untuk mengingatkan (dan demi kebaikan) mu bukan untuk bermaksud buruk ( menyombongkan diri atas kelahiran ). Kau harus mengerti maksud ucapanku.
Seseorang yg buruk rupa akan membandingkan kalau dirinya lebih tampan dari orang lain saat bercermin, saat melihat bayangan wajahnya yang buruk rupa itulah dia melihat perbedaan dirinya dengan orang lain, tapi orang yg benar benar rupawan tidak pernah menjelek2 kan orang lain
Dia yang selalu bicara buruk akan menjadi seorang  pen caci maki. Ibarat babi yang akan selalu mencari kotoran dan kubangan meski dia tengah berada di taman bunga, jadi orang yang jahat akan selalu memilih kata2 yang buruk dari orang lain yang berbicara baik dan buruk [ mencari kesalahan orang lain –pen ].
Namun seorang yang bijak akan mampu memilah ucapan baik dan buruk dari orang lain dan akan memilih hanya yang baik saja seperti halnya angsa yang mampu hanya minum susu meski tercampur dengan air.
Orang yang jujur akan terluka bila berbicara rentang kejelekan orang lain sebaliknya orang yang jahat melakukannya dengan penuh sukacita. Orang baik akan senang mengingat hal yang baik dari masa lalu tetapi mereka yang jahat dengan senag hati akan melupakannya. Orang yang baik akan bahagia bila tidak mencari kesalahan orang lain sebaliknya orang jahat akan senang mencari cari kesalahan/ keburukan orang lain. Orang jahat akan selalu menjelek2kan orang yang baik, sedangkan orang baik tidak akan membalasnya meski mereka terluka oleh kelakuan si jahat. Adakah yang lebih menggelikan didunia ini daripada orang jahat yang secara jujur memperlihatkan keburukannya ?
Bahkan para atheis akan mersa terganggu dengan mereka yang jatuh dari kejujuran dan kebajikan, bagaimana dengan diriku? Yang selalu berada dalam lingkaran kebenaran ? Dia yang memliki seorang putra tapi tidak mengakuinya tidak akan mampu mencapai dunia yang dia inginkan. Para Deva akan menghancurkan keberuntungan dan segala miliknya .
Para Pitri (leluhur) mengatakan bahwa anak adalah penerus generasi dan keturunan, dia (mempunyai anak)  adalah tindakan yang paling utama dalam semua tindakan ritual agama, oleh karena itu tidak seorangpun bileh menelantarkan anaknya.

Manu mengatakan ada lima cara seseorang mendapatkan putra
-          dari istrinya ( membuahi )
-          pemberian dari orang lain ( anak angkat )
-          dengan membeli berdasarkan pertimbangan tertentu
-          mereka yang dirawat dan dipelihara dengan kasih saying
-          mendapatkan dari wanita lain (bukan dari istrinya )
seorang Putra adalah penyangga Dharma dan pencapaian seseorang menciptakan kebahagiaan, dia adalah penyelamat para leluhur dari Naraka. Janganlah engkau berperilaku seperti itu.. meninggalkan anakmu sendiri, oleh karena itu wahai singa perkasa  [b]sayangi dirimu. Hargai kebenaran dan kebajikan dengan menyanyangi dan menghargai putramu[/b] jangan melakukan ketidakbenaran ini.
[i]“(membuat) sebuah bendungan/telaga lebih mulia daripada (membuat) 100 sumur, (melakukan) upacara persembahan lebih mulia disbandingkan dengan membuat sebuat bendungan, seorang anak lebih mulia daripada sebuah upacara persembahan, kebenaran ( Dharma ) lebih mulia daripada 100 orang putra, Dharma jika dibandingkan dengan 100 upacara Aswamedha lebih mulia Dharma itu sendiri. Dharma menurut hematku setara dengan mempelajari seluruh Veda dan dengan mengunjungi seluruh tempat suci (tirthayatra). Tidak ada kebajikan yang setara dengan Dharma, tidak ada lagi yang lebih mulia daripada Dharma. Dharma adalah Tuhan itu sendiri, Dharma adalah sumpah tertinggi.”[/i]
Jangan ingkari janjimu , bersatulah dengan Dharma.   jika dihatimu tidak ada ruang untuk menghargai kata kataku aku akan pergi atas kemauanku sendiri, sehingga engkau tidak perlu menemani, tapi bagaimanapun juga jika engkau pergi ( ke hutan, vanaprastha ) maka putraku ini yang akan menggantikanmu memerintah dunia  yang dibatasi oleh empat lautan dan dihiasi oleh pengunungan ini

Sakuntala setelah memberikan wejangan pada sang Raja bersipa hendak pergi, namun tiba tiba terdengar suara dari langit tanpa wujud berkata pada Dushmanta yang duduk di singhasananya dikeliling oleh para menteri, Pendeta istana dan para sesepuh.
“Seorang Ibu memberikan daging yang membungkus, seorang anak adalah dirinya sendiri bagi seorang ayah, oleh karena itu… Dushmanta sayangi putramu dan jangan menghina Sakuntala lagi.  Wahai raja seorang anak berasal dari tubuh ayahnya yang akan menyelematkan leluhurnya dari kediaman Yama. Engkau adalah ayah dari anak ini… Sakuntala berkata benar , seorang suami membagi tubuhnya, sebagaian terlahir dari istrinya dalam wujud seorang anak. Sayangi putramu yang lahir dari Sakuntala, hidup dengan melupakan anak sendiriakan dijauhi oleh keberuntungan. Oleh karena itu wahai penerus generasi Puru sayangi putramu yang lahir dari Sakuntala .
Karena putra yang mulia ini engkau sayangi begitu juga dunia akan mengasihinya maka dia akan dikenal dengan nama [b]Bharata[/b] (kesayangan/ yg dikasihi)
Mendengar suara dari para penghuni Svarga, Dushamanta sangat bahagia, dia kemudian berbicara kepada para Pendeta istana dan menteri menterinya
“apa kalian telah mendengar suara dari penghuni Svarga ? sejak awal aku telah tahu bahwa anak ini adalah putraku, jika aku mengakuinya hanya semata mata karena ucapan Sakuntala, maka rakyatku akan curiga dan tidak mempercayai kemurnian dari putraku”
Dushmanta begitu gembira, beliau memeluk putranya karena Svarga telah memberikan kesaksian akan kemurnian anaknya, sang Raja memerintahkan untuk melakukan segala upacara yang diperlukan bagi anaknya, dia mencium kening Bharata dan memeluknya dengan kasih sayang. Para brahmana memberikan berkah dan para Magadha ( penyanyi istana) mengumandangkan lagu pujian.
Beliau juga menyambut Sakuntala dengan penuh kasih saying dan berkata padanya dengan lemahlembut penuh kasih untuk menenangkan Sakuntala
“ duhai Devi, pertemuan (perka_winan)ku dengan mu terjadi ditempat yang sunyi, karena itu aku berpikir bagaimana caranya untuk menunjukkan kemurnian dirimu dan hubungan kita, rakyat akan menyangka kita melakukannya semata mata karena dorongan hasrat bukan sebagai suami istri , bila demikian maka putraku yang akan ku nobatkan sebagai penggantiku akan dianggap tdak murni kelahirannya.
Semua kata kata pedasmu yang keluar karena kemarahanmu telah aku maafkan, engkau adalah kesayanganku “  Dushmanta meraih tangan Sakuntala dan menerimanya sebagai istri melalui suatu prosesi persembahan/ pemberian wewangian, makanan dan minuman

Demikian sang Bharata putra Dushmanta dinobatkan menjadi pengganti ayahnya, sangat terkenal dan kuat, suara gemerincing roda keretanya seperti suara roda kereta surgawi memenuhi penjuru dunia, Bharata kemudian mampu menundukkan kejayaan para Raja yang lain, dia memrintah dengan penuh kebajikan, sang Raja yang jaya dan kuat mendapat gelar sebagai Cakravarti dan Sarvabhauma ( penguasa dunia ).
Sang raja menyelenggarakan banyak upacara seperti halnya Sakra, penguasa para Marut, beliau memberi hadiah dan persembahan yang banyak serta melimpah kepada para Brahmana , beliau melaksanakan Aswamedha dan mempersembahkan 1000 keping uang emas kepada Rishi Kanwa sebagai “guru daksina”.
Demikian selanjutnya garis keturunan berikutnya dikenal dengan nama keturunan Bharata, dari garis keturunan termasyur ini akan terlahir banyak sekali orang2 mulia yang dianugerahi kekuatan yang luar biasa.
[kisah Dushmanta dan Sakuntala Tamat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar