Rabu, 17 Oktober 2012

Sambhava Parva : Kacha Devayani Sarmishtha dan Yayati


Kacha Devayani Sarmishtha dan Yayati

Vaisampayana berkata “

Wahai Paduka  Yang mulia, kini aku akan menceritakan tentang silsilah dari Yadava dan Kuru serta garis keturunan Bharata”
Pracheta memiliki sepuluh orang putra, mereka melakukan tapa yang hebat dan mencapai kebajikan tertinggi, dengan api penghancur yang keluar dari mulut, mereka membakar tanaman beracun dan pohon –pohon raksasa yang menutupi bumi dan penyebab kesengsaraan bagi manusia.
Dari sepuluh Pracheta ini lahirlah Daksha,  dari Daskha lah semua mahluk terlahir. Bersama Varini Daskha memiliki seribu orang putra yang menyamai Daksha sendiri, oleh Narada mereka diajarkan filsafat Samkhya yang artinya pencapaian pembebasan, sehingga mereka (1000 putra Daksha tidak melanjutkan keturunan). Daskha Prajapati atas keinginan untuk meneruskan “penciptaan” memiliki 50 orang putri dan Daksha menjadikan mereka Putrika ( Putra putra dari mereka menjadi penerus Daksha, bukan penerus keturunan keluarga suami ).
10 orang di ka_winkan dengan Deva Dharma, 13 orang di ka_winkan dengan Rishi Kasyapa sedang 27 orang dengan Deva Chandra.
Dari Aditi yang tertua dari 13 Putri Daksha ,Kasyapa putra Marichi terlahir 12 Aditya, dimana Indra sebagai pemimpin mereka, juga Viwasvat ( Surya )dengan istri tertua. Viswaswat memiliki putra Yama dan ptra lain dari Martanda (Surya) adalah Manu yang memiliki kecerdasan, dan dengan kebijaksanaan serta memegang teguh kebenaran menjadi pendiri garis keturunan yang disebut Manavas dimana semua ras manusia lahir di garis keturunan Manu ini. Dari Manu para brahmana juga terlahir disamping itu Manu memiliki sepuluh orang Putra mereka adalah :
Vena, Dhrishnu, Narishyan, Nabhaga, Ikshaku, Karusha, Saryati, yang kedelapan adalah putri bernama Ila, Prishadhru yang kesembilan  dan Nabhagarishta paling bungsu. Semuanya adalah para Kshattriya. Manu juga memiliki limapuluh orang putra, tapi mereka semua musnah karena saling menghacurkan satu sama lain.

 
Dari Ila yang menjadi seorang ayah sekaligus ibu, lahirlah Pururava yang terpelajar menguasai 13 wilayah diantara lautan, Pururava yang selalu ditemani oleh manusia manusia pilihan (super) membuat sang Raja mabuk kekuasaan, sehingga berselisih dengan para Brahmana, dimana sang Pururavas tidak memperhatikan kesejahteraan mereka, Sanatkumara putra Brahma datang untuk menasehati, namun mabuk oleh kekuasaan Pururava menolaknya… kemarahan Rishi pun mencapai puncaknya, Pururava yang mabuk kekuasaan telah kehilangan akal sehat pun ‘dihancurkan’
Adalah Pururava yang pertama kali dari wilayah para Gandharva membawa tiga jenis api (untuk keperluan upacara)  , dia juga memboyong Apsara Urvasi, dari sang Apsara lah Pururava memperoleh enam orang putra :
Ayu, Dhimat, Amavasu, Dhridhayu, Vanayu,dan Satayu. Dari Ayu beristri putri Swarbhanu lahir empat orang putra Nahusha,Vriddhasarman, Rajingaya, dan Anena, dari keempat putra tersebut Nahusha yang paling utama, dianugerahi kecerdasan dan kekuatan yang luarbiasa Nahusha memerintah dan memperluas kerajaannya. Beliau mendapat dukungan bahkan dari Pitri, Gandharva, Brahmana, Rishi, Rakshasa, Naga para Kshattriya dan Vaisya. Sang Raja dengan kekuataanya berhasil menghacurkan para pengacau keamanan seperti perampok. Akan tetapi dia memukul Rishi yang mengusungnya dalam tandu kebesaran.
Nahusha dengan kekuatan dan kecemerlangan serta pesona yang dimilikinya memerintah tiada bedanya bagai Indra sendiri. Nahusha memiliki putra Yati, Yayati, Sanyati, Ayati, dan Dhruva. Yati memutuskan untuk menjadi seorang Muni sedangkan Yayati lah menjadi penerus tahta, beliau memerintah seluruh dunia berkat kekuatan dan kebajikannya, tiada yang mampu menundukkan Yayati, sang Raja sangat menghormati para Deva, melakukan banyak Yajna dan pemujaan terhadap para Pitri . Yayati memiliki lima putra mereka adalah para pemanah perkasa yang terkenal. Putra putra itu diperolah dari dua orang istrinya Devayani dan Sarmishtha . dari Devayani lahir Yadu dan Turvasu sedangkan dari Sarmishtha lahir Drahyu, Anu dan Puru . namun setelah lama memerintah, Yayati suatu ketika terserang penyakit yang membuatnya kehilangan keremajaan dan kerupawanannya.
Kepada para putranya Yayati berkata “
Wahai putraku, aku ingin menjadi muda kembali, agar bisa menemani seorang ‘gadis muda’ adakah diantara kalian yang bisa memenuhinya ?” putra tertuanya yang merupakan putra Devayani bertanya
“wahai paduka untuk apa ayah menginginkan usia muda kembali ?
“ Putraku tersayang aku menginginkan usia mudamu, dengan itu aku ingin bersenang senang, Muni Sukra telah mengutukku dalam sebuah upacara, kini ambilah  penyakit tua ku ini, dengan usia muda aku bisa menikmati hidup, tapi kau harus menukar dengan keremajaanmu dan perintahlah dunia atas namaku”
Tak satupun putranya yang bersedia, hanya Puru putra bungsu setuju dengan permintaan Yayati
“Baginda, ambillah usia mudaku, dengan tubuh yang kembali belia, nikmatilah kesenangan yang kau inginkan”
Yayati sangat senang lalu dengan kekuatan tapanya dia menukar usia muda Puru dengan penyakit tua yang dia derita, Puru pun menjadi Raja menggantikannya. Seribu tahun telah berlalu Yayati menikmati segala kesenangan di taman Citraratha ( Raja Gandharva) ditemani oleh kedua istrinya, Devayani dan Sarmishtha, beliau juga ditemani oleh seorang apsara bernama Viswachi. Namun dengan semua itu. Sang raja menyadari bahwa keinginannya tiada terpuaskan, belajar dari kitab Purana sang Raja sadar, bahwa sesungguhnya keinginan tidak bisa dipenuhi dengan kesenangan. Kesenangan itu ibarat minyak mentega yang dituangkan dalam api yajna, tiada mampu memadamkan api namun malah akan membakarnya dan habis, bahkan dengan menikamati seluruh isi dunia beserta intan emas permata, wanita ,ternak keinginan sesorang tidak terpuaskan . semua itu hanya bisa dipenuhi bila seseorang tidak melakukan dosa, selalu punya niat dan bicara tentang kebenaran, tiada yang membuat takut dan taka da yang menakutkan baginya, saat seseorang tidak bisa dilukai oleh apapun dan saat dia tidak lagi mengharapkan sesuatu apapun, maka saat itu dia telah menyatu dalam kemurnian brahman. Hanya Brahman yang bisa memuaskan hasrat seseorang. Yayati pun menyadarinya bahwa keinginan tak bisa  dipenuhi oleh kepuasan, lalu dengan bermeditasi diapun mengambil ‘penyakit tua’ nya dan mengembalikan usia muda putranya. Lalu menobatkan Puru sebagai penggantinya
“engkau adalah putraku yang sejati, kini perintahlah kerajaanku, kaulah pewarisku… semuaketurunanku nanti akan dikenal dengan namamu”. Yayati setelah menobatkan putranya pun menuju kediaman Brighu untuk melakukan tapa vrata yang ketat, sehingga berhasil melepas badan jasmaninya untuk ‘naik’ ke Svarga bersama istri-istrinya.
Janamejaya meminta Vaisampayana bercerita lebih detil tentang leluhurnya Yayati juga tentang sepuluh Prajapati serta Putri dari Sukra (Devayani)
Vaisampayana pun memenuhi rasa ingin tahu sang raja dan memulai ceritanya
“Yayati Jaya bagaikan Indra dalam kecermelangannya, beliau mendapat berkah dari Sukra dan Vrishaparvan yang melalui upacara memberikan putri putri mereka kepada Yayati”

Telah diketahui semenjak dahulu kala terjadi persaingan dan pertentangan antara para Deva dengan Asura, mereka bersaing atas ketiga bhuana dan segala isinya. Untuk memenangi persaingan para Deva mengangkat Putra Angira, Brihaspati sebagai guru, penasehat dan pemimpin mereka dalam melakukan Yajna sedangkan para Asura menjadikan Usana ( Sukra ) sebagai guru penasehat serta pemimpin upacara mereka. Kedua Pendeta itupun terlibat dalam persaingan.
Para Asura yang terbunuh dalam pertempuran oleh para Deva, dihidupkan kembali oleh Rishi Sukra melalui kekuatan ilmu pengetahuannya. Para Asura yang dihidupkan kembali akan melanjutkan pertempuran dengan para Deva, disatu sisi para Asura banyak membunuh para Deva akan tetapi Brihaspati tidak mampu menghidupkan mereka kembali seperti halnya yang dilakukan oleh Rishi Kawya (Sukra), Brihaspati tidak menguasai Sanjivani ilmu yang mampu menghidupkan kembali mereka yang telah mati atau tewas. Hal ini membuat para Deva bersedih dan diliputi oleh kecemasan, mereka dating ke Kacha putra tertua Brihaspati
“wahai Kacha kami datang untuk meminta sebuah pertolongan, bermurah hatilah kepada kami, ilmu yang dimiliki Sukra membuat kami susah, beliau (Sukra) sangat melindungi para Asura musuh kami tapi tidak terhadap kami,  engkau harus pergi kesana, usiamu lebih muda darinya jadi sangat pantas engkau menjadi murid beliau, pergilah ke kediaman Vrishaparvan (dimana Sukra tinggal), buatlah dia puas akan pelayananmu, layani juga putri kesayangannya Devayani, dengan tingkah lakumu yang terpuji serta baktimu yang tulus, buatlah mereka sayang dan puas terhadap pengabdian dirimu  maka engkau akan berhasil mendapatkan ilmunya (Sanjivani).
Kacha pun menyanggupi dan segera menuju kediaman VrishaParvan pemimpin para Asura, dihadapan Sukra beliau menunduk hormat
“wahai Rishi mulia, saya adalah cucu dari Rishi Angira dan putra Brihaspati, namaku adalah Kacha, terimalah aku sebagai muridmu, aku akan menjalani kehidupan Brahmacarya selama seribu tahun, engkau adalah guruku, perintahlah aku sesuai keinginanmu”
“ kemarilah putra Brihaspati, engakau kuterima sebagai muridku, aku akan memperlakukanmu dengan kasih sayah, dengan demikian Brihaspati pun turut bahagia menikmatinya”
 Dengan demikian Kacha melakukan tugasnya sebagai murid Sukra, selama itu dia melaksanakan semua perintah sang guru, Kacha pun mampu menunaikan tugas dan berhasil memnyenangkan tidak saja sang Guru tetapi juga putrinya Devayani.
Kacha mampu membuat Devayani senang dan terhibur, dia bernyanyi, menari dan memainkan berbagai alat music yang membuat Devayani bahagia dan sayang kepadanya, Devayani yang masih seorang gadis muda pun sering bernyanyi dan menari bersama Kacha, mereka sering menghabiskan waktu bersama, Kacha selalu memberikan hadiah  buah dan bunga untuk Devayani dan menemaninya bertamasya. Tak terasa limaratus Tahun telah berlalu….. para Asura telah lama mengamati dan mempelajari maksud dari brahmana Kacha, mereka tahu bahwa tujuan Kacha adalah memperoleh ilmu Sanjivani yang dimiliki oleh guru mereka dan melindungi mereka selama ini dari kematian. Tanpa takut atas dosa Bramanapatya dan keinginan melindungi ilmu sanjivani serta kebencian mereka terhadap Vrihaspati para Danava mencari cara untuk membunuh Kacha.
Suatu hari saat Kacha sendirian tengan berada di hutan mengembalakan sapi sapi gurunya, para Danava menjumpainya disana lalu membunuh Kacha, tubuhnya dicincang menjadi potongan kecil lalu diberikan kepada burung gagak dan srigala. Saat hari telah senja maka para ternak pun kembali ke kandang mereka tanpa Kacha, Devayani menyadari dan cemas atas ketidak hadiran Kacha dia pun mengadu pada sang ayah
“lampu lampu telah dinyalakan dan sang surya pun telah terbenam, tapi ayah dia belum pulang sementara sapi sapi yang dia gembalakan sudah kembali, Kacha mungkin tersesat atau bisa saja telah mati…. Ayah tanpa dia aku tidak bisa hidup”
“aku akan menghidupkannya…. “ Rishi Sukra pun menggunakan ilmunya untuk “mengundang” muridnya, dengan mantra sang guru Kacha pun hadir di hadapan mereka. Devayani menanyakan kenapa Kacha sampai terlambat, brahmana muda itupun menjawab pertanyaan putri Bhargava
“aku telah mati, dalam perjalanan pulang setelah mengumpulkan rumput kusa dan kayu bakar aku duduk dibawah pohon beringin, para ternakpun berteduh dibalik bayangan pohon, saat itu para Danava menemuiku dan bertanya tentang siapa aku, begitu aku menjawab bahwa aku putra Vrihaspati mereka langsung membunuh dan mencacah tubuhku untuk diberikan pada burung gagak dan srigala, atas kemurah hatian guruku yang mulia maka aku bisa kembali bertemu denganmu dan pulih seperti sediakala”
Di kesempatan lain saat brahmana Kacha pergi ke hutan mencarikan Devayani bunga, kembali para Aura membunuh dengan memenggal kepalanya lalu menjadikan dia adonan pasta dicampur dengan air laut, Devayani yang cemas pun mengadu kepada Rishi Sukra, sang guru kembali menghidupkannya, Kachapun kembali menceritakan peristiwa yang dialaminya.
Untuk ketiga kalinya kacha dibunuh oleh para Asura, kali ini mereka membakar tubuhnya sampai menjadi abu, lalu mencampurkan kedalam minuman anggur yang dipersembahkan kepada Rishi Sukra.
Devayani kembali melaporkan hal itu pada sang Ayah
“ayah , Kacha tidak kembali, aku menyuruhnya mencari bunga bunga untukku ke hutan , apakah dia tersesat atau mati, aku tidak bisa hidup tanpanya” Rishi Sukra pun menjawab
“ dia telah pergi ke kediaman Yama putriku, janganlah engkau bersedih dan menangisi insan yang tidak kekal , saat ini siapapun tidak mampu menghidupkannya kembali, Indra para Vasu, Aswin juga para Asura,
“ mengapa ayah? Dia adalah cucu Angira putra dari Vrihaspati, dia adalah cucu dan putra seorang Rishi, mengapa aku tidak boleh aku menangisinya? Aku akan ikut kemana dia pergi , tanpa Kacha yang tampan aku tidak bisa hidup, dia telah membuatku bahagia selama ini. Dibawah perlindunganmu dia melakukan kehidupan brahmacarin dan dia sayang kepadaku”
Mendengar keluh kesah Devayani, Rishi Sukra pun murka
“para asura telah melukai hatiku, para pengikut Rudra ini telah membunuh muridku yang tinggal bersamaku, dosa ini tiada terampuni dan akan dibayar dengan mahal ( brahmanapatya; dosa membunuh seorang brahmana), bahkan Indra pun terbakar oleh dosa ini.”Sukra atas desakan putrinya mulai menggunakan ilmu Sanjivani untuk emanggil muridnya, namun Kacha yang sadar akibat bila sang guru menghidupkannya kembali berkata
“ Brahmana mulia, aku adalah Kacha yang memuja dan mengabdikan diri padamu, engkau selalu menganggap aku sebagai putramu sendiri”, Rishi Sukra bertanya
“ bagaimana caranya hai Kacha, engkau bisa berada dalam perutku ?
“ dengan kemurahanmu, ingatanku tiada hilang dan terhapus dengan kumpulan pahala dan berkatmu aku bisa bertahan dari rasa sakit ini, para asura telah membunuh kemudian membakarku lalu mencampurkan kedalam minuman anggurmu, meski demikian perbuatan asura itu tidak mampu menghancurkan pengetahuan seorang brahmana” mendengar hal ini Rishi Sukra bertanya pada Devayani
“ kini apa yang harus ayah lakukan? Kacha berada dalam perutku, hanya ada satu cara untuk menghidupkannya, yaitu dengan kematianku… dia akan keluar dari tubuhky dengan merobek perutku”
“keduanya sama berat bagiku, kematian kalian berdua akan menghancurkanku, tanap Kacha hidupku tiada arti, tapi dengan kematianmu ayah… aku tidak bisa mampu bertahan hidup “ jawab Devayani , lalu Rishi Sukra berkata
“ O putra Vrihaspati, engkau memang ditakdirkan untuk mencapai keberhasilan, hari ini engkau akan aku wariskan ilmu Sanjivani, engkau bukanlah Indra dalam wujud seorang Kacha karena takseorangpun bisa hidup bila keluar dari perutku, bagaimanapun seorang brahmana tidak boleh dibunuh, dengan ilmuku mulai hari ini engkau akan mengawali hidup sebagai putraku, terimalah ilmuku dan keluarlah dari dalam perutku untuk hidup kembali”
Kemudian Kacha yang tampan pun keluar dengan merobek perut sang guru, bagai rembulan yang terbit di malam purnama yang memberi terang pada kegelapan. Kacha duduk disamping sang guru yang terbaring, dengan rasa bakti dan kasih saying diapun menghidupkan kembali Rishi Sukra
“ engkau tiada ubahnya bagai mata air  yang berlimpah ilmu pengetahuan, yang selalu memenuhi rasa dahaga bagi mereka yang haus akan pengetahuan, engkau bagaikan Ayah dan ibu bagiku, terhadap guru yang seperti itu, bagaimana seseorang bisa tega menyakiti sang guru yang selalu memberikannya ilmu, bila ada murid yang melukai gurunya maka dunia akan membencinya dan dia akan pergi ketempat para pendosa (Neraka)”
Rishi Sukra yang diperdaya lewat minuman anggur sehingga tanpa sadar telah melakukan kesalahan pun berkata dengan murka
“mulai hari ini, mereka … para bijak dan brahmana, tidak boleh meminum anggur (minuman keras) yang meminumnya akan kehilangan kesadarannya, akan kehilangan kebajikannya, dia akan menjadi brahmana pendosa, karena dosa meminum anggur sama halnya dengan dosa membunuh seorang brahmana, mereka akan dibenci di dunia ini dan juga di dunia lain, biarlah para bijak, mereka yang menghargai para sesepuh, para Deva dan ketiga dunia mendengar ucapanku”
setelah berkata demikian Usana lalu memanggil para Danava untuk berkumpul di kediamannya
“ dengar… hai Danava bodoh, Kacha yang selama ini tinggal bersamaku kini telah berhasil memenuhi tujuannya, dia telah menguasai ilmu yang sangat berharga, ilmu yang mampu menghidupkan kembali mereka yang telah mati”
Para Danava terkejut dengan ucapan sang rishi, merekapun kembali ke kediamannya masing masing, demikian pula Kacha yang telah mengabiskan waktu selama seribu tahun tinggal di kediaman gurunya, memohon ijin untuk kembali pulang.

Setelah tiba masa Kacha untuk menuntut ilmu di kediman Rishi Sukra, kini dia berniat untuk kembali ke kediaman para Deva. Saat itu Devayani menghampiri Kacha
“ Wahai cucu Rishi Angira, sebagaiman Ayahku sangat menghormati kakekmu, demikian pula aku sangat mernghormati Vrihaspati ayahmu, kini kehidupan Brahmacarya mu telah berakhir, sudah saatnya bagi kita untuk memastikan hubungan kita, terimalah uluran tanganku dengan diiringi mantra” Kacha pun menjawab
“ putri yang tiada cela, engkau adalah pujaanku aku sangat menghormatimu sebagaimana aku menghormati guruku, engkau adalah kesayangan Bhargava, sudah sepantasnya engkau juga menerima rasa baktiku, oleh karena itu Devayani, janganlah engkau berkata demikian “Devayani
menjawab
“ engkau juga adalah putra dari putra guru ayahku, oleh karena itu sudah sepantasnya aku menghormati dan memujamu, ingatlah kembali yang telah lalu… saat engkau dibunuh oleh para Danava, rasa persahabatan dan tertarik ku padamu telah kutunjukkan, janganlah engkau menyia-nyiakan diriku yang memujamu “  Kacha mendengar desakan Devayani berkata
“ putri yang bermata indah, janganlah engkau memaksaku untuk melakukan dosa, kau yang cantik bagai purnama adalah kesayangan guruku, engkau terlahir dari tubuhnya demikian juga diriku engkau tiada ubahnya adalah saudara kandungku,
Sebagai putri kesayangan dari guruku, engkau selalu mendapat tempat dalam diriku, masa masa indah telah kita lewati bersama, kini tiba saatnya aku akan kembali, berkati  perjalananku akan tiba selamat ke tempatku, seperti engkau yang selalu mengenangku maka akupun akan selalu mengingat dan menghormatimu sebagai putri kesayangan guruku”
Devayani tidak bisa menerima penjelasan Kacha, diapun berkata
“ kau telah menolak menerimaku sebagai istri, wahai kacha ilmu yang kau peroleh dari ayahku (Sanjivani ? ) tidak akan membuahkan hasil bagimu”
“ aku menolakmu semata mata karena engkau adalah putri dari guruku, bukan karena engkau mempunyai kekurangan dan kesalahan, tapi engkau malah mengutukku, kutuklah aku jika itu membuatmu senang , tapi Aku tidak pantas engkau kutuk, karena terdorong oleh nafsu bukan karena rasa tanggungjawab kau mengutukku, maka kukatakan padamu bahwa keinginanmu tiada pernah bisa terwujud, tak ada seorang putra Rishi yang akan menerima mu sebagai istri
Tentang ilmu yang kumiliki tiada akan berguna bagiku, biarlah hal itu terjadi…. Tapi demi menghormati guruku (Sukra) maka ilmu itu akan membuahkan hasil bagi orang yang akan ku bagikan”
Setelah berkata demikian, Kacha pun pergi meninggalkan Devayani menuju kediaman Indra, para Deva dipimpin oleh Indra pun menyambut kedatangannya dengan penuh kehormatan, Indra berkata
“ engkau telah melakukan sesuatu untuk kebaikan kita semua, engkau telah mencapai Sesuatu yang luarbiasa, mulai saat ini namamu akan abadi, bersama kami engkau akan menikmati persembahan setiap yajna”.
Kaccha lalu menurunkan ilmu Sanjivani kepada mereka, para Deva setelah terpenuhi keinginan mereka menguasai ilmu sanjivani lalu berkumpul di kediaman sakra, merekapun meminta pelaksana seratus yajna ( Indra ) untuk memerangi para asura.

Tersebutlah di Taman Raja Gandharva Chitraratha, para gadis tengah bermain-main dan bertamasya, mereka mandi di danau indah yang ada di taman tersebut, namun tiba2 angin bertiup kencang menerbangkan pakaian mereka sehingga tertukar satu sama lain, saat itu Sarmishtha putri Danava Wrishaparvan memungut pakaian Devayani, membuat putri Rishi Sukra itu berseru
“Putri Raja Asura, mengapa kau mengambil pakaianku, engkau adalah muridku ini adalah tindakan yang tidak terpuji, akan menyebabkan hal yang tidak baik pada dirimu “
Dengan cepat Sarmishtha menjawab
“Ayahmu mempunyai kedudukan yang lebih rendah, sebagai pelantun mantra yang disewa dan menerima punia (sedekah, bukan punya=pahala…), sedangkan ayahku adalah raja yang menerima penghormatan dan pemberi punia tidak pernah menerima sesuatu dari orang lain, kau adalah putri dari seseorang yang mengumandangkan doa untuk orang lain, aku adalah putri dari orang yang dihormati dan pemberi punia.
Kau tak lebih dari gadis pengemis, mengapa kau bangga? Dan berkata kasar padaku sehingga membuatku marah?
Dengarkanlah, aku bisa saja mecelakai, tapi aku tidak ingin melakukannya, engkau tidak sepadan denganku “
Mendengar ucapan Sarmishtha ,Devayani naik darah lalu menarik dan merebut pakaiannya, sebaliknya Sarmishtha mendorong Devayani ke dalam sumur, lalu pergi meninggalkannya dengan penuh amarah dan mengira Devayani telah tewas, Sarmishtha pun pulang dengan masih memendam rasa marah.
Sepeninggal Sarmishtha, datanglah ketempat itu Yayati putra Nahusa, beliau tengah kehausan karena lelah dalam perburuan, demikian pula kuda kudanya, saat melihat ada sumur Yayati berniat hendak melepas dahaga, ternyata sumur itu kering namun dalam sumur dia melihat seorang gadis yang bersinar terang dengan penampilan bagai penghuni svarga, Yayati pun bertanya
“ siapa dirimu, wahai gadis yang bermata indah, dengan kuku indah bersinar dan berhias anting anting permata, mengapa bisa ada didalam sumur ini ? dan menangis dalam kegelisahan mengapa bisa ada didalam sumur ini ? yang ditutupi oleh rumput rumput panjang ? siapa orang tua mu ?” Devayani menjawab
“wahai Raja, aku adalah putri Rishi Sukra yang mampu menghidupkan kembali para Asura yang telah tewas dalam pertempuran melawan para Deva, aku tau engkau adalah orang baik baik yang memiliki tenaga yang kuat, raihlah tangan kananku... bantu aku keluar dari sumur ini”
Setelah mengetahui bahwa gadis didalam sumur adalah putri seorang brahmana, maka Yayati segera menolongnya keluar dengan menarik tangan kanan Devayani, setalah itu sang Raja pun kembali ke Ibukota kerajaannya.
Devayani yang telah ditolong Yayati, tidak berniat kembali ke tempat ayahnya di kota raja Vrishaparvan, dia menemui pelayannya Ghurnika yang mencarinya di tempat itu
“ wahai Ghurnika cepatlah pergi ketempat ayahku, katakan padanya apa yang terjadi disini, bilang bahwa aku tidak mau kembali ke kota”
Ghurnika dengan cepat menuju kekediaman Rishi Sukra, lalu menyampaikan pesan Devayani
“ wahai brahmana mulia, putri anda Devayani telah diperlakukan tidak senonoh oleh Sarmistha putri Vrishaparvan”
Mendengar nasib putrinya, Rishi Sukra bergegas menuju hutan dan menemui Devayani, dipeluknya sang anak dengan kasih saying, dengan terbata bata penuh kesedihan Rishi Sukra berkata
“ putriku, kesejahteraan dan penderitaan seorang bergantung atas tindakannya sendiri, demikian pula engkau”
“bila apa yang menimmpaku adalah hukuman atas tindakanku, maka dengarkan baik baik ayah, Sarsmistha putri Wrishaparvan telah berkata padalu, bahwa engkau tak lebih dari orang sewaan yang diupah untuk melantunkan doa” , dia juga telah berkata dengan kata kata kejam padaku dengan mata merah karena marah
“engkau adalah putri dari orang yang disewa untuk melantunkan doa, orang yang menerima sedekah sedangkan aku adalah putri dari seorang yang dihormati, pemberi sedekah dan tidak pernah menerima pemberian dari siapapun”, kata kata itu berulangkali diucaapkan oleh Sarmistha dengan bangga kepadaku
“memikirkan itu semua, jika benar bahwa aku adalah seorang putri dari orang yang diupah untuk melantunkan doa, maka aku harus melantunkan juga doa demi kebaikannya”
Rishi Sukra menenangkan putrinya
“ ketahuilah anakku , aku tidak mengabdi pada siapapun didunia ini, Vrishaparvan tahu hal ini demikian pula Indra dan Yayati, aku tindak tunduk kepada siapapun, Brahma sang pencipta yang puas dengan tapa ku telah berkata bahwa aku dipuja disemesta ini atas apa yang aku lakukan, akulah yang mencurahkan hujan untuk kepentingan semua mahluk, dari hal itu maka semua tanaman dapat hidup di muka bumi ini “
“dengarkanlah putriku, orang yang tidak mempunyai pikiran untuk berbicara buruk pada orang lain adalah orang yang bisa menaklukkan segalanya, para bijak mengatakan dia yang mampu mengendalikan diri seperti seorang kusir yang tidak pernah melonggarkan tali kekang untuk mengendalikan kuda kuda (Indriya) nya akan mampu memngatasi segalanya, dia akan menjadi sumber pengampunan, orang yang tidak berbicara kasar (menyakitkan) pada orang lain mampu meredam kemarahan seperti halnya membunuh ular berbisa (lambang kemarahan) sesungguhnya adalah orang yang mampu menjalani empat hal (Dharma, artha,Kama dan moksha ).
“dia yang tidak pernah lelah dan bosan menyelenggarakn yajna setiap bulan dalam seratus tahun , anak laki laki dan perempuan tidak bisa membedakan benar dan salah, juga tida mengetahui persamaannya, namun mereka yang bijak tidak pernah tertipu olehnya (benar dan salah ) “ mendengar perkataan Rishi Sukra Devayani menjawab
“aku tahu ayah perbedaan itu, marah, kebencian ,pengampunan dan murah hati, tapi bila seorang siswa menunjukkan sikap tidak hormat pada gurunya, tidak serta merta diberi pengampunan, bila sang guru menginginkan kebaikan muridnya, orang bijaksana menginginkan kebaikan tidak seharusnya tinggal bersama mereka yang berbicara buruk dan menentang orang yang berprilaku baik dan berasal dari kelahiran mulia, kata kata putri Vrishaparvan sangat menyakitiku, aku tidak mau lagi tinggal di tempat disini.”
Kawvya keturunan utama Brighu itupun marah mendengar ucapan putrinya, beliau segera menemui Vrishaparvan dan berkata karena kesalahan para Danava dahulu membunuh Kacha dan juga perlakuan yang tidak menyenangkan yang diterima Devayani, maka Rishi Sukra bermaksud meninggalkan para Asura.
Vrishaparvan buru buru mencegah dan meminta maaf
“jangan tinggalkan kami wahai Rishi mulia, jika anda tinggalkan maka lebih baik kami akan kembali ke dalam samudera, tidak akan ada lagi yang bisa kami lakukan disini”
“aku tidak peduli, apakah kalian pergi ke tengah samudera atau mengungsi ke segala arah, aku tidak bisa menanggung kesedihan putriku, dia sangat aku sayangi, hidupku bergantung padanya, oleh karena itu engkau harus mampu membuatnya senang dan puas, seperti halnya Vrihaspati yang selalu mencari kebaikan demi keuntungan Indra, demikian juga aku selalu melakukan sesuatu demi kebaikanmu” mendengar hal itu Vrishaparvan pun berkata
“ Oh Bhargava anda adalah penguasa dari apa yang kami miliki,– Gajah, ternak dan kuda bahkan diriku sendiri”
“jika benar demikian wahai raja bahwa aku yang menguasai kemakmuran (kekayaan) para Asura, pegilah ke tempat Devayani hiburlah dia”
Rishi Sukra dan Raja Vrishaparvan segera menuju ke tempat Devayani, Rishi Sukra menceritakan semua pembicaraannya dengan Vrishaparvan, Devayanipun berkata
“Oh Bhargava jika benar demikian, bahwa ayah adalah tuan dari Raja Asura dan semua kekayaannya, maka biar sang Raja Vrishaparvan sendiri menyampaikan padaku” Raja Vrishaparvan lalu mendekati Devayani lalu berkata
“O Devayani yang memiliki senyum menawan, katakanlah apa yang kau inginkan, pasti akan aku penuhi, sesulit apapun itu aku akan berusaha untuk memenuhinya”
“ Aku ingin Sarmishtha dan 1000 dayang melayaniku, aku juga ingin mereka ikut denganku kemana ayahku menga_winkan diriku”
Mendengar permintaan Devayani, Raja Asura memerintahkan kepala pelayannya untuk memanggil putrinya
“pergi ke tempat Sarmistha dan bawa dia kemari biarkan keinginan Devayani terpenuhi” pelayan yang disuruh pun dengan cepat menemui Sarmishtha
“O putri yang  jelita, mari ikuti saya lalu lakukan sesuatu demi kebaikan keluargamu (para Asura), atas desakan Devayani rishi Sukra  bermaksud meninggalkan muridnya (para Asura), O putri engkau harus penuhi keinginan Devayani” Sarmishtha menjawab
“Aku akan melakukannya dengan senang hati, atas desakan Devayani kini Rishi Sukra memberi perintah padaku, baik Rishi Sukra maupun Devayani tidak boleh meninggalkan para Asura karena kesalahanku”
Atas perintah ayahnya Dengan ditemani 1000 dayang Sarmishtha keluar dari kediamannya yang indah untuk menghadap Devayani
“O Devayani, aku beserta 1000 orang pelayanku kini menjadi pelayanmu, akupun akan mengikuti kemanapun engkau ka_win (ke rumah suami Devayani )”
“ bagaimana mungkin itu terjadi ?aku adalah putri seorang yang dibayar untuk melantunkan doa yang menerima punia, sedangkan engkau adalah putri dari seorang yang dihormati dan dipuja , bagaimana engkau bisa menjadi dayangku ? “ Tanya Devayani yang kemudian dijawab oleh Sarmishtha
“seseorang sudah seharusnya berupaya untuk membuat orang yang memiliki ikatan hubungan dengannya senang , oleh karena itu sudah kewajibanku menemanimu kemanapun engkau pergi”
Mendengar janji Sarmistha maka Devayani berkata pada Rishi Sukra
“O brahmana mulia aku senang dan puas, kini aku akan kembali ke kota setelah mengetahui bahwa pengetahuan dan kekuatan ayah tidak ternodai (dihina).” Mendengar ucapan putrinya Rishi Sukra yang termahsyur atas pengetahuan yang beliau miliki bersedia kembali ke ibukota kerajaan, para Danava menyambut kepulangan beliau dan memujanya.

Lama waktu berlalu, suatu ketika Devayani kembali bermain ke taman itu ditemani oleh Sarmishtha beserta 2000 orang pelayan, para gadis bersukaria disana, Devayani begitu bergembira, mereka mulai menikmati sari (madu) yang berasal dari bunga bunga serta mencicipi berbagai macam buah.
Putra Nahusha kembali datang ketempat itu dari perburuan, dia begitu lelah dan kehausan mengejar rusa hendak mencari air penghilang dahaga, Yayati melihat para gadis disana mereka mengenakan pakaian indah dihiasi ornament yang bagaikan berasal dari svarga, namun diantara mereka Devayani lah yang paling cantik, tiada yang mampu menyamainya, dengan kulitnya yang indah, berbaring santai sementara Sarmishtha dengan lembut memijat kakinya. Menyaksikan semua itu Yayati bertanya
“O putri yang jelita, aku bertanya pada kalian berdua, siapa nama dan berasal dari keluarga mana, aku melihat 2000 gadis ini adalah pelayan kalian ?” Devayani lalu menjawab
“ketahuilah , aku adalah putri Rishi Sukra guru spiritual para asura, dan gadis disebelahku ini adalah dayangku, dia selalu menyertai kemana aku pergi, dia adalah Sarmishtha putri dari Vrishaparvan Raja para Danava”
“Aku sangat ingin tahu bagaimana putri yang bermata coklat indah dan berkulit terang ini yang tiada lain adalah putri raja Vrishaparvan bisa menjadi dayangmu ?” Tanya Yayati
“wahai raja…. Segala sesuatu didunia ini berdasarkan atas takdir (karmaphala), anda tidak perlu heran, dan pertemuan kita sekarangpun karena takdir”
Penampilan dan pakaianmu menandakan engkau seorang raja, dari tutur kata engkau pasti telah mempelajari Veda, katakana siapa namamu dan siapa orang tuamu ?”
Yayati pun memperkenalkan diri
“pada masa brahmacharya aku telah mendengar semua Veda, aku adalah putra raja Nahusha dan kini akupun menjadi raja”
“O raja apa yang membawa engkau kemari? Apakah untuk memetik bunga teratai, sekedar melihat-lihat ataukah tengah berburu ?”Devayani kembali bertanya
“O putri aku kemari sehabis memburu rusa, aku sangat kehausan dan bermaksud mencari air dan akupun sangat lelah sehingga dating ketempat ini, aku menanti perintahmu untuk pergi dari tempat ini “
“akulah yang menunggu perintahmu O raja, dengan 2000 gadis pelayan dan Sarmistha dayangku demi kesejahteraanmu jadilah teman dan majikannku” Yayati menjawab
“putri yang jelita, aku tidak pantas untukku engkau adalah putri Sukra yang mulia, kedudukannya lebih tinggi daripada aku, ayahmu tidak akan memberikan dirimu meski kepada seorang Maharaja” tapi Devayani membantahnya
“dahulu brahmana telah menyatu dengan kshattriya, begitu pula kshattriya telah menyatu dengan brahmana (dalam perka_winan), engkau adalah putra seorang rishi dan kau sendiri adalah rishi, oleh karena itu O putra Nahusha jadikan aku istrimu”
“duhai putri yang cantik, memang keempat Varna (Brahmana, Kshattriya, Vaisya dan Sudra ) berasal dari sumber yang sama, namun tugas dan kewajiban serta kemurnian mereka yang berbeda, dari semuanya brahmana yang paling utama” Devayani lalu berkata
“tanganku ini tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun, tapi engkau telah memegangnya saat menolongku dulu, oleh karena itu aku telah menjadikan kau sebagai tuanku (suami)
Bagaimana aku bisa memikirkan laki laki lain (karena engkau telah menjamah tanganku)?”
Yayati berkata
“orang bijak mengetahui bahwa seorang brahmana lebih dihindari daripada seekor ular beracun yang lagi marah, ataupun kobaran api yang menjalar dengan cepat
“bagaimana bisa itu terjadi mengapa brahmana lebih dihindari?” Tanya Devayani
“seekor ular yang berbisa hanya akan membunuh satu orang, begitupula senjata yang paling tajampun Cuma membunuh satu orang, akan tetapi kemarahan seorang brahmana bisa menghancurkan satu kota bahkan sebuah kerajaan, oleh karena itu aku berpendapat bahwa seorang brahmana lebih dihindari daripada yang lain, oleh sebab itu aku tidak berani menerimamu kecuali ayahmu Rishi Sukra memberikan restunya kepada ku” kata Yayati
“O Yayati yang perkasa, engkau adalah pilihanku, aku mengerti kenapa engkau tidak bernai menerima diriku yang malang ini tanpa restu dari ayahku, kau tak perlu takut dan tidak perlu memintanya “
Lalu Devayani menyuruh seorang pelayannya untuk menyampaikan keinginannya kepada Rishi Sukra, mendengar penjelasan pelayan Putri nya bergegas menuju tempat itu , Yayati segera memberi hormat dan memberikan penyambutan lalu dengan tangan tercakup beliau menunggu perintah dari Rishi Sukra.
Devayani memohon pada ayahnya
“ayah …ini adalah putra Nahusha, dia telah memegang tangan saat aku putus asa (terjatuh dalam sumur ), restui dan berikan aku kepadanya, aku tidak akan ka_win dengan laki laki manapun selain dia” atas permohonan putrinya Rishi Sukra berkata
“ wahai kau pemuda pemberani, engkau harus menerima putri kesayanganku sebagai istrimu, aku restui dan memberikannya padamu” yayati pun berkata
“aku memohon anugerahmu O brahmana, bahwa dosa karena melakukan percampuran Varna tidak akan menimpa diriku” Rishi Sukra pun menjawab
“aku membebaskan engkau dari dosa itu, janganlah takut untuk menga_wininya, mintalah anugerah lain yang engkau inginkan, dan jagalah kehormatan istrimu Devayani… sedangkan gadis ini adalah Sarmishtha putri Vrishaparvan, kau juga harus memperhatikannya tapi jangan pernah kau mengajaknya ke tempat peraduanmu”
Mendengar ucapan Rishi Sukra, maka Yayati melakukan Pradaksina (berjalan mengelilingi obyek tertentu, sebagai bentuk penghormatan tertinggi ) kepada sang Brahmana, upacara perkawinan pun dilansungkan berdasarkan yang ditetapkan dalam kitab suci.
Setelah menerima harta yang tak terhingga nilainya yaitu Devayani , Sarmishtha dan 2000 orang pelayan serta mendapat penghormatan dari Rishi Sukra sendiri serta para asura, Raja Yayati seijin Bhargava kembali ke ibukota kerajaannya dengan riang gembira.

Yayati memasuki ibukotanya yang megah bagaikan ibukota dari Indra (Amaravati), lalu membawa sang pengantin ke Istana Kaputren, sedangkan untuk Sarmishtha atas petunjuk Devayani, Yayati membuat kediaman khusus di dekat pohon Asoka di taman istana, Sarmishtha juga diberikan 1000 orang pelayan yang bertugas memenuhi kebutuhannya, namun bersama Devayani lah putra Nahusha menjalani hari hari yang penuh kebahagiaan, bagaikan pasangan surgavi, ketika waktunya telah tiba Devayani melahirkan seorang putra yang cemerlang bagaikan putra Deva.
Seribu tahun telah berlalu, Sarmistha memasuki masa suburnya dia memikirkan tentang kewajibannya sebagai seorang wanita, putri Virshaparvan pun gelisah lalu berkata pada dirinya sendiri, bagaimana cara untuk memenuhi keinginannya mempunyai anak.
“masa ku telah tiba, tapi aku belum memilih seorang suami, apa yang akan terjadi padakau ? masa muda ku akan terkutuk, kulalui dalam kehampaan (tanpa memiliki anak ), Devayani telah memilih seorang suami, apakah aku juga harus memilih dia ……? Akhirnya Sarmishtha mengambil keputusan “ aku akan memintanya memberikan aku anak, tapi adakah kesempatan untukku bertemu dengannya tanpa ada yang mengetahui ?”
Saat Sarmishtha sibuk dengan pikirannya sendiri, Maharaja Yayati lewat disana (dekat pepohonan Asoka ) tanpa ditemani siapapun, diam berdiri didekat Sarmishtha tanpa sepatah kata pun.
Sarmishtha menyadari kehadiran Yayati yg tiada ditemani siapapun, lalu dengan tersenyum manis dan kedua tangan tercakup dia mendekati Yayati lalu berkata
“O putra Nahusha, tiada seprangpun mampu mendekati gadis yang berada di istana putri milik Soma, Indra, Vishnu , Yama,Varuna dan milikmu….. ,ketahuilah bahwa aku seorang gadis yang menawan dan berasal dan sehat jasmani ,kini masa (subur)ku telah tiba, jangan biarkan hal itu berlalu dalam kehampaan (tanpa dibuahi), aku memohon padamu…”
“aku tahu, engkau berasal dari keluarga yang hebat, kaum Danava… dan kau juga sangat cantik, aku tidak melihat kekurangan pada dirimu, namun ketahuilah kalau Usana (Rishi Sukra) telah memberiku perintah bahwa selama aku bersama dengan Devayani aku tidak boleh bersama (meniduri) mu “
“telah dikatakan O Raja, ada [i]lima macam kebohongan yang terhindar dari dosa, yaitu kebohongan pada saat bercanda, saat menyenangkan hati seorang wanita, dalam perkawinan (rumah tangga), saat nyawa seseorang terancam, dan pada saat tertimpa musibah atau kemalangan[/i]”
“baik saya maupun Devayani diperintahkan untuk melayani anda ( tujuan yang sama ), saat anda mengatakan bahwa hanya memilih satu diantara kami, itulah kebohongan yang anda ucapkan”
Yayati pun menjawab
“seorang Raja haruslah menjadi contoh bagi rakyatnya seorang Raja akan menemui kehancuran bila berkata bohong. aku tidak punya keberanian untuk mengatakan sesuatu yang tidak benar, meski karena itu aku bisa kehilangan segalanya”
“duhai raja…. Seseorang boleh menganggap suami dari temannya adalah suaminya sendiri, dia juga boleh menganggap perka_winan temannya itu sama seperti perka_winannya sendiri”, engkau adalah (suami) pilihan temanku “ Yayati kemudian berkata
“baiklah kalau demikian, aku juga memeliki sumpah bahwa aku akan selalu mengabulkan permohonan seseorang, engkau telah memohon padaku…. Katakana apa yang engkau inginkan ?” Sarmishtha menjawab
“bebaskan saya dari dosa, lindungi kehormatan saya dengan menjadi ayah dari anak-anakku, biarkan  saya untuk menjalani kewajiban tertinggi di dunia (kewajiban wanita tertinggi adalah mempunyai anak ), telah dikatakan O raja bahwa seorang istri, pelayan dan seorang anak tidak memiliki hak atas kekayaan dan dirinya sendiri, semuanya adalah milik tuan dan majikannya, engkau adalah tuan dari Devayani, sedangkan aku adalah pelayan dari Devayani, dengan demikian anda adalah tuan dan majikan saya, oleh karena itu saya memohon penuhilah keinginan saya.”
Yayati akhirnya terpengaruh oleh kebenaran kata kata Sarmishtha, terdorong untuk melindungi kehormatan dan Dharma seorang wanita. Mereka menghabiskan waktu beberapa lama, sebelum akhirnya berpisah.
Akibat dari hubungan itu, Sarmistha kemudian melahirkan seorang anak yang bersinar cemerlang bagai putra Svarga dan memiliki mata indah bagai kembang Padma seperti ibunya yang memiliki senyum manis dan mata indah kecoklatan.
Mendengar kelahiran putra Sarmishtha, Devayani menjadi cemburu dan gusar, diapun mendatangi Sarmistha yang menjadi sasaran rasa tidak senangnya
“ apa yang terjadi?, dosa apa yang telah kau buat untuk memenuhi hasratmu ?”
“O Devayani, aku tidak melakukan ini karena hasrat, seorang brahmana mulia telah datang padaku, beliau memiliki tanda2 orang mulia dan menguasai Veda, dan atas permohonanku beliaupun memenuhi permohonanku (memiliki putra) atas dasar Dharma, putraku ini adalah putra Rishi tersebut”
“benarkah?, katakanlah O putri bermata indah, dari garis keturunan mana dan siapa nama brahmana tersebut, aku ingin mendengarnya”
“ O Devayani, brahmana tersebut dalam hal kecermelangan dan tenaga beliau tiada ubahnya bagai Surya sendiri, aku merasa tidak perlu lagi menanyakan asal usulnya “ Devayani pun mempercayai kata kata Sarmistha
“ jika demikian adanya, aku tidak marah lagi kepadamu, engkau mendapatkan putra dari seorang brahmana yang mulia “
Mereka berduapun berbicara dan bercanda selayaknya dua orang teman, kemudian Devayani kembali ke istananya setelah mengetahui kebenaran dari kata kata Sarmishtha.
Yayati memliki dua orang putra dari Devayani yaitu Yadu dan Turvasu yang bagaikan Indra dan Vishnu, sedangkan dari Sarmishtha, Yayati memiliki tiga orang putra Drahyu , Anu dan Puru.

Pada suatu hari Devayani ditemani oleh Yayati berjalan jalan di dekat hutan yang masih menjadi bagian dari taman milik sang Raja, disana dia melihat tiga orang tengah asyik bermain main, Devayani sangat heran melihat anak anak yang tiada ubahnya seperti penghuni Svarga
“ lihatlah O Raja, anak anak tersebut…. Dari kelurga mana mereka? Dari penampilan mereka tiada ubahnya bagai penghuni Svarga, dalam kecermelangan dan ketampanan mereka mirip denganmu, aku jadi berpikir….. “
Tanpa menunggu jawaban dari Raja, Devayani langsung bertanya kepada ketiga anak tersebut
“anak anak, dari keluarga mana kalian? Siapa ayah kalian? Katakan sebenarnya, aku sangat ingin tahu “ Ketiga anak anak itu pun menunjuk kearah sang Raja, dan mengatakan bahwa Sarmishtha adalah ibu mereka. Ketiganya mendekati Yayati lalu merangkul erat kaki sang Raja, namun dihadapan Devayani sang Raja tidak berani menunjukkan kasih saying kepada anak anak Sarmishtha, ketiga anak anak itupun sedih dengan sikap sang Raja, dengan berurai airmata mereka berlari kepada ibunya
Devayani yang kini mengetahui segalanya berkata kepada Sarmishtha
“mengapa engkau berani menyakitiku? Kau bergantung padaku… apa kau tidak takut sesuatu menimpa kaum Danava ?” Sarmishtha pun menjawab
“O Devayani, aku melakukan hal yang benar dan sesuai dengan Dharma, ceritaku tentang Rishi yang lalu adalah benar adanya, aku tidak takut kepadamu, engkau telah memilih Yayati sebagai suamimu akupun juga memilih dia sebagai suamiku, suami dari seorang teman menurut yang telah berlaku adalah sama dengan suami sendiri. Engkau adalah putri seorang brahmana oleh karena itu aku sangat menghormati dan melayanimu, tapi ketahuilah bahwa sang raja memperoleh kepuasan yang lebih dariku” mendengar kata kata Sarmishtha, Devayani lalu berkata pada Yayati
“engkau telah berbuat salah padaku O Raja, aku tidak ingin tinggal disini lagi” Devayani dengan berlinang air mata lalu pergi dari tempat itu hendak menuju ke tempat Rishi Sukra, Yayati dengan cepat menyusul langkahnya serta mencoba untuk menenangkannya, namun Devayani tidak bisa dibujuk, dengan mata merah karena marah dia tidak berkata sepath katapun pada Yayati, sampai akhirnya mereka tiba di kediaman Rishi Sukra.

Devayani berdiri dihadapan ayahnya setelah memberi hormat, Yayati pun melakukan hal yang sama, beliau menmberi hormat pada Rishi Sukra, Devayani lalu berkata
“O ayah hari ini Dharma telah musnah oleh tindakan yang tidak benar, Sarmishtha telah berani menentangku, dia memiliki tiga orang putra dari Raja ini, sedangkan diriku yang malang hanya memiliki dua orang putra, O putra Bhrigu sang Raja memiliki pengetahuan akan agama, tapi dia telah menyimpang dari hal itu “ Sukra mendengar semua itu berkata
“ wahai Raja, engkau telah menyakiti orang yang mencintaimu walaupun engkau paham atas kebajikan maka engkau akan ditimpa oleh umur tua dengan tiba tiba tanpa ada yang melihatnya”
Mendengar kutukan sang Usana putra Kavi, Yayati pun memohon
“yang mulia putri Raja Danava memohon kepadaku untuk membuahi masa suburnya, aku melakukan berdasarkan Dharma bukan terdorong oleh keinginan lain, seorang pria yang diminta oleh seorang wanita untuk membuahi masa suburnya bila dia tidak mau melakukannya, maka oleh mereka yang ahli Veda laki laki tersebut telah melakukan dosa yang sama dengan membunuh benih dalam kandungan”
Oleh karena takut dosa membunuh janin dalam kandungan maka saya melakukan itu bersama Sarmishtha yang diam diam memohon kepada saya untuk memenuhi hasratnya menjalani kebajikan sebagai seorang wanita” Yayati memberi alasan tindakannya
“engkau bergantung padaku wahai raja, mengapa engkau tidak meminta petunjuk dan menunggu perintahku, engkau berbuat salah dengan mengatasnamakan kewajibanmu, oleh karena itu dosa kau tanggung adalah sama dengan seorang Pencuri”
Yayati yang menerima kutukan dari Usana yang tengah marah pun terampas keremajaannya, beliau tiba tiba menjadi tua…..
“O Putra Bhrigu, saya belum puas dengan masa muda saya juga belum puas menghabiskan waktu bersama Devayani, bermurah hatilah pada saya agar kerentaan ini tidak menghinggapi”
“Putra Nahusha, aku tidak pernah berkata yang tidak benar bahkan sampai saat ini, engkau telah terkena masa tua, tapi engkau bisa memindahkan kerentaanmu ini pada yang lain” Yayati lalu berkata
“O brahmana, jika demikian… sesuai perintah dan atas namamu maka putraku yang bersedia memberikan masa mudanya padaku akan mewarisi kerajaanku, dia akan mencapai dharma dan terkenal”
“ Putra Nahusha, dengan memikirkan aku maka engkau bisa menukarkan masa tuamu, Putramu yang bersedia memberikan masa mudanya akan menjadi penerus tahtamu, dia akan terkenal dan termahsyur serta berumur panjang juga memiliki keturunan (keluarga ) besar”.

Yayati kembali ke Ibukota kerajaannya dengan ‘penyakit’ tua yang menimpanya, segera beliau mengumpulkan putra putranya berharap untuk menukarkan masa muda mereka, kepada Turvasu putra tertuanya dan yang paling diharapkan Yayati berkata
“putraku tersayang….karena kemarahan Usana atau Kavwya aku terkena penyakit tua dan rapuh, rambutku pun memutih, aku belum puas menikmati masa mudaku, O Yadu apakah engkau bersedia mengambil kerentaan ku ini, akuu akan menikmati masa mudamu, setelah masa seribu tahun aku akan mengembalikan kepadamu, dan aku menerima usia tua dan kerentaanku ini”
Yadu menjawab
“O Raja banyak hal yang tidak nyaman diakibatkan oleh ketuaan, utamanya dalam hal makan dan minum, dengan kerentaan dan rambut memutih , tiada keceriaan, semua anggota tubuh menjadi rapuh, badan menjadi lemah, harus mendapat uluran tangan (bergantung) dari teman tidak mampu untuk bekerja, itu semua akibat dari ketuaan oleh karena itu aku tidak mau menerima usia tuamu, engkau mempunyai putra yang lain mereka saying kepadamu, mintalah kepada mereka”
“kau berasal dari hatiku, tapi tidak mau mengambil masa tuaku, hai Turvasu keturunanmu tidak akan pernah menjadi raja” lalu Yayati bertanya kepada putranya yang lain
“O Turvasu, ambil kelemahan ku beserta masa tuaku ini, dengan keremajaanmu aku akan menikmati kesenangan hidup, setelah seribu tahun aku akan mengembalikannya padamu,dan mengambil kembali lemah dan usia tuaku”
Turvasu menjawab
“Aku tidak suka dengan usia tua ayah, itu akan merampas semua kesenangan, kekuatan, ketampanan, intelektual bahkan hidup seseorang” Yayati berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Turvasu keturunanmu akan menjadi bangsa yang terbuang, kau akan menjadi Raja dari orang orang yang punya kelakuan buruk yang tidak menghargai istri dan tetua mereka, kejam dan bertingkah laku seperti burung dan binatang buas, penuh dosa dan [b]bukan kaum Arya[/b]”
Yayati setelah mengutuk putranya, lalu bertanya pada putra Sarmishtha, Drahyu
“O Drahyu, untuk masa seribu tahun ambilah krentaanku ini yang telah menghancurkan penampilan dan kerupawanan ini, dan berikan aku masa mudamu…setelah seribu tahun berlalu aku akan mengambil kembali masa tuaku dan mengembalikan masa mudamu”
Drahyu menjawab
“O Raja mereka yang memasuki usia tua tidak akan bisa menikmati Gajah, kereta,kuda dan wanita, bahkan suarapun akan berubah buruk, oleh karean itu aku tidak ingin mengambil masa tuamu” Yayati lalu berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Drahyu engkau akan menjadi raja hanya sebatas nama aja, negerimu tidak akan memiliki jalan yang bisa dilewati oleh Gajah, kereta dan hanya mampu dilewati oleh rakit dan kayu hanyut” Yayati lalu bertanya hal yang sama kepada Anu
Anu berkata
“mereka yang dihinggapi usia tua akan makan seprti anak anak dan tidak bersih, bahkan mereka tidak mampu menuangkan persembahan kedalam tungku api sesuai waktunya (melaksanakan pemujaan), oleh karena itu aku tidak mau menukar usia mudaku” Yayati pun berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, Hai Anu engkau akan menemui banyak kesulitan saat tua, engkau akan tiba tiba menjadi dua, keturunanmu juga akan mati muda dan tidak bisa menyelenggarakan persembahan dengan menggunakan api”
Kini Yayati berpaling pada Puru putra bungsunya
“kau memang putraku yang paling muda, tapi diantara saudaramu engkau yang paling utama, O Puru kerentaan, rapuh dan rambut memutih telah menghinggapiku akibat kemarah Usana yang disebut juga Kavwya, aku ingin kau mengambil masa tuaku ini sedangkan aku dengan masa mudamu akan menikmati hidup selama bertahun tahun, setelah seribu tahun aku kan mengembalikannya padamu dan mengambil kembali masa tuaku”
Puru menjawab dengan sopan
“Aku bersedia O Raja, ambilah masa mudaku dan nikmati hidup ini, sedangkan aku sesuai perintahmu akan menjalani hidup dengan masa tua dan menjadi tua dengan memberikan masa mudaku padamu”
“O Puru aku sangat puas denganmu, kukatakan bahwa semua rakyat dikerajaan mu akan mampu memenuhi keinginan mereka” setelah berkata demikian, Yayti dengan kekuatan tapanya memikirkan Kavwya untuk segera menukarkan masa tuanya dengan masa muda Puru yang mulia.

Raja Yayati putra Nahusha setelah menerima usia muda Puru menjadi sangat puas, beliaupun mulai memenuhi keinginannya selama ini sampai batas kemampuannya, beliau memuaskan para Deva dengan melakukan Yajna, memuja para leluhur dengan Sradhha, kepada mereka yang miskin dengan perhatian dan kepedulian, para Rishi dengan memnuhi keinginan mereka, semua orang diperlakukan dengan ramah dan mendapat makanan dan minuman. Para Vaisya mendapat perlindungan, para Sudra beliau bersikap murah hati dan peduli. Sedangkan para penjahat mendapat hukuman yang setimpal.
Raja Yayati memenuhi segala kebutuhan rakyat, bertindak selaku pelindung Dharma beliau seperti Indra yang kedua. Raja yang memiliki kekuatan seperti Singa itu menikmati kesenangan masa mudanya dengan penuh kendali tanpa melanggar ajaran Agama.
Hanya satu yang disesali oleh Yayati yaitu ketika waktu seribu tahun telah tiba, beliau telah melewati hari dengan kesenangan, dengan setiap kala dan kasthanya (satuan waktu yang lebih kecil dari menit ), selama seribu tahun Yayati telah menikmati kesenangan, beliau juga ditemani oleh Apsara Viswachi diberbagai tempat seperti Taman Indra, Alaka kota Kuvera atau di puncak gunung Meru.
Yayati kemudian memanggil Puru
“putraku, waktu seribu tahun telah berlalu, selama itu aku telah menikmati kesengan hidup, namun aku menyadari bahwa hasrat dan keinginan tidak bisa dipenuhi oleh kesenangan, kesenangan tiada ubahnya bagai nyala api yang melahap semua persembahan dalam upacara Yajna, demikian pula objek duniawi seperti kekayaan, padi, gandung, kuda, Gajah, perhiasan emas dan permata dan wanita tidak akan memenuhi dan memuaskan keinginan itu. Aku telah menikamti semua objek kesenangan duniawi sampai batas kemampuanku, tapi dari hari ke hari hasrat keinginan itu malah semakin besar dan tak terpuaskan, aku sadar bahwa untuk memnuhi keinginan hanya dengan cara melepas (mengendalikan) keinginan itu, kini aku akan memperbaiki pikiranku dengan memusatkan hanya kepada Brahman (Tuhan), aku akan mengundurkan diri kehutan yang damai hidup berdampingang dengan rusa yang tiada bersalah. Kini aku kembalikan masamudamu. Terimalah kembali dan juga terima kerajaanku ini, engkau adalah putraku yang memberikan pengabdian yang tulus kepadaku.
Yayati kemudian menobatkan Puru sebagai penggantinya, hal ini menimbulkan pertanyaan dari kalangan rakyatnya, keempat Varna ( Brahmana Kshattriya, Vaisya dan Sudra) berkumpul lalu bertanya kepada sang Raja mengapa Puru yang dinobatkan, padahal dia adalah putra bungsu Yayati pun memberi penjelasan
“wahai rakyatku aku menobatkan Puru, karena dia yang paling pantas, diantara semua putraku dialah yang memberi kepuasan dan memberikan pelayanan tertinggi kepadaku, saat aku meminta putra putraku untuk menukarkan masamuda mereka dengan masa tuaku, Yadu menolak, demikian juga Turvasu menolak, Drahyu dan Anu juga mengecewakanku mereka semua tidak ada yang memenuhi permintaanku, Cuma Puru yang bersedia
“disamping itu atas persetujuan Sukra bahwa aku akan menobatkan putraku yang bersedia menukarkan masa mudanya dengan masa tuaku”
Mendapat penjelasan sang Raja mereka pun setuju Yayati menobatkan Puru, setelah Upacara penobatan Yaytipun melalui sebuah seremonial mengungsi ke Hutan untuk menjalani kehidupan Vanaprastha dengan ditemani oleh para Brahmana.
Keturunan Yadu adalah para Yadava, Turvasu menurunkan para Yavana, sedangkan Drahyu menurunkan para Bhoja sedangkan Anu keturunannya menjadi Mllecha, sementara Puru keturunannya adalah Paurava (dimana Pandava dan Kaurava berada di garis keturunan ini ).
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar