Kacha
Devayani Sarmishtha dan Yayati
Vaisampayana
berkata “
Wahai
Paduka Yang mulia, kini aku akan
menceritakan tentang silsilah dari Yadava dan Kuru serta garis keturunan
Bharata”
Pracheta
memiliki sepuluh orang putra, mereka melakukan tapa yang hebat dan mencapai
kebajikan tertinggi, dengan api penghancur yang keluar dari mulut, mereka
membakar tanaman beracun dan pohon –pohon raksasa yang menutupi bumi dan
penyebab kesengsaraan bagi manusia.
Dari sepuluh
Pracheta ini lahirlah Daksha, dari
Daskha lah semua mahluk terlahir. Bersama Varini Daskha memiliki seribu orang
putra yang menyamai Daksha sendiri, oleh Narada mereka diajarkan filsafat
Samkhya yang artinya pencapaian pembebasan, sehingga mereka (1000 putra Daksha
tidak melanjutkan keturunan). Daskha Prajapati atas keinginan untuk meneruskan
“penciptaan” memiliki 50 orang putri dan Daksha menjadikan mereka Putrika (
Putra putra dari mereka menjadi penerus Daksha, bukan penerus keturunan
keluarga suami ).
10 orang di
ka_winkan dengan Deva Dharma, 13 orang di ka_winkan dengan Rishi Kasyapa sedang
27 orang dengan Deva Chandra.
Dari Aditi
yang tertua dari 13 Putri Daksha ,Kasyapa putra Marichi terlahir 12 Aditya,
dimana Indra sebagai pemimpin mereka, juga Viwasvat ( Surya )dengan istri
tertua. Viswaswat memiliki putra Yama dan ptra lain dari Martanda (Surya)
adalah Manu yang memiliki kecerdasan, dan dengan kebijaksanaan serta memegang
teguh kebenaran menjadi pendiri garis keturunan yang disebut Manavas dimana
semua ras manusia lahir di garis keturunan Manu ini. Dari Manu para brahmana
juga terlahir disamping itu Manu memiliki sepuluh orang Putra mereka adalah :
Vena,
Dhrishnu, Narishyan, Nabhaga, Ikshaku, Karusha, Saryati, yang kedelapan adalah
putri bernama Ila, Prishadhru yang kesembilan dan Nabhagarishta paling bungsu. Semuanya
adalah para Kshattriya. Manu juga memiliki limapuluh orang putra, tapi mereka
semua musnah karena saling menghacurkan satu sama lain.
Dari
Ila yang menjadi seorang ayah sekaligus ibu, lahirlah Pururava yang terpelajar
menguasai 13 wilayah diantara lautan, Pururava yang selalu ditemani oleh
manusia manusia pilihan (super) membuat sang Raja mabuk kekuasaan, sehingga
berselisih dengan para Brahmana, dimana sang Pururavas tidak memperhatikan
kesejahteraan mereka, Sanatkumara putra Brahma datang untuk menasehati, namun
mabuk oleh kekuasaan Pururava menolaknya… kemarahan Rishi pun mencapai
puncaknya, Pururava yang mabuk kekuasaan telah kehilangan akal sehat pun
‘dihancurkan’
Adalah
Pururava yang pertama kali dari wilayah para Gandharva membawa tiga jenis api
(untuk keperluan upacara) , dia juga
memboyong Apsara Urvasi, dari sang Apsara lah Pururava memperoleh enam orang
putra :
Ayu, Dhimat,
Amavasu, Dhridhayu, Vanayu,dan Satayu. Dari Ayu beristri putri Swarbhanu lahir
empat orang putra Nahusha,Vriddhasarman, Rajingaya, dan Anena, dari keempat
putra tersebut Nahusha yang paling utama, dianugerahi kecerdasan dan kekuatan
yang luarbiasa Nahusha memerintah dan memperluas kerajaannya. Beliau mendapat
dukungan bahkan dari Pitri, Gandharva, Brahmana, Rishi, Rakshasa, Naga para
Kshattriya dan Vaisya. Sang Raja dengan kekuataanya berhasil menghacurkan para
pengacau keamanan seperti perampok. Akan tetapi dia memukul Rishi yang mengusungnya
dalam tandu kebesaran.
Nahusha
dengan kekuatan dan kecemerlangan serta pesona yang dimilikinya memerintah
tiada bedanya bagai Indra sendiri. Nahusha memiliki putra Yati, Yayati,
Sanyati, Ayati, dan Dhruva. Yati memutuskan untuk menjadi seorang Muni
sedangkan Yayati lah menjadi penerus tahta, beliau memerintah seluruh dunia
berkat kekuatan dan kebajikannya, tiada yang mampu menundukkan Yayati, sang
Raja sangat menghormati para Deva, melakukan banyak Yajna dan pemujaan terhadap
para Pitri . Yayati memiliki lima putra mereka adalah para pemanah perkasa yang
terkenal. Putra putra itu diperolah dari dua orang istrinya Devayani dan
Sarmishtha . dari Devayani lahir Yadu dan Turvasu sedangkan dari Sarmishtha
lahir Drahyu, Anu dan Puru . namun setelah lama memerintah, Yayati suatu ketika
terserang penyakit yang membuatnya kehilangan keremajaan dan kerupawanannya.
Kepada para
putranya Yayati berkata “
Wahai
putraku, aku ingin menjadi muda kembali, agar bisa menemani seorang ‘gadis
muda’ adakah diantara kalian yang bisa memenuhinya ?” putra tertuanya yang
merupakan putra Devayani bertanya
“wahai paduka
untuk apa ayah menginginkan usia muda kembali ?
“ Putraku
tersayang aku menginginkan usia mudamu, dengan itu aku ingin bersenang senang,
Muni Sukra telah mengutukku dalam sebuah upacara, kini ambilah penyakit tua ku ini, dengan usia muda aku
bisa menikmati hidup, tapi kau harus menukar dengan keremajaanmu dan
perintahlah dunia atas namaku”
Tak satupun
putranya yang bersedia, hanya Puru putra bungsu setuju dengan permintaan Yayati
“Baginda,
ambillah usia mudaku, dengan tubuh yang kembali belia, nikmatilah kesenangan
yang kau inginkan”
Yayati sangat
senang lalu dengan kekuatan tapanya dia menukar usia muda Puru dengan penyakit
tua yang dia derita, Puru pun menjadi Raja menggantikannya. Seribu tahun telah
berlalu Yayati menikmati segala kesenangan di taman Citraratha ( Raja
Gandharva) ditemani oleh kedua istrinya, Devayani dan Sarmishtha, beliau juga
ditemani oleh seorang apsara bernama Viswachi. Namun dengan semua itu. Sang
raja menyadari bahwa keinginannya tiada terpuaskan, belajar dari kitab Purana
sang Raja sadar, bahwa sesungguhnya keinginan tidak bisa dipenuhi dengan
kesenangan. Kesenangan itu ibarat minyak mentega yang dituangkan dalam api
yajna, tiada mampu memadamkan api namun malah akan membakarnya dan habis,
bahkan dengan menikamati seluruh isi dunia beserta intan emas permata, wanita
,ternak keinginan sesorang tidak terpuaskan . semua itu hanya bisa dipenuhi
bila seseorang tidak melakukan dosa, selalu punya niat dan bicara tentang
kebenaran, tiada yang membuat takut dan taka da yang menakutkan baginya, saat
seseorang tidak bisa dilukai oleh apapun dan saat dia tidak lagi mengharapkan
sesuatu apapun, maka saat itu dia telah menyatu dalam kemurnian brahman. Hanya
Brahman yang bisa memuaskan hasrat seseorang. Yayati pun menyadarinya bahwa
keinginan tak bisa dipenuhi oleh
kepuasan, lalu dengan bermeditasi diapun mengambil ‘penyakit tua’ nya dan
mengembalikan usia muda putranya. Lalu menobatkan Puru sebagai penggantinya
“engkau
adalah putraku yang sejati, kini perintahlah kerajaanku, kaulah pewarisku…
semuaketurunanku nanti akan dikenal dengan namamu”. Yayati setelah menobatkan
putranya pun menuju kediaman Brighu untuk melakukan tapa vrata yang ketat,
sehingga berhasil melepas badan jasmaninya untuk ‘naik’ ke Svarga bersama
istri-istrinya.
Janamejaya
meminta Vaisampayana bercerita lebih detil tentang leluhurnya Yayati juga
tentang sepuluh Prajapati serta Putri dari Sukra (Devayani)
Vaisampayana
pun memenuhi rasa ingin tahu sang raja dan memulai ceritanya
“Yayati Jaya
bagaikan Indra dalam kecermelangannya, beliau mendapat berkah dari Sukra dan
Vrishaparvan yang melalui upacara memberikan putri putri mereka kepada Yayati”
Telah
diketahui semenjak dahulu kala terjadi persaingan dan pertentangan antara para
Deva dengan Asura, mereka bersaing atas ketiga bhuana dan segala isinya. Untuk
memenangi persaingan para Deva mengangkat Putra Angira, Brihaspati sebagai guru,
penasehat dan pemimpin mereka dalam melakukan Yajna sedangkan para Asura
menjadikan Usana ( Sukra ) sebagai guru penasehat serta pemimpin upacara
mereka. Kedua Pendeta itupun terlibat dalam persaingan.
Para Asura
yang terbunuh dalam pertempuran oleh para Deva, dihidupkan kembali oleh Rishi
Sukra melalui kekuatan ilmu pengetahuannya. Para Asura yang dihidupkan kembali akan
melanjutkan pertempuran dengan para Deva, disatu sisi para Asura banyak
membunuh para Deva akan tetapi Brihaspati tidak mampu menghidupkan mereka
kembali seperti halnya yang dilakukan oleh Rishi Kawya (Sukra), Brihaspati
tidak menguasai Sanjivani ilmu yang mampu menghidupkan kembali mereka yang
telah mati atau tewas. Hal ini membuat para Deva bersedih dan diliputi oleh
kecemasan, mereka dating ke Kacha putra tertua Brihaspati
“wahai Kacha
kami datang untuk meminta sebuah pertolongan, bermurah hatilah kepada kami, ilmu
yang dimiliki Sukra membuat kami susah, beliau (Sukra) sangat melindungi para
Asura musuh kami tapi tidak terhadap kami,
engkau harus pergi kesana, usiamu lebih muda darinya jadi sangat pantas
engkau menjadi murid beliau, pergilah ke kediaman Vrishaparvan (dimana Sukra
tinggal), buatlah dia puas akan pelayananmu, layani juga putri kesayangannya
Devayani, dengan tingkah lakumu yang terpuji serta baktimu yang tulus, buatlah
mereka sayang dan puas terhadap pengabdian dirimu maka engkau akan berhasil mendapatkan ilmunya
(Sanjivani).
Kacha pun
menyanggupi dan segera menuju kediaman VrishaParvan pemimpin para Asura,
dihadapan Sukra beliau menunduk hormat
“wahai Rishi
mulia, saya adalah cucu dari Rishi Angira dan putra Brihaspati, namaku adalah
Kacha, terimalah aku sebagai muridmu, aku akan menjalani kehidupan Brahmacarya
selama seribu tahun, engkau adalah guruku, perintahlah aku sesuai keinginanmu”
“ kemarilah
putra Brihaspati, engakau kuterima sebagai muridku, aku akan memperlakukanmu
dengan kasih sayah, dengan demikian Brihaspati pun turut bahagia menikmatinya”
Dengan demikian Kacha melakukan tugasnya
sebagai murid Sukra, selama itu dia melaksanakan semua perintah sang guru,
Kacha pun mampu menunaikan tugas dan berhasil memnyenangkan tidak saja sang
Guru tetapi juga putrinya Devayani.
Kacha mampu
membuat Devayani senang dan terhibur, dia bernyanyi, menari dan memainkan
berbagai alat music yang membuat Devayani bahagia dan sayang kepadanya,
Devayani yang masih seorang gadis muda pun sering bernyanyi dan menari bersama
Kacha, mereka sering menghabiskan waktu bersama, Kacha selalu memberikan hadiah
buah dan bunga untuk Devayani dan
menemaninya bertamasya. Tak terasa limaratus Tahun telah berlalu….. para Asura
telah lama mengamati dan mempelajari maksud dari brahmana Kacha, mereka tahu
bahwa tujuan Kacha adalah memperoleh ilmu Sanjivani yang dimiliki oleh guru
mereka dan melindungi mereka selama ini dari kematian. Tanpa takut atas dosa Bramanapatya
dan keinginan melindungi ilmu sanjivani serta kebencian mereka terhadap
Vrihaspati para Danava mencari cara untuk membunuh Kacha.
Suatu hari
saat Kacha sendirian tengan berada di hutan mengembalakan sapi sapi gurunya,
para Danava menjumpainya disana lalu membunuh Kacha, tubuhnya dicincang menjadi
potongan kecil lalu diberikan kepada burung gagak dan srigala. Saat hari telah
senja maka para ternak pun kembali ke kandang mereka tanpa Kacha, Devayani
menyadari dan cemas atas ketidak hadiran Kacha dia pun mengadu pada sang ayah
“lampu lampu
telah dinyalakan dan sang surya pun telah terbenam, tapi ayah dia belum pulang
sementara sapi sapi yang dia gembalakan sudah kembali, Kacha mungkin tersesat
atau bisa saja telah mati…. Ayah tanpa dia aku tidak bisa hidup”
“aku akan
menghidupkannya…. “ Rishi Sukra pun menggunakan ilmunya untuk “mengundang”
muridnya, dengan mantra sang guru Kacha pun hadir di hadapan mereka. Devayani
menanyakan kenapa Kacha sampai terlambat, brahmana muda itupun menjawab
pertanyaan putri Bhargava
“aku telah
mati, dalam perjalanan pulang setelah mengumpulkan rumput kusa dan kayu bakar
aku duduk dibawah pohon beringin, para ternakpun berteduh dibalik bayangan
pohon, saat itu para Danava menemuiku dan bertanya tentang siapa aku, begitu
aku menjawab bahwa aku putra Vrihaspati mereka langsung membunuh dan mencacah
tubuhku untuk diberikan pada burung gagak dan srigala, atas kemurah hatian
guruku yang mulia maka aku bisa kembali bertemu denganmu dan pulih seperti
sediakala”
Di kesempatan
lain saat brahmana Kacha pergi ke hutan mencarikan Devayani bunga, kembali para
Aura membunuh dengan memenggal kepalanya lalu menjadikan dia adonan pasta
dicampur dengan air laut, Devayani yang cemas pun mengadu kepada Rishi Sukra,
sang guru kembali menghidupkannya, Kachapun kembali menceritakan peristiwa yang
dialaminya.
Untuk ketiga
kalinya kacha dibunuh oleh para Asura, kali ini mereka membakar tubuhnya sampai
menjadi abu, lalu mencampurkan kedalam minuman anggur yang dipersembahkan
kepada Rishi Sukra.
Devayani
kembali melaporkan hal itu pada sang Ayah
“ayah , Kacha
tidak kembali, aku menyuruhnya mencari bunga bunga untukku ke hutan , apakah
dia tersesat atau mati, aku tidak bisa hidup tanpanya” Rishi Sukra pun menjawab
“ dia telah
pergi ke kediaman Yama putriku, janganlah engkau bersedih dan menangisi insan
yang tidak kekal , saat ini siapapun tidak mampu menghidupkannya kembali, Indra
para Vasu, Aswin juga para Asura,
“ mengapa
ayah? Dia adalah cucu Angira putra dari Vrihaspati, dia adalah cucu dan putra
seorang Rishi, mengapa aku tidak boleh aku menangisinya? Aku akan ikut kemana
dia pergi , tanpa Kacha yang tampan aku tidak bisa hidup, dia telah membuatku
bahagia selama ini. Dibawah perlindunganmu dia melakukan kehidupan brahmacarin
dan dia sayang kepadaku”
Mendengar
keluh kesah Devayani, Rishi Sukra pun murka
“para asura
telah melukai hatiku, para pengikut Rudra ini telah membunuh muridku yang
tinggal bersamaku, dosa ini tiada terampuni dan akan dibayar dengan mahal (
brahmanapatya; dosa membunuh seorang brahmana), bahkan Indra pun terbakar oleh
dosa ini.”Sukra atas desakan putrinya mulai menggunakan ilmu Sanjivani untuk
emanggil muridnya, namun Kacha yang sadar akibat bila sang guru menghidupkannya
kembali berkata
“ Brahmana
mulia, aku adalah Kacha yang memuja dan mengabdikan diri padamu, engkau selalu
menganggap aku sebagai putramu sendiri”, Rishi Sukra bertanya
“ bagaimana
caranya hai Kacha, engkau bisa berada dalam perutku ?
“ dengan
kemurahanmu, ingatanku tiada hilang dan terhapus dengan kumpulan pahala dan
berkatmu aku bisa bertahan dari rasa sakit ini, para asura telah membunuh
kemudian membakarku lalu mencampurkan kedalam minuman anggurmu, meski demikian
perbuatan asura itu tidak mampu menghancurkan pengetahuan seorang brahmana”
mendengar hal ini Rishi Sukra bertanya pada Devayani
“ kini apa
yang harus ayah lakukan? Kacha berada dalam perutku, hanya ada satu cara untuk
menghidupkannya, yaitu dengan kematianku… dia akan keluar dari tubuhky dengan
merobek perutku”
“keduanya
sama berat bagiku, kematian kalian berdua akan menghancurkanku, tanap Kacha
hidupku tiada arti, tapi dengan kematianmu ayah… aku tidak bisa mampu bertahan
hidup “ jawab Devayani , lalu Rishi Sukra berkata
“ O putra
Vrihaspati, engkau memang ditakdirkan untuk mencapai keberhasilan, hari ini
engkau akan aku wariskan ilmu Sanjivani, engkau bukanlah Indra dalam wujud
seorang Kacha karena takseorangpun bisa hidup bila keluar dari perutku,
bagaimanapun seorang brahmana tidak boleh dibunuh, dengan ilmuku mulai hari ini
engkau akan mengawali hidup sebagai putraku, terimalah ilmuku dan keluarlah
dari dalam perutku untuk hidup kembali”
Kemudian
Kacha yang tampan pun keluar dengan merobek perut sang guru, bagai rembulan
yang terbit di malam purnama yang memberi terang pada kegelapan. Kacha duduk
disamping sang guru yang terbaring, dengan rasa bakti dan kasih saying diapun
menghidupkan kembali Rishi Sukra
“ engkau
tiada ubahnya bagai mata air yang
berlimpah ilmu pengetahuan, yang selalu memenuhi rasa dahaga bagi mereka yang
haus akan pengetahuan, engkau bagaikan Ayah dan ibu bagiku, terhadap guru yang
seperti itu, bagaimana seseorang bisa tega menyakiti sang guru yang selalu
memberikannya ilmu, bila ada murid yang melukai gurunya maka dunia akan
membencinya dan dia akan pergi ketempat para pendosa (Neraka)”
Rishi Sukra
yang diperdaya lewat minuman anggur sehingga tanpa sadar telah melakukan
kesalahan pun berkata dengan murka
“mulai hari
ini, mereka … para bijak dan brahmana, tidak boleh meminum anggur (minuman
keras) yang meminumnya akan kehilangan kesadarannya, akan kehilangan
kebajikannya, dia akan menjadi brahmana pendosa, karena dosa meminum anggur
sama halnya dengan dosa membunuh seorang brahmana, mereka akan dibenci di dunia
ini dan juga di dunia lain, biarlah para bijak, mereka yang menghargai para
sesepuh, para Deva dan ketiga dunia mendengar ucapanku”
setelah
berkata demikian Usana lalu memanggil para Danava untuk berkumpul di
kediamannya
“ dengar… hai
Danava bodoh, Kacha yang selama ini tinggal bersamaku kini telah berhasil
memenuhi tujuannya, dia telah menguasai ilmu yang sangat berharga, ilmu yang
mampu menghidupkan kembali mereka yang telah mati”
Para Danava
terkejut dengan ucapan sang rishi, merekapun kembali ke kediamannya masing
masing, demikian pula Kacha yang telah mengabiskan waktu selama seribu tahun
tinggal di kediaman gurunya, memohon ijin untuk kembali pulang.
Setelah tiba
masa Kacha untuk menuntut ilmu di kediman Rishi Sukra, kini dia berniat untuk
kembali ke kediaman para Deva. Saat itu Devayani menghampiri Kacha
“ Wahai cucu
Rishi Angira, sebagaiman Ayahku sangat menghormati kakekmu, demikian pula aku
sangat mernghormati Vrihaspati ayahmu, kini kehidupan Brahmacarya mu telah
berakhir, sudah saatnya bagi kita untuk memastikan hubungan kita, terimalah
uluran tanganku dengan diiringi mantra” Kacha pun menjawab
“ putri yang
tiada cela, engkau adalah pujaanku aku sangat menghormatimu sebagaimana aku
menghormati guruku, engkau adalah kesayangan Bhargava, sudah sepantasnya engkau
juga menerima rasa baktiku, oleh karena itu Devayani, janganlah engkau berkata
demikian “Devayani
menjawab
“ engkau juga
adalah putra dari putra guru ayahku, oleh karena itu sudah sepantasnya aku
menghormati dan memujamu, ingatlah kembali yang telah lalu… saat engkau dibunuh
oleh para Danava, rasa persahabatan dan tertarik ku padamu telah kutunjukkan,
janganlah engkau menyia-nyiakan diriku yang memujamu “ Kacha mendengar desakan Devayani berkata
“ putri yang
bermata indah, janganlah engkau memaksaku untuk melakukan dosa, kau yang cantik
bagai purnama adalah kesayangan guruku, engkau terlahir dari tubuhnya demikian
juga diriku engkau tiada ubahnya adalah saudara kandungku,
Sebagai putri
kesayangan dari guruku, engkau selalu mendapat tempat dalam diriku, masa masa
indah telah kita lewati bersama, kini tiba saatnya aku akan kembali,
berkati perjalananku akan tiba selamat
ke tempatku, seperti engkau yang selalu mengenangku maka akupun akan selalu
mengingat dan menghormatimu sebagai putri kesayangan guruku”
Devayani
tidak bisa menerima penjelasan Kacha, diapun berkata
“ kau telah
menolak menerimaku sebagai istri, wahai kacha ilmu yang kau peroleh dari ayahku
(Sanjivani ? ) tidak akan membuahkan hasil bagimu”
“ aku
menolakmu semata mata karena engkau adalah putri dari guruku, bukan karena
engkau mempunyai kekurangan dan kesalahan, tapi engkau malah mengutukku, kutuklah
aku jika itu membuatmu senang , tapi Aku tidak pantas engkau kutuk, karena
terdorong oleh nafsu bukan karena rasa tanggungjawab kau mengutukku, maka
kukatakan padamu bahwa keinginanmu tiada pernah bisa terwujud, tak ada seorang
putra Rishi yang akan menerima mu sebagai istri
Tentang ilmu
yang kumiliki tiada akan berguna bagiku, biarlah hal itu terjadi…. Tapi demi
menghormati guruku (Sukra) maka ilmu itu akan membuahkan hasil bagi orang yang
akan ku bagikan”
Setelah
berkata demikian, Kacha pun pergi meninggalkan Devayani menuju kediaman Indra,
para Deva dipimpin oleh Indra pun menyambut kedatangannya dengan penuh
kehormatan, Indra berkata
“ engkau
telah melakukan sesuatu untuk kebaikan kita semua, engkau telah mencapai Sesuatu
yang luarbiasa, mulai saat ini namamu akan abadi, bersama kami engkau akan
menikmati persembahan setiap yajna”.
Kaccha lalu
menurunkan ilmu Sanjivani kepada mereka, para Deva setelah terpenuhi keinginan
mereka menguasai ilmu sanjivani lalu berkumpul di kediaman sakra, merekapun
meminta pelaksana seratus yajna ( Indra ) untuk memerangi para asura.
Tersebutlah
di Taman Raja Gandharva Chitraratha, para gadis tengah bermain-main dan
bertamasya, mereka mandi di danau indah yang ada di taman tersebut, namun tiba2
angin bertiup kencang menerbangkan pakaian mereka sehingga tertukar satu sama
lain, saat itu Sarmishtha putri Danava Wrishaparvan memungut pakaian Devayani,
membuat putri Rishi Sukra itu berseru
“Putri Raja
Asura, mengapa kau mengambil pakaianku, engkau adalah muridku ini adalah tindakan
yang tidak terpuji, akan menyebabkan hal yang tidak baik pada dirimu “
Dengan cepat Sarmishtha
menjawab
“Ayahmu
mempunyai kedudukan yang lebih rendah, sebagai pelantun mantra yang disewa dan
menerima punia (sedekah, bukan punya=pahala…), sedangkan ayahku adalah raja
yang menerima penghormatan dan pemberi punia tidak pernah menerima sesuatu dari
orang lain, kau adalah putri dari seseorang yang mengumandangkan doa untuk
orang lain, aku adalah putri dari orang yang dihormati dan pemberi punia.
Kau tak lebih
dari gadis pengemis, mengapa kau bangga? Dan berkata kasar padaku sehingga
membuatku marah?
Dengarkanlah,
aku bisa saja mecelakai, tapi aku tidak ingin melakukannya, engkau tidak
sepadan denganku “
Mendengar
ucapan Sarmishtha ,Devayani naik darah lalu menarik dan merebut pakaiannya,
sebaliknya Sarmishtha mendorong Devayani ke dalam sumur, lalu pergi meninggalkannya
dengan penuh amarah dan mengira Devayani telah tewas, Sarmishtha pun pulang
dengan masih memendam rasa marah.
Sepeninggal Sarmishtha,
datanglah ketempat itu Yayati putra Nahusa, beliau tengah kehausan karena lelah
dalam perburuan, demikian pula kuda kudanya, saat melihat ada sumur Yayati
berniat hendak melepas dahaga, ternyata sumur itu kering namun dalam sumur dia
melihat seorang gadis yang bersinar terang dengan penampilan bagai penghuni
svarga, Yayati pun bertanya
“ siapa
dirimu, wahai gadis yang bermata indah, dengan kuku indah bersinar dan berhias
anting anting permata, mengapa bisa ada didalam sumur ini ? dan menangis dalam
kegelisahan mengapa bisa ada didalam sumur ini ? yang ditutupi oleh rumput
rumput panjang ? siapa orang tua mu ?” Devayani menjawab
“wahai Raja,
aku adalah putri Rishi Sukra yang mampu menghidupkan kembali para Asura yang
telah tewas dalam pertempuran melawan para Deva, aku tau engkau adalah orang
baik baik yang memiliki tenaga yang kuat, raihlah tangan kananku... bantu aku
keluar dari sumur ini”
Setelah
mengetahui bahwa gadis didalam sumur adalah putri seorang brahmana, maka Yayati
segera menolongnya keluar dengan menarik tangan kanan Devayani, setalah itu
sang Raja pun kembali ke Ibukota kerajaannya.
Devayani yang
telah ditolong Yayati, tidak berniat kembali ke tempat ayahnya di kota raja
Vrishaparvan, dia menemui pelayannya Ghurnika yang mencarinya di tempat itu
“ wahai
Ghurnika cepatlah pergi ketempat ayahku, katakan padanya apa yang terjadi
disini, bilang bahwa aku tidak mau kembali ke kota”
Ghurnika
dengan cepat menuju kekediaman Rishi Sukra, lalu menyampaikan pesan Devayani
“ wahai
brahmana mulia, putri anda Devayani telah diperlakukan tidak senonoh oleh
Sarmistha putri Vrishaparvan”
Mendengar
nasib putrinya, Rishi Sukra bergegas menuju hutan dan menemui Devayani,
dipeluknya sang anak dengan kasih saying, dengan terbata bata penuh kesedihan
Rishi Sukra berkata
“ putriku,
kesejahteraan dan penderitaan seorang bergantung atas tindakannya sendiri,
demikian pula engkau”
“bila apa
yang menimmpaku adalah hukuman atas tindakanku, maka dengarkan baik baik ayah,
Sarsmistha putri Wrishaparvan telah berkata padalu, bahwa engkau tak lebih dari
orang sewaan yang diupah untuk melantunkan doa” , dia juga telah berkata dengan
kata kata kejam padaku dengan mata merah karena marah
“engkau
adalah putri dari orang yang disewa untuk melantunkan doa, orang yang menerima
sedekah sedangkan aku adalah putri dari seorang yang dihormati, pemberi sedekah
dan tidak pernah menerima pemberian dari siapapun”, kata kata itu berulangkali
diucaapkan oleh Sarmistha dengan bangga kepadaku
“memikirkan
itu semua, jika benar bahwa aku adalah seorang putri dari orang yang diupah
untuk melantunkan doa, maka aku harus melantunkan juga doa demi kebaikannya”
Rishi Sukra
menenangkan putrinya
“ ketahuilah
anakku , aku tidak mengabdi pada siapapun didunia ini, Vrishaparvan tahu hal
ini demikian pula Indra dan Yayati, aku tindak tunduk kepada siapapun, Brahma
sang pencipta yang puas dengan tapa ku telah berkata bahwa aku dipuja disemesta
ini atas apa yang aku lakukan, akulah yang mencurahkan hujan untuk kepentingan
semua mahluk, dari hal itu maka semua tanaman dapat hidup di muka bumi ini “
“dengarkanlah
putriku, orang yang tidak mempunyai pikiran untuk berbicara buruk pada orang
lain adalah orang yang bisa menaklukkan segalanya, para bijak mengatakan dia
yang mampu mengendalikan diri seperti seorang kusir yang tidak pernah
melonggarkan tali kekang untuk mengendalikan kuda kuda (Indriya) nya akan mampu
memngatasi segalanya, dia akan menjadi sumber pengampunan, orang yang tidak
berbicara kasar (menyakitkan) pada orang lain mampu meredam kemarahan seperti
halnya membunuh ular berbisa (lambang kemarahan) sesungguhnya adalah orang yang
mampu menjalani empat hal (Dharma, artha,Kama dan moksha ).
“dia yang
tidak pernah lelah dan bosan menyelenggarakn yajna setiap bulan dalam seratus
tahun , anak laki laki dan perempuan tidak bisa membedakan benar dan salah,
juga tida mengetahui persamaannya, namun mereka yang bijak tidak pernah tertipu
olehnya (benar dan salah ) “ mendengar perkataan Rishi Sukra Devayani menjawab
“aku tahu
ayah perbedaan itu, marah, kebencian ,pengampunan dan murah hati, tapi bila
seorang siswa menunjukkan sikap tidak hormat pada gurunya, tidak serta merta
diberi pengampunan, bila sang guru menginginkan kebaikan muridnya, orang
bijaksana menginginkan kebaikan tidak seharusnya tinggal bersama mereka yang berbicara
buruk dan menentang orang yang berprilaku baik dan berasal dari kelahiran mulia,
kata kata putri Vrishaparvan sangat menyakitiku, aku tidak mau lagi tinggal di
tempat disini.”
Kawvya
keturunan utama Brighu itupun marah mendengar ucapan putrinya, beliau segera
menemui Vrishaparvan dan berkata karena kesalahan para Danava dahulu membunuh
Kacha dan juga perlakuan yang tidak menyenangkan yang diterima Devayani, maka
Rishi Sukra bermaksud meninggalkan para Asura.
Vrishaparvan
buru buru mencegah dan meminta maaf
“jangan
tinggalkan kami wahai Rishi mulia, jika anda tinggalkan maka lebih baik kami
akan kembali ke dalam samudera, tidak akan ada lagi yang bisa kami lakukan
disini”
“aku tidak
peduli, apakah kalian pergi ke tengah samudera atau mengungsi ke segala arah,
aku tidak bisa menanggung kesedihan putriku, dia sangat aku sayangi, hidupku
bergantung padanya, oleh karena itu engkau harus mampu membuatnya senang dan
puas, seperti halnya Vrihaspati yang selalu mencari kebaikan demi keuntungan
Indra, demikian juga aku selalu melakukan sesuatu demi kebaikanmu” mendengar
hal itu Vrishaparvan pun berkata
“ Oh Bhargava
anda adalah penguasa dari apa yang kami miliki,– Gajah, ternak dan kuda bahkan
diriku sendiri”
“jika benar
demikian wahai raja bahwa aku yang menguasai kemakmuran (kekayaan) para Asura,
pegilah ke tempat Devayani hiburlah dia”
Rishi Sukra
dan Raja Vrishaparvan segera menuju ke tempat Devayani, Rishi Sukra
menceritakan semua pembicaraannya dengan Vrishaparvan, Devayanipun berkata
“Oh Bhargava
jika benar demikian, bahwa ayah adalah tuan dari Raja Asura dan semua
kekayaannya, maka biar sang Raja Vrishaparvan sendiri menyampaikan padaku” Raja
Vrishaparvan lalu mendekati Devayani lalu berkata
“O Devayani
yang memiliki senyum menawan, katakanlah apa yang kau inginkan, pasti akan aku
penuhi, sesulit apapun itu aku akan berusaha untuk memenuhinya”
“ Aku ingin Sarmishtha
dan 1000 dayang melayaniku, aku juga ingin mereka ikut denganku kemana ayahku
menga_winkan diriku”
Mendengar
permintaan Devayani, Raja Asura memerintahkan kepala pelayannya untuk memanggil
putrinya
“pergi ke
tempat Sarmistha dan bawa dia kemari biarkan keinginan Devayani terpenuhi”
pelayan yang disuruh pun dengan cepat menemui Sarmishtha
“O putri
yang jelita, mari ikuti saya lalu
lakukan sesuatu demi kebaikan keluargamu (para Asura), atas desakan Devayani
rishi Sukra bermaksud meninggalkan
muridnya (para Asura), O putri engkau harus penuhi keinginan Devayani” Sarmishtha
menjawab
“Aku akan
melakukannya dengan senang hati, atas desakan Devayani kini Rishi Sukra memberi
perintah padaku, baik Rishi Sukra maupun Devayani tidak boleh meninggalkan para
Asura karena kesalahanku”
Atas perintah
ayahnya Dengan ditemani 1000 dayang Sarmishtha keluar dari kediamannya yang
indah untuk menghadap Devayani
“O Devayani,
aku beserta 1000 orang pelayanku kini menjadi pelayanmu, akupun akan mengikuti
kemanapun engkau ka_win (ke rumah suami Devayani )”
“ bagaimana
mungkin itu terjadi ?aku adalah putri seorang yang dibayar untuk melantunkan
doa yang menerima punia, sedangkan engkau adalah putri dari seorang yang
dihormati dan dipuja , bagaimana engkau bisa menjadi dayangku ? “ Tanya
Devayani yang kemudian dijawab oleh Sarmishtha
“seseorang
sudah seharusnya berupaya untuk membuat orang yang memiliki ikatan hubungan
dengannya senang , oleh karena itu sudah kewajibanku menemanimu kemanapun
engkau pergi”
Mendengar
janji Sarmistha maka Devayani berkata pada Rishi Sukra
“O brahmana
mulia aku senang dan puas, kini aku akan kembali ke kota setelah mengetahui
bahwa pengetahuan dan kekuatan ayah tidak ternodai (dihina).” Mendengar ucapan
putrinya Rishi Sukra yang termahsyur atas pengetahuan yang beliau miliki bersedia
kembali ke ibukota kerajaan, para Danava menyambut kepulangan beliau dan
memujanya.
Lama waktu
berlalu, suatu ketika Devayani kembali bermain ke taman itu ditemani oleh Sarmishtha
beserta 2000 orang pelayan, para gadis bersukaria disana, Devayani begitu
bergembira, mereka mulai menikmati sari (madu) yang berasal dari bunga bunga
serta mencicipi berbagai macam buah.
Putra Nahusha
kembali datang ketempat itu dari perburuan, dia begitu lelah dan kehausan
mengejar rusa hendak mencari air penghilang dahaga, Yayati melihat para gadis
disana mereka mengenakan pakaian indah dihiasi ornament yang bagaikan berasal
dari svarga, namun diantara mereka Devayani lah yang paling cantik, tiada yang
mampu menyamainya, dengan kulitnya yang indah, berbaring santai sementara Sarmishtha
dengan lembut memijat kakinya. Menyaksikan semua itu Yayati bertanya
“O putri yang
jelita, aku bertanya pada kalian berdua, siapa nama dan berasal dari keluarga
mana, aku melihat 2000 gadis ini adalah pelayan kalian ?” Devayani lalu
menjawab
“ketahuilah ,
aku adalah putri Rishi Sukra guru spiritual para asura, dan gadis disebelahku
ini adalah dayangku, dia selalu menyertai kemana aku pergi, dia adalah Sarmishtha
putri dari Vrishaparvan Raja para Danava”
“Aku sangat
ingin tahu bagaimana putri yang bermata coklat indah dan berkulit terang ini
yang tiada lain adalah putri raja Vrishaparvan bisa menjadi dayangmu ?” Tanya
Yayati
“wahai raja….
Segala sesuatu didunia ini berdasarkan atas takdir (karmaphala), anda tidak
perlu heran, dan pertemuan kita sekarangpun karena takdir”
Penampilan
dan pakaianmu menandakan engkau seorang raja, dari tutur kata engkau pasti
telah mempelajari Veda, katakana siapa namamu dan siapa orang tuamu ?”
Yayati pun
memperkenalkan diri
“pada masa
brahmacharya aku telah mendengar semua Veda, aku adalah putra raja Nahusha dan
kini akupun menjadi raja”
“O raja apa
yang membawa engkau kemari? Apakah untuk memetik bunga teratai, sekedar
melihat-lihat ataukah tengah berburu ?”Devayani kembali bertanya
“O putri aku
kemari sehabis memburu rusa, aku sangat kehausan dan bermaksud mencari air dan
akupun sangat lelah sehingga dating ketempat ini, aku menanti perintahmu untuk
pergi dari tempat ini “
“akulah yang
menunggu perintahmu O raja, dengan 2000 gadis pelayan dan Sarmistha dayangku
demi kesejahteraanmu jadilah teman dan majikannku” Yayati menjawab
“putri yang
jelita, aku tidak pantas untukku engkau adalah putri Sukra yang mulia,
kedudukannya lebih tinggi daripada aku, ayahmu tidak akan memberikan dirimu
meski kepada seorang Maharaja” tapi Devayani membantahnya
“dahulu
brahmana telah menyatu dengan kshattriya, begitu pula kshattriya telah menyatu
dengan brahmana (dalam perka_winan), engkau adalah putra seorang rishi dan kau
sendiri adalah rishi, oleh karena itu O putra Nahusha jadikan aku istrimu”
“duhai putri
yang cantik, memang keempat Varna (Brahmana, Kshattriya, Vaisya dan Sudra )
berasal dari sumber yang sama, namun tugas dan kewajiban serta kemurnian mereka
yang berbeda, dari semuanya brahmana yang paling utama” Devayani lalu berkata
“tanganku ini
tidak pernah disentuh oleh laki-laki manapun, tapi engkau telah memegangnya
saat menolongku dulu, oleh karena itu aku telah menjadikan kau sebagai tuanku
(suami)
Bagaimana aku
bisa memikirkan laki laki lain (karena engkau telah menjamah tanganku)?”
Yayati
berkata
“orang bijak
mengetahui bahwa seorang brahmana lebih dihindari daripada seekor ular beracun
yang lagi marah, ataupun kobaran api yang menjalar dengan cepat
“bagaimana
bisa itu terjadi mengapa brahmana lebih dihindari?” Tanya Devayani
“seekor ular
yang berbisa hanya akan membunuh satu orang, begitupula senjata yang paling
tajampun Cuma membunuh satu orang, akan tetapi kemarahan seorang brahmana bisa
menghancurkan satu kota bahkan sebuah kerajaan, oleh karena itu aku berpendapat
bahwa seorang brahmana lebih dihindari daripada yang lain, oleh sebab itu aku
tidak berani menerimamu kecuali ayahmu Rishi Sukra memberikan restunya kepada
ku” kata Yayati
“O Yayati
yang perkasa, engkau adalah pilihanku, aku mengerti kenapa engkau tidak bernai
menerima diriku yang malang ini tanpa restu dari ayahku, kau tak perlu takut
dan tidak perlu memintanya “
Lalu Devayani
menyuruh seorang pelayannya untuk menyampaikan keinginannya kepada Rishi Sukra,
mendengar penjelasan pelayan Putri nya bergegas menuju tempat itu , Yayati
segera memberi hormat dan memberikan penyambutan lalu dengan tangan tercakup
beliau menunggu perintah dari Rishi Sukra.
Devayani
memohon pada ayahnya
“ayah …ini
adalah putra Nahusha, dia telah memegang tangan saat aku putus asa (terjatuh
dalam sumur ), restui dan berikan aku kepadanya, aku tidak akan ka_win dengan
laki laki manapun selain dia” atas permohonan putrinya Rishi Sukra berkata
“ wahai kau
pemuda pemberani, engkau harus menerima putri kesayanganku sebagai istrimu, aku
restui dan memberikannya padamu” yayati pun berkata
“aku memohon
anugerahmu O brahmana, bahwa dosa karena melakukan percampuran Varna tidak akan
menimpa diriku” Rishi Sukra pun menjawab
“aku
membebaskan engkau dari dosa itu, janganlah takut untuk menga_wininya, mintalah
anugerah lain yang engkau inginkan, dan jagalah kehormatan istrimu Devayani…
sedangkan gadis ini adalah Sarmishtha putri Vrishaparvan, kau juga harus
memperhatikannya tapi jangan pernah kau mengajaknya ke tempat peraduanmu”
Mendengar
ucapan Rishi Sukra, maka Yayati melakukan Pradaksina (berjalan mengelilingi
obyek tertentu, sebagai bentuk penghormatan tertinggi ) kepada sang Brahmana,
upacara perkawinan pun dilansungkan berdasarkan yang ditetapkan dalam kitab
suci.
Setelah
menerima harta yang tak terhingga nilainya yaitu Devayani , Sarmishtha dan 2000
orang pelayan serta mendapat penghormatan dari Rishi Sukra sendiri serta para
asura, Raja Yayati seijin Bhargava kembali ke ibukota kerajaannya dengan riang
gembira.
Yayati
memasuki ibukotanya yang megah bagaikan ibukota dari Indra (Amaravati), lalu
membawa sang pengantin ke Istana Kaputren, sedangkan untuk Sarmishtha atas
petunjuk Devayani, Yayati membuat kediaman khusus di dekat pohon Asoka di taman
istana, Sarmishtha juga diberikan 1000 orang pelayan yang bertugas memenuhi
kebutuhannya, namun bersama Devayani lah putra Nahusha menjalani hari hari yang
penuh kebahagiaan, bagaikan pasangan surgavi, ketika waktunya telah tiba
Devayani melahirkan seorang putra yang cemerlang bagaikan putra Deva.
Seribu tahun
telah berlalu, Sarmistha memasuki masa suburnya dia memikirkan tentang kewajibannya
sebagai seorang wanita, putri Virshaparvan pun gelisah lalu berkata pada
dirinya sendiri, bagaimana cara untuk memenuhi keinginannya mempunyai anak.
“masa ku
telah tiba, tapi aku belum memilih seorang suami, apa yang akan terjadi padakau
? masa muda ku akan terkutuk, kulalui dalam kehampaan (tanpa memiliki anak ),
Devayani telah memilih seorang suami, apakah aku juga harus memilih dia ……?
Akhirnya Sarmishtha mengambil keputusan “ aku akan memintanya memberikan aku
anak, tapi adakah kesempatan untukku bertemu dengannya tanpa ada yang
mengetahui ?”
Saat Sarmishtha
sibuk dengan pikirannya sendiri, Maharaja Yayati lewat disana (dekat pepohonan
Asoka ) tanpa ditemani siapapun, diam berdiri didekat Sarmishtha tanpa sepatah
kata pun.
Sarmishtha
menyadari kehadiran Yayati yg tiada ditemani siapapun, lalu dengan tersenyum
manis dan kedua tangan tercakup dia mendekati Yayati lalu berkata
“O putra
Nahusha, tiada seprangpun mampu mendekati gadis yang berada di istana putri
milik Soma, Indra, Vishnu , Yama,Varuna dan milikmu….. ,ketahuilah bahwa aku
seorang gadis yang menawan dan berasal dan sehat jasmani ,kini masa (subur)ku
telah tiba, jangan biarkan hal itu berlalu dalam kehampaan (tanpa dibuahi), aku
memohon padamu…”
“aku tahu,
engkau berasal dari keluarga yang hebat, kaum Danava… dan kau juga sangat
cantik, aku tidak melihat kekurangan pada dirimu, namun ketahuilah kalau Usana
(Rishi Sukra) telah memberiku perintah bahwa selama aku bersama dengan Devayani
aku tidak boleh bersama (meniduri) mu “
“telah
dikatakan O Raja, ada [i]lima macam kebohongan yang terhindar dari dosa, yaitu
kebohongan pada saat bercanda, saat menyenangkan hati seorang wanita, dalam
perkawinan (rumah tangga), saat nyawa seseorang terancam, dan pada saat
tertimpa musibah atau kemalangan[/i]”
“baik saya
maupun Devayani diperintahkan untuk melayani anda ( tujuan yang sama ), saat
anda mengatakan bahwa hanya memilih satu diantara kami, itulah kebohongan yang
anda ucapkan”
Yayati pun
menjawab
“seorang Raja
haruslah menjadi contoh bagi rakyatnya seorang Raja akan menemui kehancuran
bila berkata bohong. aku tidak punya keberanian untuk mengatakan sesuatu yang
tidak benar, meski karena itu aku bisa kehilangan segalanya”
“duhai raja….
Seseorang boleh menganggap suami dari temannya adalah suaminya sendiri, dia
juga boleh menganggap perka_winan temannya itu sama seperti perka_winannya
sendiri”, engkau adalah (suami) pilihan temanku “ Yayati kemudian berkata
“baiklah
kalau demikian, aku juga memeliki sumpah bahwa aku akan selalu mengabulkan
permohonan seseorang, engkau telah memohon padaku…. Katakana apa yang engkau
inginkan ?” Sarmishtha menjawab
“bebaskan
saya dari dosa, lindungi kehormatan saya dengan menjadi ayah dari anak-anakku,
biarkan saya untuk menjalani kewajiban
tertinggi di dunia (kewajiban wanita tertinggi adalah mempunyai anak ), telah
dikatakan O raja bahwa seorang istri, pelayan dan seorang anak tidak memiliki
hak atas kekayaan dan dirinya sendiri, semuanya adalah milik tuan dan
majikannya, engkau adalah tuan dari Devayani, sedangkan aku adalah pelayan dari
Devayani, dengan demikian anda adalah tuan dan majikan saya, oleh karena itu
saya memohon penuhilah keinginan saya.”
Yayati
akhirnya terpengaruh oleh kebenaran kata kata Sarmishtha, terdorong untuk
melindungi kehormatan dan Dharma seorang wanita. Mereka menghabiskan waktu
beberapa lama, sebelum akhirnya berpisah.
Akibat dari
hubungan itu, Sarmistha kemudian melahirkan seorang anak yang bersinar
cemerlang bagai putra Svarga dan memiliki mata indah bagai kembang Padma
seperti ibunya yang memiliki senyum manis dan mata indah kecoklatan.
Mendengar
kelahiran putra Sarmishtha, Devayani menjadi cemburu dan gusar, diapun
mendatangi Sarmistha yang menjadi sasaran rasa tidak senangnya
“ apa yang
terjadi?, dosa apa yang telah kau buat untuk memenuhi hasratmu ?”
“O Devayani,
aku tidak melakukan ini karena hasrat, seorang brahmana mulia telah datang
padaku, beliau memiliki tanda2 orang mulia dan menguasai Veda, dan atas
permohonanku beliaupun memenuhi permohonanku (memiliki putra) atas dasar Dharma,
putraku ini adalah putra Rishi tersebut”
“benarkah?,
katakanlah O putri bermata indah, dari garis keturunan mana dan siapa nama
brahmana tersebut, aku ingin mendengarnya”
“ O Devayani,
brahmana tersebut dalam hal kecermelangan dan tenaga beliau tiada ubahnya bagai
Surya sendiri, aku merasa tidak perlu lagi menanyakan asal usulnya “ Devayani
pun mempercayai kata kata Sarmistha
“ jika
demikian adanya, aku tidak marah lagi kepadamu, engkau mendapatkan putra dari
seorang brahmana yang mulia “
Mereka
berduapun berbicara dan bercanda selayaknya dua orang teman, kemudian Devayani
kembali ke istananya setelah mengetahui kebenaran dari kata kata Sarmishtha.
Yayati
memliki dua orang putra dari Devayani yaitu Yadu dan Turvasu yang bagaikan
Indra dan Vishnu, sedangkan dari Sarmishtha, Yayati memiliki tiga orang putra
Drahyu , Anu dan Puru.
Pada suatu
hari Devayani ditemani oleh Yayati berjalan jalan di dekat hutan yang masih
menjadi bagian dari taman milik sang Raja, disana dia melihat tiga orang tengah
asyik bermain main, Devayani sangat heran melihat anak anak yang tiada ubahnya
seperti penghuni Svarga
“ lihatlah O
Raja, anak anak tersebut…. Dari kelurga mana mereka? Dari penampilan mereka
tiada ubahnya bagai penghuni Svarga, dalam kecermelangan dan ketampanan mereka
mirip denganmu, aku jadi berpikir….. “
Tanpa
menunggu jawaban dari Raja, Devayani langsung bertanya kepada ketiga anak
tersebut
“anak anak,
dari keluarga mana kalian? Siapa ayah kalian? Katakan sebenarnya, aku sangat
ingin tahu “ Ketiga anak anak itu pun menunjuk kearah sang Raja, dan mengatakan
bahwa Sarmishtha adalah ibu mereka. Ketiganya mendekati Yayati lalu merangkul
erat kaki sang Raja, namun dihadapan Devayani sang Raja tidak berani
menunjukkan kasih saying kepada anak anak Sarmishtha, ketiga anak anak itupun
sedih dengan sikap sang Raja, dengan berurai airmata mereka berlari kepada
ibunya
Devayani yang
kini mengetahui segalanya berkata kepada Sarmishtha
“mengapa
engkau berani menyakitiku? Kau bergantung padaku… apa kau tidak takut sesuatu
menimpa kaum Danava ?” Sarmishtha pun menjawab
“O Devayani,
aku melakukan hal yang benar dan sesuai dengan Dharma, ceritaku tentang Rishi
yang lalu adalah benar adanya, aku tidak takut kepadamu, engkau telah memilih
Yayati sebagai suamimu akupun juga memilih dia sebagai suamiku, suami dari
seorang teman menurut yang telah berlaku adalah sama dengan suami sendiri.
Engkau adalah putri seorang brahmana oleh karena itu aku sangat menghormati dan
melayanimu, tapi ketahuilah bahwa sang raja memperoleh kepuasan yang lebih
dariku” mendengar kata kata Sarmishtha, Devayani lalu berkata pada Yayati
“engkau telah
berbuat salah padaku O Raja, aku tidak ingin tinggal disini lagi” Devayani
dengan berlinang air mata lalu pergi dari tempat itu hendak menuju ke tempat
Rishi Sukra, Yayati dengan cepat menyusul langkahnya serta mencoba untuk
menenangkannya, namun Devayani tidak bisa dibujuk, dengan mata merah karena
marah dia tidak berkata sepath katapun pada Yayati, sampai akhirnya mereka tiba
di kediaman Rishi Sukra.
Devayani
berdiri dihadapan ayahnya setelah memberi hormat, Yayati pun melakukan hal yang
sama, beliau menmberi hormat pada Rishi Sukra, Devayani lalu berkata
“O ayah hari
ini Dharma telah musnah oleh tindakan yang tidak benar, Sarmishtha telah berani
menentangku, dia memiliki tiga orang putra dari Raja ini, sedangkan diriku yang
malang hanya memiliki dua orang putra, O putra Bhrigu sang Raja memiliki
pengetahuan akan agama, tapi dia telah menyimpang dari hal itu “ Sukra mendengar
semua itu berkata
“ wahai Raja,
engkau telah menyakiti orang yang mencintaimu walaupun engkau paham atas
kebajikan maka engkau akan ditimpa oleh umur tua dengan tiba tiba tanpa ada
yang melihatnya”
Mendengar
kutukan sang Usana putra Kavi, Yayati pun memohon
“yang mulia
putri Raja Danava memohon kepadaku untuk membuahi masa suburnya, aku melakukan
berdasarkan Dharma bukan terdorong oleh keinginan lain, seorang pria yang
diminta oleh seorang wanita untuk membuahi masa suburnya bila dia tidak mau
melakukannya, maka oleh mereka yang ahli Veda laki laki tersebut telah
melakukan dosa yang sama dengan membunuh benih dalam kandungan”
Oleh karena
takut dosa membunuh janin dalam kandungan maka saya melakukan itu bersama
Sarmishtha yang diam diam memohon kepada saya untuk memenuhi hasratnya
menjalani kebajikan sebagai seorang wanita” Yayati memberi alasan tindakannya
“engkau
bergantung padaku wahai raja, mengapa engkau tidak meminta petunjuk dan
menunggu perintahku, engkau berbuat salah dengan mengatasnamakan kewajibanmu,
oleh karena itu dosa kau tanggung adalah sama dengan seorang Pencuri”
Yayati yang
menerima kutukan dari Usana yang tengah marah pun terampas keremajaannya,
beliau tiba tiba menjadi tua…..
“O Putra
Bhrigu, saya belum puas dengan masa muda saya juga belum puas menghabiskan
waktu bersama Devayani, bermurah hatilah pada saya agar kerentaan ini tidak
menghinggapi”
“Putra
Nahusha, aku tidak pernah berkata yang tidak benar bahkan sampai saat ini,
engkau telah terkena masa tua, tapi engkau bisa memindahkan kerentaanmu ini
pada yang lain” Yayati lalu berkata
“O brahmana,
jika demikian… sesuai perintah dan atas namamu maka putraku yang bersedia
memberikan masa mudanya padaku akan mewarisi kerajaanku, dia akan mencapai
dharma dan terkenal”
“ Putra
Nahusha, dengan memikirkan aku maka engkau bisa menukarkan masa tuamu, Putramu
yang bersedia memberikan masa mudanya akan menjadi penerus tahtamu, dia akan
terkenal dan termahsyur serta berumur panjang juga memiliki keturunan (keluarga
) besar”.
Yayati
kembali ke Ibukota kerajaannya dengan ‘penyakit’ tua yang menimpanya, segera
beliau mengumpulkan putra putranya berharap untuk menukarkan masa muda mereka,
kepada Turvasu putra tertuanya dan yang paling diharapkan Yayati berkata
“putraku
tersayang….karena kemarahan Usana atau Kavwya aku terkena penyakit tua dan
rapuh, rambutku pun memutih, aku belum puas menikmati masa mudaku, O Yadu
apakah engkau bersedia mengambil kerentaan ku ini, akuu akan menikmati masa
mudamu, setelah masa seribu tahun aku akan mengembalikan kepadamu, dan aku
menerima usia tua dan kerentaanku ini”
Yadu menjawab
“O Raja
banyak hal yang tidak nyaman diakibatkan oleh ketuaan, utamanya dalam hal makan
dan minum, dengan kerentaan dan rambut memutih , tiada keceriaan, semua anggota
tubuh menjadi rapuh, badan menjadi lemah, harus mendapat uluran tangan
(bergantung) dari teman tidak mampu untuk bekerja, itu semua akibat dari
ketuaan oleh karena itu aku tidak mau menerima usia tuamu, engkau mempunyai
putra yang lain mereka saying kepadamu, mintalah kepada mereka”
“kau berasal
dari hatiku, tapi tidak mau mengambil masa tuaku, hai Turvasu keturunanmu tidak
akan pernah menjadi raja” lalu Yayati bertanya kepada putranya yang lain
“O Turvasu,
ambil kelemahan ku beserta masa tuaku ini, dengan keremajaanmu aku akan menikmati
kesenangan hidup, setelah seribu tahun aku akan mengembalikannya padamu,dan
mengambil kembali lemah dan usia tuaku”
Turvasu
menjawab
“Aku tidak
suka dengan usia tua ayah, itu akan merampas semua kesenangan, kekuatan,
ketampanan, intelektual bahkan hidup seseorang” Yayati berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Turvasu keturunanmu akan
menjadi bangsa yang terbuang, kau akan menjadi Raja dari orang orang yang punya
kelakuan buruk yang tidak menghargai istri dan tetua mereka, kejam dan
bertingkah laku seperti burung dan binatang buas, penuh dosa dan [b]bukan kaum
Arya[/b]”
Yayati
setelah mengutuk putranya, lalu bertanya pada putra Sarmishtha, Drahyu
“O Drahyu,
untuk masa seribu tahun ambilah krentaanku ini yang telah menghancurkan
penampilan dan kerupawanan ini, dan berikan aku masa mudamu…setelah seribu
tahun berlalu aku akan mengambil kembali masa tuaku dan mengembalikan masa
mudamu”
Drahyu
menjawab
“O Raja
mereka yang memasuki usia tua tidak akan bisa menikmati Gajah, kereta,kuda dan
wanita, bahkan suarapun akan berubah buruk, oleh karean itu aku tidak ingin
mengambil masa tuamu” Yayati lalu berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Drahyu engkau akan menjadi
raja hanya sebatas nama aja, negerimu tidak akan memiliki jalan yang bisa
dilewati oleh Gajah, kereta dan hanya mampu dilewati oleh rakit dan kayu
hanyut” Yayati lalu bertanya hal yang sama kepada Anu
Anu berkata
“mereka yang
dihinggapi usia tua akan makan seprti anak anak dan tidak bersih, bahkan mereka
tidak mampu menuangkan persembahan kedalam tungku api sesuai waktunya
(melaksanakan pemujaan), oleh karena itu aku tidak mau menukar usia mudaku”
Yayati pun berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, Hai Anu engkau akan menemui
banyak kesulitan saat tua, engkau akan tiba tiba menjadi dua, keturunanmu juga
akan mati muda dan tidak bisa menyelenggarakan persembahan dengan menggunakan
api”
Kini Yayati
berpaling pada Puru putra bungsunya
“kau memang
putraku yang paling muda, tapi diantara saudaramu engkau yang paling utama, O
Puru kerentaan, rapuh dan rambut memutih telah menghinggapiku akibat kemarah
Usana yang disebut juga Kavwya, aku ingin kau mengambil masa tuaku ini
sedangkan aku dengan masa mudamu akan menikmati hidup selama bertahun tahun,
setelah seribu tahun aku kan mengembalikannya padamu dan mengambil kembali masa
tuaku”
Puru menjawab
dengan sopan
“Aku bersedia
O Raja, ambilah masa mudaku dan nikmati hidup ini, sedangkan aku sesuai
perintahmu akan menjalani hidup dengan masa tua dan menjadi tua dengan
memberikan masa mudaku padamu”
“O Puru aku
sangat puas denganmu, kukatakan bahwa semua rakyat dikerajaan mu akan mampu
memenuhi keinginan mereka” setelah berkata demikian, Yayti dengan kekuatan
tapanya memikirkan Kavwya untuk segera menukarkan masa tuanya dengan masa muda
Puru yang mulia.
Raja Yayati
putra Nahusha setelah menerima usia muda Puru menjadi sangat puas, beliaupun
mulai memenuhi keinginannya selama ini sampai batas kemampuannya, beliau
memuaskan para Deva dengan melakukan Yajna, memuja para leluhur dengan Sradhha,
kepada mereka yang miskin dengan perhatian dan kepedulian, para Rishi dengan
memnuhi keinginan mereka, semua orang diperlakukan dengan ramah dan mendapat
makanan dan minuman. Para Vaisya mendapat perlindungan, para Sudra beliau
bersikap murah hati dan peduli. Sedangkan para penjahat mendapat hukuman yang
setimpal.
Raja Yayati
memenuhi segala kebutuhan rakyat, bertindak selaku pelindung Dharma beliau
seperti Indra yang kedua. Raja yang memiliki kekuatan seperti Singa itu
menikmati kesenangan masa mudanya dengan penuh kendali tanpa melanggar ajaran
Agama.
Hanya satu
yang disesali oleh Yayati yaitu ketika waktu seribu tahun telah tiba, beliau
telah melewati hari dengan kesenangan, dengan setiap kala dan kasthanya (satuan
waktu yang lebih kecil dari menit ), selama seribu tahun Yayati telah menikmati
kesenangan, beliau juga ditemani oleh Apsara Viswachi diberbagai tempat seperti
Taman Indra, Alaka kota Kuvera atau di puncak gunung Meru.
Yayati kemudian
memanggil Puru
“putraku,
waktu seribu tahun telah berlalu, selama itu aku telah menikmati kesengan
hidup, namun aku menyadari bahwa hasrat dan keinginan tidak bisa dipenuhi oleh
kesenangan, kesenangan tiada ubahnya bagai nyala api yang melahap semua persembahan
dalam upacara Yajna, demikian pula objek duniawi seperti kekayaan, padi,
gandung, kuda, Gajah, perhiasan emas dan permata dan wanita tidak akan memenuhi
dan memuaskan keinginan itu. Aku telah menikamti semua objek kesenangan duniawi
sampai batas kemampuanku, tapi dari hari ke hari hasrat keinginan itu malah
semakin besar dan tak terpuaskan, aku sadar bahwa untuk memnuhi keinginan hanya
dengan cara melepas (mengendalikan) keinginan itu, kini aku akan memperbaiki
pikiranku dengan memusatkan hanya kepada Brahman (Tuhan), aku akan mengundurkan
diri kehutan yang damai hidup berdampingang dengan rusa yang tiada bersalah.
Kini aku kembalikan masamudamu. Terimalah kembali dan juga terima kerajaanku
ini, engkau adalah putraku yang memberikan pengabdian yang tulus kepadaku.
Yayati
kemudian menobatkan Puru sebagai penggantinya, hal ini menimbulkan pertanyaan
dari kalangan rakyatnya, keempat Varna ( Brahmana Kshattriya, Vaisya dan Sudra)
berkumpul lalu bertanya kepada sang Raja mengapa Puru yang dinobatkan, padahal
dia adalah putra bungsu Yayati pun memberi penjelasan
“wahai
rakyatku aku menobatkan Puru, karena dia yang paling pantas, diantara semua
putraku dialah yang memberi kepuasan dan memberikan pelayanan tertinggi
kepadaku, saat aku meminta putra putraku untuk menukarkan masamuda mereka
dengan masa tuaku, Yadu menolak, demikian juga Turvasu menolak, Drahyu dan Anu
juga mengecewakanku mereka semua tidak ada yang memenuhi permintaanku, Cuma
Puru yang bersedia
“disamping
itu atas persetujuan Sukra bahwa aku akan menobatkan putraku yang bersedia
menukarkan masa mudanya dengan masa tuaku”
Mendapat
penjelasan sang Raja mereka pun setuju Yayati menobatkan Puru, setelah Upacara
penobatan Yaytipun melalui sebuah seremonial mengungsi ke Hutan untuk menjalani
kehidupan Vanaprastha dengan ditemani oleh para Brahmana.
Keturunan
Yadu adalah para Yadava, Turvasu menurunkan para Yavana, sedangkan Drahyu
menurunkan para Bhoja sedangkan Anu keturunannya menjadi Mllecha, sementara
Puru keturunannya adalah Paurava (dimana Pandava dan Kaurava berada di garis
keturunan ini ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar