Senin, 01 Agustus 2011

Persembahan Air Mata untuk Radheya

saat para istri dan keluarga melakukan kremasi untuk para Pahlawan dan prajurit yang gugur di kurukshetra , Kunti  meminta Yudhishtira untuk mempersembahkan air suci kepada Radheya. well sebenarnya ini juga salah satu adegan favorit saya di Mahabharata

Yudhisthira baru saja selesai melakukan persembahan air suci kepada putra putra Draupadi, ketika Kunti menghampirinya. Kunti tak sanggup menahan semua beban dihati, saat semua orang yang gugur mendapat persembahan air suci dari keluarganya tapi tidak dengan Radheya. tidak ada yang mempersembahkan apapun kepadanya, masih saja dia sebatang kara sama seperti ketika Kunti menghanyutkannya di sungai Ganga.

dengan lembut Kunti menyentuh bahu Yudhisthira, putra Dharma itupun menoleh lalu membungkuk memberi hormat
" ya ibu, ada apa kau memanggilku ? katakanlah perintahmu
" anakku masih ada seseorang yang belum kau berikan persembahan air suci
kata Kunti dengan pelan, membuat Yudhisthira mengangkat alis dan berpikir, Arjuna dengan masih berlinang air mata setelah memberikan persembahan air suci kepada Abhimanyu pun mendekat disusul Pandava yang lain, mereka mengelilingi Kunti dan Yudhisthira.

"masih ada yang belum? tapi Ibu mereka semua sudah mendapat persembahan air suci, tidak ada seorangpun yang terlewatkan, bagaimana mungkin aku melupakan mereka yang telah bertempur dan gugur untuk mendukungku ?
Kunti terdiam dan menatap wajah Yudhistira, matanya masih merah menahan kesedihannya, lalu Kunti menatap satu persatu putra-putranya yang lain yang masih diliputi kesedihan yang sama. Kunti telah menguatkan hatinya untuk menceritakan sesuatu.... ya sesuatu yang akan membuat Pandava akan lebih terpuruk dalam kesedihan dan penyesalan. sesuatu yang harus dilakukannya, sesuatu yang bisa dia lakukan untuk Radheya, sesuatu yang membuat orang dan dunia terkejut dalam kesedihan. namun setidaknya hanya itu yang Kunti bisa lakukan untuk Radheya.

Krishna yang tahu segalanya menatap Kunti dengan wajah penuh welas asih, Hari ini Kunti akan melakukan sesuatu yang harus dilakukannya, dia telah terlalu menyimpan rahasia ini, dia bahkan diam ketika Radheya gugur, karena Kunti tahu bila Yudhisthira mengetahui jatidiri Radheya dia akan sangat bersedih dan tidak akan mau bertempur lagi, Yudhisthira akan memilih untuk masuk dan hidup di hutan lagi. Krishna pun diam untuk mendengarkan Kunti.

"Radheya lah orangnya, kau juga harus melakukan upacara persembahan ini untuknya " ujar Kunti setelah mampu menguatkan hatinya, Para Pandava terkejut, mereka saling memandang satu sama lain

"tapi Ibu, upacara tersebut harus dilakukan oleh ayahnya karena semua putra Radheya ( Vrshasena, Satyasena dan Susena ) telah gugur, Ibu katakanlah mengapa aku yang harus melakukan persembahan ini kepada radheya sutaputra yang menjadi musuh bebuyutan kami " Yudhisthira bertanya dalam kebingungan, Pandava dan mereka yang ada disana pun kebingungan untuk menerka maksud ucapan Kunti

"Radheya bukanlah Sutaputra, dia seorang Kshatriya" dengan bibir bergetar Kunti berusaha menahan air matanya

"Radheya seorang Kshatriya, Radheya bukan Sutaputra ?" terdengar suara gumam diantara mereka, Yudhisthira terperangah , Kunti menarik nafas dalam dalam, ingin rasanya dia menghirup semua udara di bumi agar Deva Vayu memberikannya kekuatan untuk menceritakan kegetirannya, lalu ketika semuanya terdiam dalam keheningan Kunti berkata

"Radheya adalah Putra Surya, ibunya adalah seorang wanita bangsawan yang masih muda belia Surya memberikan putra ini kepadanya dengan Kavaca dan Kundala ,kau tahu? wanita itu adalah seorang gadis dirumah ayahnya  karena takut akan celaan dunia, ia harus menyimpan rahasianya. ketika putranya lair dia meletakkannya dalam kotak kayu lalu menghanyutkan disungai yang sama : Ganga ini ( mereka berada ditepi sungai Ganga untuk melakukan upacara persembahan itu ).
lalu Atiratha memungut dan memberikan Putera itu kepada istrinya Radha, oleh sebab itu ia bernama Radheya, sebuah nama yang begitu ia cintai dan tidak akan pernah dia ganti dengan nama lain. Ibunya adalah seorang Kshatriya. ia telah melakukan ketidak adilan kepada putera pertamanya, dan ia telah memiliki beberapa anak namun hatinya kosong karena hal ini.

Yudhisthira dan mereka yang ada disana mendengarkan cerita ini, segalanya seperti terlupakan karena mendengar kisah yang menakjubkan ini.
" Ibu....., siapakah ibu Radheya? siapakah wanita yang begitu keji yang telah membuang anaknya di sungai Ganga saat dia lahir? Siapakah wanita yang telah menghancurkan hidup dari seorang pria yang agung ? kau pasti sangat mengenalnya karena telah menceritakan tentang sebuah kejahatan dengan sangat lengkap, siapakah Ibu... ??

semua memandang kearah Kunti, wanita itupun memandang mereka semua, dia melihat Krishna menatapnya dengan penuh kasih sayang seakan akan memberikannya kekuatan untuk mengucapkan sebuah kebenaran meski teramat pahit.
" wanita itu masih hidup ..... akulah wanita itu. Radheya........ Radheya adalah Putraku..... Radheya adalah Putraku yang Pertama
lalu Kunti jatuh tak sadarkan diri
Vidura segera berlari kearahnya, hal yang sama dia lakukan saat Kunti terjatuh dan tak sadarkan diri di hari pertunjukan keahlian para Pangeran Hastina karena melihat Radheya berhadap hadapan dengan Arjuna.

Yudhisthira tidak bisa memikirkan semua itu, ia berdiri dengan tatapan kosong memandang mereka semua, dia terus bergumam
"Radheya adalah kakakku, dan kami telah membunuhnya..."
Dia melihat Arjuna yang menangis berlari kearahnya
" Apa yang telah aku lakukan? Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan ? bagaimana aku bisa hidup setelah semua ini terjadi? aku telah membunuh kakakku! Kakakku! .....aku telah membunuh kakakku...!!"

Arjuna berteriak, dia tak sanggup untuk berdiri lalu terduduk di tanah dengan terus berteriak
" aku telah membunuh kakakku !! , dan aku telah bangga karena aku telah membunuhnya " Arjuna jatuh tak sadarkan diri.

Krishna dan Yudhisthira mendekati Arjuna, kesedihan Yudhisthira begitu menakutkan, ia bergetar seperti orang yang terserang demam. Bhima duduk disamping Arjuna, ia begitu sangat terkejut tubuhnya menjadi lemas seperti seorang anak kecil yang tiba-tiba menjadi tua.
masih segar dalam ingatan Bhima  pada hari pertunjukkan saat dia mengetahui Radheya seorang SutaPutra , Bhima telah berkata
" wahai Sutaputra.. dengarkanlah, kau tidak pantas dibunuh oleh Arjuna, buanglah busurmu, kau tidak pantas memegangnya dan ambil cemeti yang lebih pantas untukmu.... "
seiring dengan itu ucapan Duryodhana kembali terngiang
" aku kasihan padamu Bhima karena kurang mengerti, lihatlah pemuda ini ( Radheya ) dia penuh dengan sifat yang ada pada diri Kshatriya ya... hanya pada Kshatriya, tidakkah kau lihat? tidakkah kau bisa merasakan kalu dia seorang Kshatriya? aku telah menjadikannya Raja Anga tapi aku tahu dia tidak pantas mendapatkannya.
dia pantas menjadi penguasa Dunia, ia terlahir untuk menjadi orang yang baik, kau tidak mampu atau tidak cukup agung hingga kau bisa mengenalinya "

kata kata Duryodhana membakar pikiran Bhima sekarang, ya... dia memang tidak cukup agung untuk menyadari keagungan Radheya. Bhima menangis hingga tubuhnya bergetar hebat  ( versi wayang Bhima pernah menangis ga ya ? ) Bhima tidak bisa berkata apa apa lagi, yang ada hanya kesedihan dan tidak ada apapun lainnya.

Nakula memikirkan pertarungannya dengan Radheya, ia dengan jelas mengingat kata kata Radheya yang saat itu membuat Nakula ingin mati karena tak sanggup menahan penghinaan. Radheya telah berkata :
"suatu hari... suatu hari Nakula, kau akan bangga bahwa Radheya telah menghinamu"
Nakula meneteskan air mata dalam kebisuan... ya, saat penghinaan itu kini menjadi saat yang paling berharga dalam hidupnya.

Sahadeva tidak mungkin bisa melupakan pertarungannya dengan Radheya,, ia ingat cibiran di bibir Radheya dan tingkah lakunya yang tenang, tidak tampak bagi Sahadeva kalau Radheya tengah bertarung dengannya, Radheya seperti seorang kakak yang sedang melatih Adiknya untuk bertarung dengan baik.

Pandava memberi hormat dengan penuh kesedihan.

1 komentar: