Pada suatu
hari Devayani ditemani oleh Yayati berjalan jalan di dekat hutan yang masih
menjadi bagian dari taman milik sang Raja, disana dia melihat tiga orang tengah
asyik bermain main, Devayani sangat heran melihat anak anak yang tiada ubahnya
seperti penghuni Svarga
“ lihatlah O
Raja, anak anak tersebut…. Dari kelurga mana mereka? Dari penampilan mereka
tiada ubahnya bagai penghuni Svarga, dalam kecermelangan dan ketampanan mereka
mirip denganmu, aku jadi berpikir….. “
Tanpa
menunggu jawaban dari Raja, Devayani langsung bertanya kepada ketiga anak
tersebut
“anak anak,
dari keluarga mana kalian? Siapa ayah kalian? Katakan sebenarnya, aku sangat
ingin tahu “ Ketiga anak anak itu pun menunjuk kearah sang Raja, dan mengatakan
bahwa Sarmishtha adalah ibu mereka. Ketiganya mendekati Yayati lalu merangkul
erat kaki sang Raja, namun dihadapan Devayani sang Raja tidak berani
menunjukkan kasih saying kepada anak anak Sarmishtha, ketiga anak anak itupun
sedih dengan sikap sang Raja, dengan berurai airmata mereka berlari kepada
ibunya
Devayani yang
kini mengetahui segalanya berkata kepada Sarmishtha
“mengapa
engkau berani menyakitiku? Kau bergantung padaku… apa kau tidak takut sesuatu
menimpa kaum Danava ?” Sarmishtha pun menjawab
“O Devayani,
aku melakukan hal yang benar dan sesuai dengan Dharma, ceritaku tentang Rishi
yang lalu adalah benar adanya, aku tidak takut kepadamu, engkau telah memilih
Yayati sebagai suamimu akupun juga memilih dia sebagai suamiku, suami dari
seorang teman menurut yang telah berlaku adalah sama dengan suami sendiri.
Engkau adalah putri seorang brahmana oleh karena itu aku sangat menghormati dan
melayanimu, tapi ketahuilah bahwa sang raja memperoleh kepuasan yang lebih
dariku” mendengar kata kata Sarmishtha, Devayani lalu berkata pada Yayati
“engkau telah
berbuat salah padaku O Raja, aku tidak ingin tinggal disini lagi” Devayani
dengan berlinang air mata lalu pergi dari tempat itu hendak menuju ke tempat
Rishi Sukra, Yayati dengan cepat menyusul langkahnya serta mencoba untuk
menenangkannya, namun Devayani tidak bisa dibujuk, dengan mata merah karena
marah dia tidak berkata sepath katapun pada Yayati, sampai akhirnya mereka tiba
di kediaman Rishi Sukra.
Devayani
berdiri dihadapan ayahnya setelah memberi hormat, Yayati pun melakukan hal yang
sama, beliau menmberi hormat pada Rishi Sukra, Devayani lalu berkata
“O ayah hari
ini Dharma telah musnah oleh tindakan yang tidak benar, Sarmishtha telah berani
menentangku, dia memiliki tiga orang putra dari Raja ini, sedangkan diriku yang
malang hanya memiliki dua orang putra, O putra Bhrigu sang Raja memiliki
pengetahuan akan agama, tapi dia telah menyimpang dari hal itu “ Sukra mendengar
semua itu berkata
“ wahai Raja,
engkau telah menyakiti orang yang mencintaimu walaupun engkau paham atas
kebajikan maka engkau akan ditimpa oleh umur tua dengan tiba tiba tanpa ada
yang melihatnya”
Mendengar
kutukan sang Usana putra Kavi, Yayati pun memohon
“yang mulia
putri Raja Danava memohon kepadaku untuk membuahi masa suburnya, aku melakukan
berdasarkan Dharma bukan terdorong oleh keinginan lain, seorang pria yang
diminta oleh seorang wanita untuk membuahi masa suburnya bila dia tidak mau
melakukannya, maka oleh mereka yang ahli Veda laki laki tersebut telah
melakukan dosa yang sama dengan membunuh benih dalam kandungan”
Oleh karena
takut dosa membunuh janin dalam kandungan maka saya melakukan itu bersama
Sarmishtha yang diam diam memohon kepada saya untuk memenuhi hasratnya
menjalani kebajikan sebagai seorang wanita” Yayati memberi alasan tindakannya
“engkau
bergantung padaku wahai raja, mengapa engkau tidak meminta petunjuk dan
menunggu perintahku, engkau berbuat salah dengan mengatasnamakan kewajibanmu,
oleh karena itu dosa kau tanggung adalah sama dengan seorang Pencuri”
Yayati yang
menerima kutukan dari Usana yang tengah marah pun terampas keremajaannya,
beliau tiba tiba menjadi tua…..
“O Putra
Bhrigu, saya belum puas dengan masa muda saya juga belum puas menghabiskan
waktu bersama Devayani, bermurah hatilah pada saya agar kerentaan ini tidak
menghinggapi”
“Putra
Nahusha, aku tidak pernah berkata yang tidak benar bahkan sampai saat ini,
engkau telah terkena masa tua, tapi engkau bisa memindahkan kerentaanmu ini
pada yang lain” Yayati lalu berkata
“O brahmana,
jika demikian… sesuai perintah dan atas namamu maka putraku yang bersedia
memberikan masa mudanya padaku akan mewarisi kerajaanku, dia akan mencapai
dharma dan terkenal”
“ Putra
Nahusha, dengan memikirkan aku maka engkau bisa menukarkan masa tuamu, Putramu
yang bersedia memberikan masa mudanya akan menjadi penerus tahtamu, dia akan
terkenal dan termahsyur serta berumur panjang juga memiliki keturunan (keluarga
) besar”.
Yayati
kembali ke Ibukota kerajaannya dengan ‘penyakit’ tua yang menimpanya, segera
beliau mengumpulkan putra putranya berharap untuk menukarkan masa muda mereka,
kepada Turvasu putra tertuanya dan yang paling diharapkan Yayati berkata
“putraku
tersayang….karena kemarahan Usana atau Kavwya aku terkena penyakit tua dan
rapuh, rambutku pun memutih, aku belum puas menikmati masa mudaku, O Yadu
apakah engkau bersedia mengambil kerentaan ku ini, akuu akan menikmati masa
mudamu, setelah masa seribu tahun aku akan mengembalikan kepadamu, dan aku
menerima usia tua dan kerentaanku ini”
Yadu menjawab
“O Raja
banyak hal yang tidak nyaman diakibatkan oleh ketuaan, utamanya dalam hal makan
dan minum, dengan kerentaan dan rambut memutih , tiada keceriaan, semua anggota
tubuh menjadi rapuh, badan menjadi lemah, harus mendapat uluran tangan
(bergantung) dari teman tidak mampu untuk bekerja, itu semua akibat dari
ketuaan oleh karena itu aku tidak mau menerima usia tuamu, engkau mempunyai
putra yang lain mereka saying kepadamu, mintalah kepada mereka”
“kau berasal
dari hatiku, tapi tidak mau mengambil masa tuaku, hai Turvasu keturunanmu tidak
akan pernah menjadi raja” lalu Yayati bertanya kepada putranya yang lain
“O Turvasu,
ambil kelemahan ku beserta masa tuaku ini, dengan keremajaanmu aku akan menikmati
kesenangan hidup, setelah seribu tahun aku akan mengembalikannya padamu,dan
mengambil kembali lemah dan usia tuaku”
Turvasu
menjawab
“Aku tidak
suka dengan usia tua ayah, itu akan merampas semua kesenangan, kekuatan,
ketampanan, intelektual bahkan hidup seseorang” Yayati berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Turvasu keturunanmu akan
menjadi bangsa yang terbuang, kau akan menjadi Raja dari orang orang yang punya
kelakuan buruk yang tidak menghargai istri dan tetua mereka, kejam dan
bertingkah laku seperti burung dan binatang buas, penuh dosa dan [b]bukan kaum
Arya[/b]”
Yayati
setelah mengutuk putranya, lalu bertanya pada putra Sarmishtha, Drahyu
“O Drahyu,
untuk masa seribu tahun ambilah krentaanku ini yang telah menghancurkan
penampilan dan kerupawanan ini, dan berikan aku masa mudamu…setelah seribu
tahun berlalu aku akan mengambil kembali masa tuaku dan mengembalikan masa
mudamu”
Drahyu
menjawab
“O Raja
mereka yang memasuki usia tua tidak akan bisa menikmati Gajah, kereta,kuda dan
wanita, bahkan suarapun akan berubah buruk, oleh karean itu aku tidak ingin
mengambil masa tuamu” Yayati lalu berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Drahyu engkau akan menjadi
raja hanya sebatas nama aja, negerimu tidak akan memiliki jalan yang bisa
dilewati oleh Gajah, kereta dan hanya mampu dilewati oleh rakit dan kayu
hanyut” Yayati lalu bertanya hal yang sama kepada Anu
Anu berkata
“mereka yang
dihinggapi usia tua akan makan seprti anak anak dan tidak bersih, bahkan mereka
tidak mampu menuangkan persembahan kedalam tungku api sesuai waktunya
(melaksanakan pemujaan), oleh karena itu aku tidak mau menukar usia mudaku”
Yayati pun berkata
“kau adalah
putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, Hai Anu engkau akan menemui
banyak kesulitan saat tua, engkau akan tiba tiba menjadi dua, keturunanmu juga
akan mati muda dan tidak bisa menyelenggarakan persembahan dengan menggunakan
api”
Kini Yayati
berpaling pada Puru putra bungsunya
“kau memang
putraku yang paling muda, tapi diantara saudaramu engkau yang paling utama, O
Puru kerentaan, rapuh dan rambut memutih telah menghinggapiku akibat kemarah
Usana yang disebut juga Kavwya, aku ingin kau mengambil masa tuaku ini
sedangkan aku dengan masa mudamu akan menikmati hidup selama bertahun tahun,
setelah seribu tahun aku kan mengembalikannya padamu dan mengambil kembali masa
tuaku”
Puru menjawab
dengan sopan
“Aku bersedia
O Raja, ambilah masa mudaku dan nikmati hidup ini, sedangkan aku sesuai
perintahmu akan menjalani hidup dengan masa tua dan menjadi tua dengan
memberikan masa mudaku padamu”
“O Puru aku
sangat puas denganmu, kukatakan bahwa semua rakyat dikerajaan mu akan mampu
memenuhi keinginan mereka” setelah berkata demikian, Yayti dengan kekuatan
tapanya memikirkan Kavwya untuk segera menukarkan masa tuanya dengan masa muda
Puru yang mulia.
Raja Yayati
putra Nahusha setelah menerima usia muda Puru menjadi sangat puas, beliaupun
mulai memenuhi keinginannya selama ini sampai batas kemampuannya, beliau
memuaskan para Deva dengan melakukan Yajna, memuja para leluhur dengan Sradhha,
kepada mereka yang miskin dengan perhatian dan kepedulian, para Rishi dengan
memnuhi keinginan mereka, semua orang diperlakukan dengan ramah dan mendapat
makanan dan minuman. Para Vaisya mendapat perlindungan, para Sudra beliau
bersikap murah hati dan peduli. Sedangkan para penjahat mendapat hukuman yang
setimpal.
Raja Yayati
memenuhi segala kebutuhan rakyat, bertindak selaku pelindung Dharma beliau
seperti Indra yang kedua. Raja yang memiliki kekuatan seperti Singa itu
menikmati kesenangan masa mudanya dengan penuh kendali tanpa melanggar ajaran
Agama.
Hanya satu
yang disesali oleh Yayati yaitu ketika waktu seribu tahun telah tiba, beliau
telah melewati hari dengan kesenangan, dengan setiap kala dan kasthanya (satuan
waktu yang lebih kecil dari menit ), selama seribu tahun Yayati telah menikmati
kesenangan, beliau juga ditemani oleh Apsara Viswachi diberbagai tempat seperti
Taman Indra, Alaka kota Kuvera atau di puncak gunung Meru.
Yayati kemudian
memanggil Puru
“putraku,
waktu seribu tahun telah berlalu, selama itu aku telah menikmati kesengan
hidup, namun aku menyadari bahwa hasrat dan keinginan tidak bisa dipenuhi oleh
kesenangan, kesenangan tiada ubahnya bagai nyala api yang melahap semua persembahan
dalam upacara Yajna, demikian pula objek duniawi seperti kekayaan, padi,
gandung, kuda, Gajah, perhiasan emas dan permata dan wanita tidak akan memenuhi
dan memuaskan keinginan itu. Aku telah menikamti semua objek kesenangan duniawi
sampai batas kemampuanku, tapi dari hari ke hari hasrat keinginan itu malah
semakin besar dan tak terpuaskan, aku sadar bahwa untuk memnuhi keinginan hanya
dengan cara melepas (mengendalikan) keinginan itu, kini aku akan memperbaiki
pikiranku dengan memusatkan hanya kepada Brahman (Tuhan), aku akan mengundurkan
diri kehutan yang damai hidup berdampingang dengan rusa yang tiada bersalah.
Kini aku kembalikan masamudamu. Terimalah kembali dan juga terima kerajaanku
ini, engkau adalah putraku yang memberikan pengabdian yang tulus kepadaku.
Yayati
kemudian menobatkan Puru sebagai penggantinya, hal ini menimbulkan pertanyaan
dari kalangan rakyatnya, keempat Varna ( Brahmana Kshattriya, Vaisya dan Sudra)
berkumpul lalu bertanya kepada sang Raja mengapa Puru yang dinobatkan, padahal
dia adalah putra bungsu Yayati pun memberi penjelasan
“wahai
rakyatku aku menobatkan Puru, karena dia yang paling pantas, diantara semua
putraku dialah yang memberi kepuasan dan memberikan pelayanan tertinggi
kepadaku, saat aku meminta putra putraku untuk menukarkan masamuda mereka
dengan masa tuaku, Yadu menolak, demikian juga Turvasu menolak, Drahyu dan Anu
juga mengecewakanku mereka semua tidak ada yang memenuhi permintaanku, Cuma
Puru yang bersedia
“disamping
itu atas persetujuan Sukra bahwa aku akan menobatkan putraku yang bersedia
menukarkan masa mudanya dengan masa tuaku”
Mendapat
penjelasan sang Raja mereka pun setuju Yayati menobatkan Puru, setelah Upacara
penobatan Yaytipun melalui sebuah seremonial mengungsi ke Hutan untuk menjalani
kehidupan Vanaprastha dengan ditemani oleh para Brahmana.
Keturunan
Yadu adalah para Yadava, Turvasu menurunkan para Yavana, sedangkan Drahyu
menurunkan para Bhoja sedangkan Anu keturunannya menjadi Mllecha, sementara
Puru keturunannya adalah Paurava (dimana Pandava dan Kaurava berada di garis
keturunan ini ).