Rabu, 17 Oktober 2012

Lanjutan Kacha Devayani Sarmishtha dan Yayati


Pada suatu hari Devayani ditemani oleh Yayati berjalan jalan di dekat hutan yang masih menjadi bagian dari taman milik sang Raja, disana dia melihat tiga orang tengah asyik bermain main, Devayani sangat heran melihat anak anak yang tiada ubahnya seperti penghuni Svarga
“ lihatlah O Raja, anak anak tersebut…. Dari kelurga mana mereka? Dari penampilan mereka tiada ubahnya bagai penghuni Svarga, dalam kecermelangan dan ketampanan mereka mirip denganmu, aku jadi berpikir….. “
Tanpa menunggu jawaban dari Raja, Devayani langsung bertanya kepada ketiga anak tersebut
“anak anak, dari keluarga mana kalian? Siapa ayah kalian? Katakan sebenarnya, aku sangat ingin tahu “ Ketiga anak anak itu pun menunjuk kearah sang Raja, dan mengatakan bahwa Sarmishtha adalah ibu mereka. Ketiganya mendekati Yayati lalu merangkul erat kaki sang Raja, namun dihadapan Devayani sang Raja tidak berani menunjukkan kasih saying kepada anak anak Sarmishtha, ketiga anak anak itupun sedih dengan sikap sang Raja, dengan berurai airmata mereka berlari kepada ibunya
Devayani yang kini mengetahui segalanya berkata kepada Sarmishtha
“mengapa engkau berani menyakitiku? Kau bergantung padaku… apa kau tidak takut sesuatu menimpa kaum Danava ?” Sarmishtha pun menjawab
“O Devayani, aku melakukan hal yang benar dan sesuai dengan Dharma, ceritaku tentang Rishi yang lalu adalah benar adanya, aku tidak takut kepadamu, engkau telah memilih Yayati sebagai suamimu akupun juga memilih dia sebagai suamiku, suami dari seorang teman menurut yang telah berlaku adalah sama dengan suami sendiri. Engkau adalah putri seorang brahmana oleh karena itu aku sangat menghormati dan melayanimu, tapi ketahuilah bahwa sang raja memperoleh kepuasan yang lebih dariku” mendengar kata kata Sarmishtha, Devayani lalu berkata pada Yayati
“engkau telah berbuat salah padaku O Raja, aku tidak ingin tinggal disini lagi” Devayani dengan berlinang air mata lalu pergi dari tempat itu hendak menuju ke tempat Rishi Sukra, Yayati dengan cepat menyusul langkahnya serta mencoba untuk menenangkannya, namun Devayani tidak bisa dibujuk, dengan mata merah karena marah dia tidak berkata sepath katapun pada Yayati, sampai akhirnya mereka tiba di kediaman Rishi Sukra.

Devayani berdiri dihadapan ayahnya setelah memberi hormat, Yayati pun melakukan hal yang sama, beliau menmberi hormat pada Rishi Sukra, Devayani lalu berkata
“O ayah hari ini Dharma telah musnah oleh tindakan yang tidak benar, Sarmishtha telah berani menentangku, dia memiliki tiga orang putra dari Raja ini, sedangkan diriku yang malang hanya memiliki dua orang putra, O putra Bhrigu sang Raja memiliki pengetahuan akan agama, tapi dia telah menyimpang dari hal itu “ Sukra mendengar semua itu berkata
“ wahai Raja, engkau telah menyakiti orang yang mencintaimu walaupun engkau paham atas kebajikan maka engkau akan ditimpa oleh umur tua dengan tiba tiba tanpa ada yang melihatnya”
Mendengar kutukan sang Usana putra Kavi, Yayati pun memohon
“yang mulia putri Raja Danava memohon kepadaku untuk membuahi masa suburnya, aku melakukan berdasarkan Dharma bukan terdorong oleh keinginan lain, seorang pria yang diminta oleh seorang wanita untuk membuahi masa suburnya bila dia tidak mau melakukannya, maka oleh mereka yang ahli Veda laki laki tersebut telah melakukan dosa yang sama dengan membunuh benih dalam kandungan”
Oleh karena takut dosa membunuh janin dalam kandungan maka saya melakukan itu bersama Sarmishtha yang diam diam memohon kepada saya untuk memenuhi hasratnya menjalani kebajikan sebagai seorang wanita” Yayati memberi alasan tindakannya
“engkau bergantung padaku wahai raja, mengapa engkau tidak meminta petunjuk dan menunggu perintahku, engkau berbuat salah dengan mengatasnamakan kewajibanmu, oleh karena itu dosa kau tanggung adalah sama dengan seorang Pencuri”
Yayati yang menerima kutukan dari Usana yang tengah marah pun terampas keremajaannya, beliau tiba tiba menjadi tua…..
“O Putra Bhrigu, saya belum puas dengan masa muda saya juga belum puas menghabiskan waktu bersama Devayani, bermurah hatilah pada saya agar kerentaan ini tidak menghinggapi”
“Putra Nahusha, aku tidak pernah berkata yang tidak benar bahkan sampai saat ini, engkau telah terkena masa tua, tapi engkau bisa memindahkan kerentaanmu ini pada yang lain” Yayati lalu berkata
“O brahmana, jika demikian… sesuai perintah dan atas namamu maka putraku yang bersedia memberikan masa mudanya padaku akan mewarisi kerajaanku, dia akan mencapai dharma dan terkenal”
“ Putra Nahusha, dengan memikirkan aku maka engkau bisa menukarkan masa tuamu, Putramu yang bersedia memberikan masa mudanya akan menjadi penerus tahtamu, dia akan terkenal dan termahsyur serta berumur panjang juga memiliki keturunan (keluarga ) besar”.

Yayati kembali ke Ibukota kerajaannya dengan ‘penyakit’ tua yang menimpanya, segera beliau mengumpulkan putra putranya berharap untuk menukarkan masa muda mereka, kepada Turvasu putra tertuanya dan yang paling diharapkan Yayati berkata
“putraku tersayang….karena kemarahan Usana atau Kavwya aku terkena penyakit tua dan rapuh, rambutku pun memutih, aku belum puas menikmati masa mudaku, O Yadu apakah engkau bersedia mengambil kerentaan ku ini, akuu akan menikmati masa mudamu, setelah masa seribu tahun aku akan mengembalikan kepadamu, dan aku menerima usia tua dan kerentaanku ini”
Yadu menjawab
“O Raja banyak hal yang tidak nyaman diakibatkan oleh ketuaan, utamanya dalam hal makan dan minum, dengan kerentaan dan rambut memutih , tiada keceriaan, semua anggota tubuh menjadi rapuh, badan menjadi lemah, harus mendapat uluran tangan (bergantung) dari teman tidak mampu untuk bekerja, itu semua akibat dari ketuaan oleh karena itu aku tidak mau menerima usia tuamu, engkau mempunyai putra yang lain mereka saying kepadamu, mintalah kepada mereka”
“kau berasal dari hatiku, tapi tidak mau mengambil masa tuaku, hai Turvasu keturunanmu tidak akan pernah menjadi raja” lalu Yayati bertanya kepada putranya yang lain
“O Turvasu, ambil kelemahan ku beserta masa tuaku ini, dengan keremajaanmu aku akan menikmati kesenangan hidup, setelah seribu tahun aku akan mengembalikannya padamu,dan mengambil kembali lemah dan usia tuaku”
Turvasu menjawab
“Aku tidak suka dengan usia tua ayah, itu akan merampas semua kesenangan, kekuatan, ketampanan, intelektual bahkan hidup seseorang” Yayati berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Turvasu keturunanmu akan menjadi bangsa yang terbuang, kau akan menjadi Raja dari orang orang yang punya kelakuan buruk yang tidak menghargai istri dan tetua mereka, kejam dan bertingkah laku seperti burung dan binatang buas, penuh dosa dan [b]bukan kaum Arya[/b]”
Yayati setelah mengutuk putranya, lalu bertanya pada putra Sarmishtha, Drahyu
“O Drahyu, untuk masa seribu tahun ambilah krentaanku ini yang telah menghancurkan penampilan dan kerupawanan ini, dan berikan aku masa mudamu…setelah seribu tahun berlalu aku akan mengambil kembali masa tuaku dan mengembalikan masa mudamu”
Drahyu menjawab
“O Raja mereka yang memasuki usia tua tidak akan bisa menikmati Gajah, kereta,kuda dan wanita, bahkan suarapun akan berubah buruk, oleh karean itu aku tidak ingin mengambil masa tuamu” Yayati lalu berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, hai Drahyu engkau akan menjadi raja hanya sebatas nama aja, negerimu tidak akan memiliki jalan yang bisa dilewati oleh Gajah, kereta dan hanya mampu dilewati oleh rakit dan kayu hanyut” Yayati lalu bertanya hal yang sama kepada Anu
Anu berkata
“mereka yang dihinggapi usia tua akan makan seprti anak anak dan tidak bersih, bahkan mereka tidak mampu menuangkan persembahan kedalam tungku api sesuai waktunya (melaksanakan pemujaan), oleh karena itu aku tidak mau menukar usia mudaku” Yayati pun berkata
“kau adalah putraku tapi tidak mau memenuhi permintaanku, Hai Anu engkau akan menemui banyak kesulitan saat tua, engkau akan tiba tiba menjadi dua, keturunanmu juga akan mati muda dan tidak bisa menyelenggarakan persembahan dengan menggunakan api”
Kini Yayati berpaling pada Puru putra bungsunya
“kau memang putraku yang paling muda, tapi diantara saudaramu engkau yang paling utama, O Puru kerentaan, rapuh dan rambut memutih telah menghinggapiku akibat kemarah Usana yang disebut juga Kavwya, aku ingin kau mengambil masa tuaku ini sedangkan aku dengan masa mudamu akan menikmati hidup selama bertahun tahun, setelah seribu tahun aku kan mengembalikannya padamu dan mengambil kembali masa tuaku”
Puru menjawab dengan sopan
“Aku bersedia O Raja, ambilah masa mudaku dan nikmati hidup ini, sedangkan aku sesuai perintahmu akan menjalani hidup dengan masa tua dan menjadi tua dengan memberikan masa mudaku padamu”
“O Puru aku sangat puas denganmu, kukatakan bahwa semua rakyat dikerajaan mu akan mampu memenuhi keinginan mereka” setelah berkata demikian, Yayti dengan kekuatan tapanya memikirkan Kavwya untuk segera menukarkan masa tuanya dengan masa muda Puru yang mulia.

Raja Yayati putra Nahusha setelah menerima usia muda Puru menjadi sangat puas, beliaupun mulai memenuhi keinginannya selama ini sampai batas kemampuannya, beliau memuaskan para Deva dengan melakukan Yajna, memuja para leluhur dengan Sradhha, kepada mereka yang miskin dengan perhatian dan kepedulian, para Rishi dengan memnuhi keinginan mereka, semua orang diperlakukan dengan ramah dan mendapat makanan dan minuman. Para Vaisya mendapat perlindungan, para Sudra beliau bersikap murah hati dan peduli. Sedangkan para penjahat mendapat hukuman yang setimpal.
Raja Yayati memenuhi segala kebutuhan rakyat, bertindak selaku pelindung Dharma beliau seperti Indra yang kedua. Raja yang memiliki kekuatan seperti Singa itu menikmati kesenangan masa mudanya dengan penuh kendali tanpa melanggar ajaran Agama.
Hanya satu yang disesali oleh Yayati yaitu ketika waktu seribu tahun telah tiba, beliau telah melewati hari dengan kesenangan, dengan setiap kala dan kasthanya (satuan waktu yang lebih kecil dari menit ), selama seribu tahun Yayati telah menikmati kesenangan, beliau juga ditemani oleh Apsara Viswachi diberbagai tempat seperti Taman Indra, Alaka kota Kuvera atau di puncak gunung Meru.
Yayati kemudian memanggil Puru
“putraku, waktu seribu tahun telah berlalu, selama itu aku telah menikmati kesengan hidup, namun aku menyadari bahwa hasrat dan keinginan tidak bisa dipenuhi oleh kesenangan, kesenangan tiada ubahnya bagai nyala api yang melahap semua persembahan dalam upacara Yajna, demikian pula objek duniawi seperti kekayaan, padi, gandung, kuda, Gajah, perhiasan emas dan permata dan wanita tidak akan memenuhi dan memuaskan keinginan itu. Aku telah menikamti semua objek kesenangan duniawi sampai batas kemampuanku, tapi dari hari ke hari hasrat keinginan itu malah semakin besar dan tak terpuaskan, aku sadar bahwa untuk memnuhi keinginan hanya dengan cara melepas (mengendalikan) keinginan itu, kini aku akan memperbaiki pikiranku dengan memusatkan hanya kepada Brahman (Tuhan), aku akan mengundurkan diri kehutan yang damai hidup berdampingang dengan rusa yang tiada bersalah. Kini aku kembalikan masamudamu. Terimalah kembali dan juga terima kerajaanku ini, engkau adalah putraku yang memberikan pengabdian yang tulus kepadaku.
Yayati kemudian menobatkan Puru sebagai penggantinya, hal ini menimbulkan pertanyaan dari kalangan rakyatnya, keempat Varna ( Brahmana Kshattriya, Vaisya dan Sudra) berkumpul lalu bertanya kepada sang Raja mengapa Puru yang dinobatkan, padahal dia adalah putra bungsu Yayati pun memberi penjelasan
“wahai rakyatku aku menobatkan Puru, karena dia yang paling pantas, diantara semua putraku dialah yang memberi kepuasan dan memberikan pelayanan tertinggi kepadaku, saat aku meminta putra putraku untuk menukarkan masamuda mereka dengan masa tuaku, Yadu menolak, demikian juga Turvasu menolak, Drahyu dan Anu juga mengecewakanku mereka semua tidak ada yang memenuhi permintaanku, Cuma Puru yang bersedia
“disamping itu atas persetujuan Sukra bahwa aku akan menobatkan putraku yang bersedia menukarkan masa mudanya dengan masa tuaku”
Mendapat penjelasan sang Raja mereka pun setuju Yayati menobatkan Puru, setelah Upacara penobatan Yaytipun melalui sebuah seremonial mengungsi ke Hutan untuk menjalani kehidupan Vanaprastha dengan ditemani oleh para Brahmana.
Keturunan Yadu adalah para Yadava, Turvasu menurunkan para Yavana, sedangkan Drahyu menurunkan para Bhoja sedangkan Anu keturunannya menjadi Mllecha, sementara Puru keturunannya adalah Paurava (dimana Pandava dan Kaurava berada di garis keturunan ini ).
 

Sambhava Parva : Kacha Devayani Sarmishtha dan Yayati


Kacha Devayani Sarmishtha dan Yayati

Vaisampayana berkata “

Wahai Paduka  Yang mulia, kini aku akan menceritakan tentang silsilah dari Yadava dan Kuru serta garis keturunan Bharata”
Pracheta memiliki sepuluh orang putra, mereka melakukan tapa yang hebat dan mencapai kebajikan tertinggi, dengan api penghancur yang keluar dari mulut, mereka membakar tanaman beracun dan pohon –pohon raksasa yang menutupi bumi dan penyebab kesengsaraan bagi manusia.
Dari sepuluh Pracheta ini lahirlah Daksha,  dari Daskha lah semua mahluk terlahir. Bersama Varini Daskha memiliki seribu orang putra yang menyamai Daksha sendiri, oleh Narada mereka diajarkan filsafat Samkhya yang artinya pencapaian pembebasan, sehingga mereka (1000 putra Daksha tidak melanjutkan keturunan). Daskha Prajapati atas keinginan untuk meneruskan “penciptaan” memiliki 50 orang putri dan Daksha menjadikan mereka Putrika ( Putra putra dari mereka menjadi penerus Daksha, bukan penerus keturunan keluarga suami ).
10 orang di ka_winkan dengan Deva Dharma, 13 orang di ka_winkan dengan Rishi Kasyapa sedang 27 orang dengan Deva Chandra.
Dari Aditi yang tertua dari 13 Putri Daksha ,Kasyapa putra Marichi terlahir 12 Aditya, dimana Indra sebagai pemimpin mereka, juga Viwasvat ( Surya )dengan istri tertua. Viswaswat memiliki putra Yama dan ptra lain dari Martanda (Surya) adalah Manu yang memiliki kecerdasan, dan dengan kebijaksanaan serta memegang teguh kebenaran menjadi pendiri garis keturunan yang disebut Manavas dimana semua ras manusia lahir di garis keturunan Manu ini. Dari Manu para brahmana juga terlahir disamping itu Manu memiliki sepuluh orang Putra mereka adalah :
Vena, Dhrishnu, Narishyan, Nabhaga, Ikshaku, Karusha, Saryati, yang kedelapan adalah putri bernama Ila, Prishadhru yang kesembilan  dan Nabhagarishta paling bungsu. Semuanya adalah para Kshattriya. Manu juga memiliki limapuluh orang putra, tapi mereka semua musnah karena saling menghacurkan satu sama lain.

Sambhava Parva : Dushmanta dan Shakuntala



 

Dushmanta dan Shakuntala

 (sambhava Parva continued.....)

[pengen merubah cara penyajiannya, kali ini saya masukkan dialog dari para tokoh biar suasana cerita lebih hidup]

Dushmanta adalah seorang raja dari keturunan Paurava Beliau adalah pelindung bumi yang dibatasi oleh empat lautan ( wilayah kerajaan ?) dan juga beberapa wilayah di tengah lautan ,mampu menghalau semua musuh ke empat penjuru bahkan mengusir kaum Mleccha saat beliau memerintah  rakyat hidup tenang dan sejahtera, tiada ketakutan akan wabah penyakit, tiada ketakutan akan pencuri, keempat Varna menjalankan tugasnya masing masing atas dasar kebajikan, tiada yang melakukan sesuatu karena menginginkan hasil (pamrih) tapi murni karena kebajikan. Parjanya ( Indra ) menurunkan hujan turun sesuai dengan waktunya bumi menghasilkan segala kebutuhan secara berlimpah. Para brahmana memegang teguh kebenaran. Dushmanta adalah raja yang perkasa, menguasai berbagai jenis senjata dan seni pertarungan, baik jarak dekat, maupun jarak jauh dan mengusir semua musuh. Dalam kekuatan beliau bagaikan Vishnu , cemerlang bagaikan Surya dan tenang bagaikan Varuna serta sabar bagaikan Prthivi.
Suatu hari Dushmanta pergi untuk berburu ke hutan, dengan diiringi empat jenis pasukan ( pejalan kaki, berkuda, pasukan kereta dan Gajah ) yang dipersenjatai dengan pedang tombak gada dan panah sedangkan disekeliling beliau para perwira berbaris dengan gagah. Suara gempita para perwira dan prajurit di warnai suara sankha dan genderang mengiringi gemerincing  roda kereta dan derap langkah gagah pasukan gajah.
Para putri memandang dengan takjub dari beranda rumah mereka yang megah , mereka seakan akan melihat Deva Indra , sambil memberikan pujian mereka menaburi sang Raja denga bunga , Dushmanta dengan diiringi para brahmana utama yang terus mengumandangkan doa untuk keselamatan dalam perjalanan pun segera menuju hutan untuk berburu kijang.

Jumat, 03 Februari 2012

Adi Parva ; Sambhava Parva

7. Sambhava Parva

Indra berunding dengan Narayana tentang rencana mereka untuk turun ke dunia, sekembalinya dari kediaman Narayana ,Indra memerintahkan para penghuni Svarga untuk turun ke dunia, para penghuni Svarga pun memulai tugas mereka lahir ke dunia sesuai dengan fungsi dan perannya masing masing demi kesejahteraan ketiga dunia, mereka terlahir dalam garis keturunan Brahmarshi dan Keluarga kerajaan untuk menghancurkan para asura. Mereka membasmi Danava, Rakshasa, Gandharva dan Naga juga mahluk lain.
Atas permintaan Janamejaya, Vaisampayana lalu menceritakan asal mula dari para Deva, Danava, Gandharva, Apsara, Manusia, Yaksha dan Rakshasa.

Selasa, 18 Oktober 2011

Adi Parva ; Adivansavatarana Parva

6. Adivansavatarana Parva

Parva ini mengisahkan bagaimana Mahabharata mulai diceritakan oleh Rishi Vaisampayana atas perintah Vyasa karena Raja Janamejaya ingin mengetahui bagaimana perang besar terjadi diantara leluhurnya ( Pandava dan Kaurava )

Mendengar Raja Janamejaya melakukan Yajna untuk menghancurkan para Naga dan ular, Rishi Vyasa bersama Murid2 nya pun datang berkunjung ke HastinaPura, tiba di Pavilyun tempat Yajna diselenggarakan beliau disambut dengan hormat oleh Raja , para Brahmana dan pejabat yang hadir dengan ritual penyambutan air pembasuh kaki dan mulut , Arghya, serta mempersembahkan sapi kepada Vyasa sebelum dipersilahkan duduk.
Janamejaya ingin mengetahui kisah leluhurnya, dan bertanya bagaimana perang besar itu terjadi kepada Vyasa mengingat sang Rishi adalah saksi mata dari peristiwa tersebut, Vyasa pun memerintakan Vaisampayana untuk menceritakan seperti yang pernah beliau ceritakan kepada sang murid.
Rishi Vaisampayana pun memulai kisah nya.

Adi Parva ; Astika Parva

5. Astika Parva


Parva ini berkisah tentang Rishi Astika putra Jaratkaru dari keturunan Yayavaras, Jaratkaru seorang Rishi yang melakukan kehidupan Brahmacarin, memiliki kekuatan tapa yang luar biasa, suatu hari beliau menemui leluhurnya ( di alam Yama ? )
Beliau menemukan para leluhur tergantung dengan posisi kepala di bawah diatas sebuah lubang besar, para leluhur mengatakan nasib mereka seperti itu karena tidak mempunyai keturunan lagi ( Jaratkaru seorang Brahmacarin ), dan menyarankan Jaratkaru untuk meneruskan kelangsungan garis keturunan, bukan melalui kekuatan tapa tapi melalui perkimpoian. Jaratkaru setuju untuk menikah, tapi bukan untuk kebaikan ataupun kebahagiaanya melainkan untuk menyelamatkan leluhur dan meneruskan keturunan. Beliau menetapkan syarat bahwa beliau hanya mau menikah dengan wanita yang bernama sama dengan beliau –Jaratkaru-

Dalam pencariannya untuk mendapatkan seorang istri, suatu hari Jaratkaru sampai disebuah hutan, teringat sabda sang leluhur beliau pun berdoa untuk mendapatkan seorang istri. Lalu muncul Vasuki yang menawarkan saudara perempuannya agar diterima sang Rishi, dan memperkenalkan klo adik perempuannya yang cantik itu bernama Jaratkaru.

Babak selanjutnya membabarkan alasan kenapa Vasuki mengawinkan saudara perempuannya dengan Jaratkaru adalah untuk menyelamatkan bangsa naga dari kutukan ibu mereka , Devi Kadru, berikut adalah kisahnya.

Adi Parva ; Sangraha, Paushya , Pauloma Parva

2. Sangraha Parva


Parva ini berisi ringkasan secara garis besarnya terhadap masing masing parva dan sub parva yang terkandung dalam keseluruhan kisah Mahabharata.  Jadi tidak akan saya tulis karena akan mengakibatkan pengulangan pada parva dan upaparva berikutnya


3. Paushya Parva


Berkisah tentang Rishi Utanka murid dari Rishi Veda yang mendapat tugas dari istri gurunya untuk meminta anting anting Permaisuri dari Raja Paushya sebagai ‘guru Daksina’  Rishi Utanka berhasil memperoleh anting anting tersebut, namun dalam perjalanan menuju rumah gurunya, anting-anting dicuri oleh Naga Takshaka. Utanka pun mengejar sang Naga sampai ke dunia bawah, berkat bantuan Indra dan Agni, Utanka mengancam akan menghanguskan kediaman para Naga jika Takshaka tidak mengembalikan anting2 tersebut. Takshaka pun takut lalu mengembalikan anting2 sang Rishi, Utanka tiba di rumah sang Guru sesuai dengan waktu yang dijanjikan, mempersembahkan anting2 kepada istri gurunya, sambil bercerita tentang kisah perjalanannya kepada sang Guru.
Setelah guru Daksina terbayarkan, Utanka pergi ke Hastinapura menemui Raja Janamejaya, mengingatkan Sang Maharaja tentang kematian Maharaja Parikshit akibat gigitan Takshaka, sang Rishi menyarankan Maharaja Janamejaya untuk melakukan upacara Sarpa Sastra.

4. Pauloma Parva

Parva ini bercerita tentang keluarga Bhrigu, sorang Rishi yang diciptakan oleh Brahma dari api upacara yajna Varuna, Rishi Brighu ini menurunkan keturunan Brighu yang mulia, menguasai Veda dan cabang cabangnya dihormati Indra dan para Devata serta orang orang suci lainnya, keturunan Brighu disebut Bhargava ( dan kita tau, Parasurama disebut juga Bhargava, karena beliau lahir dari garis keturunan ini ).