Sabtu, 30 Juli 2011

Duryodhana Menangis

Tangisan merupakan sebuah ungkapan perasaan, menangis bukan milik kaum wanita tapi milik manusia dan mereka yang punya perasaan Tangisan pun ga melulu menunjukkan kesedihan, kadang dia adalah perwujudan rasa haru gembira, putus asa, rasa syukur dll
Menangis adalah manusiawi, begitu pula yang terjadi pada tokoh tokoh Mahabharata, saya pengen menampilkan sisi manusiawi mereka, Hampir semua  tokoh tokoh utama Mahabharata pernah menangis ( saat mereka kecil dan balita jangan dihitung dong  ) Bahkan dalam versi India Bhima pun pernah menangis
Sekali lagi menangis bukan berarti lemah, cengeng dsb_nya yg berpredikat tidak baik, tapi Tangis adalah cara manusiawi dalam mengungkapkan perasaan
Tokoh yang ingin saya tampilkan adalah Duryodhana atau Suyodhana
Anda mungkin sangat mengenal tokoh ini, dialah salah satu tokoh sentral dan penyebab terjadinya perang besar dan kemusnahan para kshatriya , dalam penggambaran karakter adalah sosok bengis dan ambisius, licik dan pengecut dan segudang label jelek lainnya
Dalam Mahabharata versi India
tokoh ini digambarkan memiliki sifat sifat yang mulia juga, dia digambar kan juga sebagai tokoh pemberani, dermawan, perasa disamping sifatnya yang buruk. Namun bagaimanapun juga Duryodhana adalah cerminan yang dimiliki hampir setiap manusia dimuka bumi ini, dimana akibat sifat buruk akan membuatnya kehilangan segala kebaikan yang ada pada dirinya
Dan menurut saya keburukan Duryodhana
berpangkal pada sifat buruknya yaitu iri hati
Iri hati terhadap Yudhistira yang dijadikan yuvaraja (putra mahkota) membuatnya menuntut pada sang ayah Dhritharashtra agar dijadikan Raja, atas petunjuk Bhisma maka Hastina dibagi menjadi dua, bagian Kandavaprastha diserahkan pada pandava, yang nanti lebih dikenal dengan nama Indraprastha ,Iri  hati atas kejayaan sepupunya karena berhasil mengadakan Rajasuya ( penobatan raja besar/ raja diraja) membuatnya ingin merebut kerajaan Pandava, atas usul Sakuni sang paman maka terjadilah permainan Dadu itu.
Well kiranya cukup pendahuluannya, selanjutnya saya mengajak anda menyimak hal yang jarang diungkap ato mungkin sering terlewati dari Pangeran Kuru ini, sesuai topic adalah saat Duryodhana menangis



Prayopavesa

sebelumnya
Apa itu Prayopavesa, adalah suatu cara untuk mengakhiri hidup lewat teknik meditasi tertentu, berbeda dengan bunuh diri, Prayopavaesa dilakukan atas dasar kesadaran dan dalam kondisi tenang. Jalan ini dilakukan bila seseorang menganggap bahwa sudah saatnya dia meninggal dunia maya ini, namun perlu diingat syarat Prayopavesa adalah orang tersebut tidak terikat lagi dengan kewajiban & tanggung jawab, tanpa memiliki hasrat ataupun ambisi

Kisah ini kita mulai aja saat Duryodhana diselamatkan oleh  Pandava dari para Gandharva yang menawan para Kaurava di hutan Kamyaka tepatnya di pinggir Danau Dwaitavana.
Padahal Duryodhana  semula atas usulan Sakuni bermaksud menggoda dan menghina Pandava yang tengah menjalani masa pembuangan di Danau tersebut, mereka bermaksud memperlihatkan kemewahan dan kesenangan pada Pandava yang terbuang ( hmm suatu upaya provokatif dan pscho attack kalee ya…. )
Namun rencana mereka berubah menjadi petaka saat mereka berselisih dengan rombongan Gandharva yang tengah berlibur disana, sampai terjadi pertempuran antara Kaurava dan Gandharva berakhir dengan ditawannya Duryodhana , saudara dan para istri mereka.
Yudhisthira malah mengutus Bhima dan Arjuna serta si kembar  membebaskan Duryodhana dari para Gandharva.
Duryodhana sangat terhina akan hal ini dengan kepala tertunduk ia kembali ke Istana bersama rombongannya.
Dalam perjalanan Duryodhana mengutus rombongannya kembali ke Hastina sedangkan dia sendiri menuju tempat yang sepi, disanalah dia bertemu dengan Radheya yang memberinya selamat karena mengira Duryodhana berhasil mengalahkan para Gandharva
“ dirimu telah melakukan apa yang tidak bias aku lakukan, aku harus mundur karena mereka bertarung menggunakan Maya, tapi dirimu mampu mengalahkan mereka, kuucapkan selamat Tuanku “
Duryodhana tidak tahan mendengar semua ini, air matanya mengalir , suaranya parau dengan kesedihan ia mengatakan pada temaannya
“aku mengerti bahwa dirimu tidak tau apa apa, bukan aku, bukan pamanku atau saudara-saudaraku yang lain mampu menghadapi Gandharva, kami telah kalah”
Lalu Duryodhana menceritakan bagaiman Yudhistira telah mengutus empat saudaranya untuk membebaskan Kaurava
“ Pimpinan Gandharva itu adalah temannya Arjuna, namanya Chitrasena, ia menceritkan semua rencana kita, maksud kedatangan kita ke Dwitavana, aku kecewa mengetahui bahwa Indra mengutus Gandharva untuk menghukumku , aku sangat malu pada diriku sendiri, kami dibawa menghadap kepada Yudhistira lalu dialah yang memutuskan apa yang harus dilakukan pada kami,
“Radheya bisa kah kau memikirkan sesuatu yang lebih memalukan dari semua ini ?
“berdiri disana, didepan orang yang aku celakai dengan tangan dan kaki terikat, dengan semua saudara dan para wanita. Dan aku diampuni oleh musuh bebuyutanku, dia malah mendoakan kebaikanku dan membebaskanku, Radheya aku tidak punya muka lagi untuk hidup di dunia ini,
“ aku tidak akan kembali ke Hastina, engkau harus kembali mendampingi rombongan biarlah aku disini, aku tidak akan makan dan minum aku memutuskan untuk membunuh diriku, selama ini aku telah menginjak-injak kepala musuh-musuhku, aku telah menari di dada mereka sekarang aku menderita karena kesalahanku.
“Bagaimana aku bisa berbicara dengan mereka? Akibat kesombongan , angkuh, keberuntungan dan kerajaan aku merasakan akibatnya, bagaimana aku bisa hidup atas kebaikan musuh-musuhku?
“biarlah aku mati kelaparan ditempat ini , ini adalah satu-satunya cara, aku merasa sangat terhina, aku akan mati dan inilah jalan satu-satunya untukku”
Saat itulah Dussasana datang, Duryodhana berkata padanya
“ dengarkan aku Dussasana, engkau sekarang menjadi raja, sekarang aku akan pergi. Perintahlah Negara ini dengan bantuan Radheya dan Sakuni, jadilah seorang raja yang sejati,Engkau harus berlaku adil dan mengampuni saat engkau menghukum, engkau bisa mempelajari semua dari Paman Vidura, ia adalah guru yang terbaik”
Duryodhana mendekati Radheya dan memeluknya dengan hangat , ia berkata
“ aku selalu berharap untuk memerintah kerajaan ini bersamamu, tetapi itu semua hanyalah mimpi. Ini adalah kenyataan, aku akan mati disini

Dussasana memberi sujud pada kakaknya lalu merangkul kaki Duryodhana, dengan berlinang air mata ia menolak menjadi raja dan menuruti perintah kakaknya, Dussasana membujuk kakaknya agar mengurungkan niatnya
“ kakak kebodohan macam apa ini, engkau menyuruhku menjadi Raja sementara engkau akan mati, aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi”
“Kakak, apaka ini semua cinta yang engkau miliki untukku, ikatan persaudaraan Pandava sama dengan ikatan persaudaraan yang kita miliki, kami menyayangimu, kau sangat berarti bagi kami, bisakah kami hidup saat engkau memutuskan untuk meninggalkan kami?
“tenangkanlah dirimu dan lupakan kejadian ini “
Dussasana menangis seperti anak kecil dengan suara tangisan yang keras. Sakuni juga datang ke tempat itu, lalu mereka bertiga berusaha membujuk Duryodhana agar mengurungkan niatnya, namun Duryodhana tidak bisa dibujuk lagi, dia memaksa mereka untuk pergi lalu menebarkan rumput kusa diatas tanah lalu duduk diatasnya, melakukan meditasi yang khusuk siap melakukan Prayopavesa. Sementara rombongannya membuat kemah tak jauh dari tempat itu

( diambil dari Vana Parva )


4 dan 8

Eitt …. ini bukan kode togel, kita kan lagi bahas penggalan kisah Mahabharata, nanti juga bakalan tau apa maksud angka tersebut,setelah baca kisahnya di bawah ini

Duryodhana sendirian di Tendanya, duduk terdiam dengan kepala tertunduk, malam mulai larut dan semua pasukan Kaurava telah tertidur mereka lelah, tapi tidak dengan Duryodhana. Dengan kepala yang ia letakkan di kedua belah tangannya , duduk ber jam jam air matanya mengalir dari matanya yang merah , Hari keempat pertempuran telah usai dan Ia telah kehilangan delapan orang saudara-saudaranya siang hari tadi
Kesedihannya sangat mendalam, nampaknya Bhima akan menempati janjinya dan membunuh semua saudaranya yang malang. Ia bisa membayangkan kematian Dussasana nya tersayang, tubuh Duryodhana bergetar memikirkan hal itu.
Tapi ia mengusap semua pikiran itu dan bangkit dari tempat duduknya, ia memberitahu dirinya sendiri bahwa ia tidak akan mengijinkan hal itu terjadi, ia akan menghentikannya.
Duryodhana bersiap-siap untuk beristirahat, ya….. hanya beristirahat tidak untuk tidur, ia terlalu gelisah untuk bias tidur. Tiba-tiba ia bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju tenda kakeknya, Bhisma

Duryodhana duduk disamping kakeknya dan berkata
“ Kakek, aku sangat sedih, delapan orang saudara-saudaraku telah dibunuh oleh Bhima………..Kau, Drona, Asvatthama, Krpa, Krtavarma, Bhurisrava, Bhagadatta dan Vikarna semua ada disana. Bisakah engkau mencegah kematian dari saudara-saudaraku ? Masing-masing dari kalian mampu mengalahkan Dewa-Dewa dalam peperangan, mengapa kau tidak bias melakukan hal ini untukku? Kekuatan Pandava ini adalaha sesuatu yang tidak bisa dimengerti bagaimana mereka bisa melawan kalian semua? Beritahu mengapa hal ini bias terjadi “
Bhisma tersenyum dengan lembut, ia berkata
“ Anakku, Duryodhana inilah yang aku coba beritahukan selama ini, bahkan sekarangpun aku masih memberitahumu, berbaikanlah dengan Yudhistira… tinggallah dengan semua saudara-saudaramu, jangan biarkan perang yang menakutkan ini berlanjut ,Aku selalu mencoba memberitahumu bahwa tidaklah mungkin untuk mengalahkan Pandava, kau ingin mengetahui kekuatan apa yang membuat mereka mampu bertahan melawanku dan Drona ? “
“ aku akan memberitahumu,……………………….. mereka memiliki Krishna, itulah alasan mengapa mereka tak terkalahkan. Khrisna adalah inkarnasi dari Dewa Vishnu dan ia telah terlahir ke dunia karena kehancuran yang disebabkan oleh kejahatan
Yang ter Agung dari semua yang Agung telah turun ke bumi sebagai manusia biasa dengan nama Krishna. Pandava adalah orang-orang yang tidak akan menyimpang dari Dharma bahkan tidak seujung rambutpun, oleh karena itu Krishna menjadi teman mereka.
Ia telah mengemban tugas menyelamatkan Pandava lima dengan bantuannya mereka akan menghancurkan kejahatan dunia. Bumi ini akan menjadi pertumpahan darah semua Raja-raja yang sombong dan akan menjadi penyuci bumi
Pandava tidak terkalahkan, janganlah meragukan hal itu sedikitpun. Sepanjang Krishna bersama mereka tak seorangpun yang akan bias menyakiti mereka. Aku memintamu untuk mempertimbangkan sekali lagi kekuatan mereka. Pertempuran empat hari ini telah menunjukkan bagaimana semua ini akan berakhir “
Duryodhana mendengarkan kata-kata kakeknya, ia bangkit dan pergi dengan perlahan menuju tendanya dengan kepala tertunduk.
Bhisma duduk cukup lama, ia sedih melihat cucunya, tetapi ia tahu bahwa Duryodhana akan menang atau mati, ia adalah orang terakhir yang memikirkan tentang kompromi terutama ditengah-tengah perang. Duryodhana iri dengan nama baik Pandava, ia tidak tahan disebut pengecut, Bhisma tahu bahwa Duryodhana akan berjalan menuju kematiannya walaupun ia yakin seharusnya tidak bertarung dengan Pandava.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar